Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Vindy Putri: "Merawat Kucing Seperti Anak Sendiri"

DOR!

Setelah sebelumnya Ngobrol-Ngobrol Ngondek diisi oleh om-om kacau dan mas-mas bingung, kali ini kita kedatangan mbak-mbak ayu asal Jember. Seorang blogger, layouter, novelis dan pecinta binatang.

Eh, eh, siapa dia? Kita sambut saja!

Vindy Putri!

Vindy baru creambath berhadiah mobil

"Halo, Vindy. Gimana rasanya diundang di acara Ngobrol-Ngobrol Ngondek?" Tanya saya tanpa basa-basi. CCTV yang dipinjam dari Indomaret sebelah sudah siap merekam segala adegan. Ditambah Blackberry yang dipasangi tongsis terjulur ke arah bintang tamu.

Di seberang sana, Vindy sudah duduk manis di sofa. Dengan catatan, satu kakinya naik di sofa kayak mas-mas tengil di warteg Bu Dodit.

"Kamu tanya gimana rasanya? Sedangkan aku belum ngerasain diundang. Gimana aku bisa jawab?" Vindy mengangkat bahu, bingung.

"Wah, jawaban kamu bagus juga." Saya cengengesan, keringat segede biji tasbih mengalir lembut di dahi. "Bisa kenalkan diri kepada pemirsa? Siapa kamu? Kesibukannya apa? Semalam bareng Yolanda gak?"

"Saya siapa ya?" Vindy garuk-garuk kepala gak gatal.

Padahal tadi saya belum sempat benturin kepalanya ke tembok, kenapa dia bisa amnesia gini ya? Oh, mungkin dia kurang fokus karena belum dikasih minum. Andai saya udah dapat sponsor, saya udah kasih dia minuman bermerek.

Setelah minum air putih yang saya suguhkan, akhirnya Vindy ingat akan jati diri serta nama-nama satelit Uranus.

"Saya Vindy Putri," aku Vindy akhirnya. "Sibuk menguras kemalasan. Terus ngisi semangat yang baru. Semalam sih saya sama Yolando."

Saya menyimak.

"Saya juga sibuk kerja sore pulang malam. Lagi pusing, cari kesempatan untuk rolling pagi," curhat Vindy.

Saya hendak bertanya lagi, tapi Vindy keburu melanjutkan berbicara.

"Oh ya, saya juga sibuk ngedesain dan ilustrasi koran harian Jawa Pos Radar Jember. Jadi selalu bergelut dengan para redaktur. Baik redaktur yang sabar, tenang, bahkan ada redaktur yang gak sabaran," lanjut Vindy. "Sebut saja redakturnya Yolando."

"Sibuk banget ya, Kak Vindy. Oh ya, kamu udah lama ngeblog? Bisa ceritakan sejarah ngeblog dari awal sampai hari ini?" Tanya saya sembari menyodorkan tongsis yang menjepit Blackberry ke arahnya.

"Sebentar aku inget-inget...." Vindy pasang pose imut dengan telunjuk menempel di pelipis. Tanda dia berpikir.

Biar seru, di saat Vindy berpikir keras, saya ambil tongkat sihir. Lalu saya ambil kenangan dari kepala Vindy mengenai sejarah blognya. Saya memindahkan kenangan berbentuk seperti benang-benang itu ke dalam pensieve. Sejurus kemudian, saya melongokkan kepala ke dalam pensieve. Bumi berputar hebat, kaki saya tidak menginjak tanah.

Saya berhasil masuk ke dalam masa lalu Vindy. Suasana di sekitar saya mendadak serba hitam-putih seperti TVRI jaman doeloe. Saya berada di kamar Vindy. Vindy kecil sedang menghadap monitor. Dia sedang ngeblog. Saya melihat kalender di kamarnya. Tahun 2006. Inilah awal mula Vindy kenal dunia blog.

Ketika saya berdiri di belakang Vindy untuk membaca apa yang sedang diketiknya, saya kembali terlempar ke masa yang sedang ditulisnya itu.

Saya berdiri di tengah-tengah Vindy dan saudara sepupunya. Mereka sedang mengobrol dengan nenek mereka yang mulai rabun. Lalu neneknya Vindy minta dibelikan gudeg. Secepat kilat, tahu-tahu saya sudah berada di tengah Vindy dan saudara sepupunya naik motor. Jadilah kami naik motor bertiga menuju warung gudeg. Setelah membeli gudeg, kami pulang ke rumah nenek Vindy. Baru sampai teras, kami melihat penampakan. Belum sempat saya menjerit, saya sudah berpindah tempat lagi.

Saya mendarat di kamar Vindy lagi. Terlihat Vindy berumur belasan sedang menangis. Air matanya membasahi bantal. Dia patah hati karena cinta pertama. Lalu dia menulis kisahnya ke dalam blog.

Ketika saya berdiri di depan Vindy yang sedang mengetik entri blog, suasana di sekitar berkelebatan seperti trailer film yang diputar secara cepat. Kepala saya dijejali adegan-adegan masa lalu Vindy.

Vindy pernah lupa password, lalu vakum ngeblog. Dia mulai ngeblog lagi bulan Oktober 2009. Vindy mengisi blognya dengan copas tulisan orang. Kemudian, Vindy paham kalau copas itu haram, lalu terjadilah pertaubatan Vindy. Tobat copas, dia menceritakan kegiatan seru di SMA, tentang motivasi dari guru. Dan Vindy mulai jarang ngeblog lagi. Lalu Vindy mulai kenal kuis di blog pada tahun 2012. Dia hanya posting materi kuis di blog.

Lalu Vindy mulai kenal dengan review produk. Dia geluti itu. Dia juga sempat ikut kompetisi lomba blog di kampusnya. Nyaris juara 1 dalam segi konten. Sayangnya, batal juara karena dia harus ikut KKN. Dia gagal mendapatkan hadiah berupa netbook imut dengan pita cantik. Vindy galau berhari-hari karena kegagalan itu.

Saya kembali ke masa kini bersamaan dengan kepala saya yang keluar dari pensieve.

Di seberang sana, terlihat Vindy masih pasang pose imut dengan telunjuk menempel di pelipis. Tanda dia masih mengingat-ingat.

Saya mengakhiri momen ini dengan mengibaskan tangan kepadanya. Gak perlu diceritakan. Toh saya sudah melihat masa lalu dengan kekuatan sihir. Akhirnya, saya pindah ke pertanyaan selanjutnya, "Bisa diceritakan kesan-kesan ngeblog?"

"Kesannya ngeblog ya..." Ucap Vindy menyiapkan jawaban. "Kesanku selalu tidak puas dengan apa yang aku post di blog. Aku terobsesi dengan kenyamanan membaca. Aku ingin orang yang masuk ke blogku itu betah. Perkara isi jelek, yang penting mereka nyaman. Mata gak pusing dengan corak yang ngejreng dan loading nggak berat. Nggak pake widget yang ada butiran salju, tulisan bergerak, ada Cinderella muter, burung twitter terbang kesana-kemari."

Saya menyimak sembari makan popcorn.

"Kalau ada tampilan blog kayak gitu, pasti aku close sebelum aku baca apapun," tambah Vindy. "Dalam ilmu komputer, pembuatan desain web itu harus ERGONOMIS. Artinya, harus ada keseimbangan antara warna, tata letak, kenyamanan, dan tingkat kesulitan dalam mengakses."

"Bisa disebutkan satu nama blogger yang ingin kamu temui?" Tanya saya sekonyong-konyong.

"Yang pengen aku temui... Blogger ini temanku, sekaligus penulis best seller. Tulisannya menginspirasi. Gaya bahasanya sangat nyaman untuk dinikmati. Nama blognya duniakecilindi.blogspot.com. Penulis buku MIKA," beber Vindy. "Blognya rapi, manis, banyak yang komen. Namanya Indi."

"Indi yang pacaran sama Vino G. Bastian itu? Indi yang diperankan Velove Vexia itu?" Tanya saya antusias.

"Iya. Kami sama-sama cinta hewan. Kami pernah satu buku di buku yang judulnya Guruku Berekor dan Berbulu yang hasilnya didonasikan untuk hewan yang butuh pertolongan medis," lanjut Vindy. "Dia pernah ngajak barter novel. Novel yang kutulis dan kuterbitkan indie, dan ia tertarik. Sebenarnya aku malu. Karena tulisannya masih acak."

"Jadi Vindy pecinta binatang ya. Bisa diceritakan hewan-hewan yang jadi peliharaan kamu? Siapa tau kamu melihara harimau putih." Saya kepo.

Lalu Vindy mengajak masuk semua binatang peliharaannya ke dalam rumah saya.

"Kucing. Tikus putih. Kelinci. Musang. Ikan. Monyet. Burung. Kura-kura," absen Vindy. Yang disebutkan Vindy itu muncul semua di sekitarnya.

"Satu keluarga pecinta hewan. Mengasihi dan peduli hewan," ucap Vindy dengan tangan kiri menggaruk-garuk kucing peliharaannya dan tangan kanan memeluk akuarium berisi ikan hias. Monyet berdiri di bahu kanannya. Burung menclok di bahu kirinya. Tikus putih bertengger di kepalanya kayak Ratatouille. Sementara itu, kura-kura masih berjalan pelan dekat pintu masuk. Dan musang udah geledah kandang ayam di belakang rumah.

"Belum kepikiran melihara trenggiling? Mereka makannya semut loh." Saya bertanya iseng sembari mengintip kandang ayam yang disatroni musangnya Vindy.

"Trenggiling..... No!" Vindy geleng-geleng kepala. "Favoritku adalah kucing. Aku memelihara kucing, seperti merawat anak sendiri. Aku juga punya dua monyet, Bona dan Boni. Sudah kuanggap seperti adik kandung. Bahkan Mama lebih sayang mereka ketimbang anaknya. Mungkin faktor menanti cucu."

"Berarti nanti kalau kamu punya anak, bakal dipelihara kayak kucing? Dikasih susu ditaruh di lantai, dikasih tempat buang air yang ada pasirnya, terus dimasakin nasi goreng pake makanan kucing. Begitu?" Tanya saya kritis.

"Tentu anakku kuperlakukan sebagai anak manusia." Vindy menjitak kepala saya pakai pantat akuarium.

"Kalau kamu nanti punya suami, mau dirawat kayak gimana?" tanya saya tambah kritis.

"Ini pertanyaan apa?" Vindy heran. "Yang pasti aku perlakukan sebagai suami!"

"Apakah ada di antara peliharaan kamu yang dirawat seperti suami sendiri?" Level kritis pertanyaan saya mencapai titik puncak.

"Iya gak mungkin!" Vindy kembali menggetok kepala saya. Kali ini pakai cangkang kura-kura. "Bisa terjadi persilangan gen yang hasilnya nanti dapat meresahkan masyarakat. Aku gak mau terkenal karena persilangan genetik."

"Kamu pernah nonton Tebo si Anak Genderuwo gak? Katanya dia juga korban persilangan gen," ucap saya serius.

"Boleh saya bertanya?" Tanya Vindy mengabaikan Tebo si Anak Genderuwo.

"Itu udah nanya," jawab saya.

"Ah, jenius sekali," ucap Vindy sumringah. Tapi urat-urat kesal tampak jelas di jidatnya.

"Iya, boleh. Apa sih yang nggak boleh buat Vindy," kata saya kalem.

"Saya ingin bertanya, Ngobrol-Ngobrol Ngondek ini dimana letak ngondeknya ya? Apa ketika saya menjawab pertanyaan, tangan saya harus begini?" Vindy memeragakan tangan menyetop angkot.

"Biar saya aja yang ngondek. Tugas kamu menjadi cantik saja." Saya berkata kalimat sekeren itu dengan tangan melambai.

Vindy tersenyum. "Sayang, kita bertemu dalam waktu yang terlambat," ucapnya.

Peringatan: Kalimat di atas adalah contoh bentuk penolakan secara halus. Mungkin dengan tujuan tidak ingin menyakiti korban penolakan. Tapi intinya jelas, dia udah punya pasangan.

"Baik, kita masuk ke pertanyaan berikutnya," ucap saya mengabaikan kalimat Vindy terakhir. "Jelaskan bagaimana cara membaca prasasti peninggalan Kerajaan Pasai!"

"Maaf, saya bukan orang Sejarah," elak Vindy.

"Baik, berapa waktu yang dibutuhkan Planet Saturnus mengitari porosnya sendiri?" tanya saya lagi.

"Itu Geografi. Saya IPA," elak Vindy lagi. Padahal jelas-jelas itu pelajaran IPA bab Tata Surya.

"Coba sekali lagi ya. Apa yang akan terjadi jika air tape dicampur spirtus?" Tanya saya pantang menyerah.

"Air tape itu pasti air yang mengandung fermentasi. Jika terlalu banyak nanti memabukkan. Spirtus untuk bahan bakar. Jika orang mabuk dibakar, tewas." Akhirnya, Vindy menjawab pertanyaan saya.

"Bisa diceritakan suka-dukanya jadi layouter? Pernahkah lagi asyik lay out, tiba-tiba sadar kamu melakukannya bukan di komputer, tapi di tembok rumah dinas gubernur?" Tanya saya lagi.

"Layout buku: Sukanya, ornamen yang dipasang itu bebas sesuai imajinasi layouter. Tidak jarang pula menyelaraskan dengan cover. Dukanya, CAPEK! 200 halamam harus detail. Apalagi buku kumcer. Bisa-bisa per halamam kudu ngasih ornamen," beber Vindy.

"Layout koran: Sukanya, simpel. Udah ada pakem style font. Tinggal pakai. Halamam terbatas. Biasanya 2-3 halaman aja per orang. Dukanya, target harian. Nunggu berita yang baru ditulis sore, harus jadi sebelum jam 9. Resiko. Pulang malam. Tapi... asyik!" tandas Vindy.

"Wah seru ya hidup jadi layouter. Beruntung cowok yang bisa menjadikan kamu sebagai layouter di hidupnya. Jadi hidup dia bisa ditata letaknya oleh kamu. Sweet." Saya meloncat ke pertanyaan selanjutnya. "Jika kamu diberi Life Note, kamu ingin menghidupkan siapa? Sebut satu nama saja."

"Kucing boleh?" Tanya Vindy polos.

"Kucing juga boleh," jawab saya.

“Puciy, kucingku yang pinter dan baik. Pup di kamar mandi. Pemburu handal. Dan semoga jika hidup kembali, sehat selalu temani aku," harap Vindy.

Keringat segede biji jakun menetes hebat di jidat saya. Dikasih kesempatan menghidupkan orang yang sudah mati, malah digunakan untuk menghidupkan kucing. Nice.

"Sebutkan minimal empat nama kepala negara perempuan!" Tanya saya mendadak.

"Megawati, Lady Diana, mamaku dan Bu Guru." Vindy menjawab tak kalah cepat.

"Good!" Saya acungkan jempol. "Nah, sekarang ada yang ingin disampaikan kepada WNI yang sudah bergabung dengan ISIS?"

"Hmm. Salam sejahtera aja. Buat anak-anak SMA 2 Jember, SMP 3 Jember, anak Sistem Informasi. Salam kompak selalu!" ucap Vindy riang berasa kirim salam di radio.

"Kolega-kolega kamu gabung ISIS, Vind?" Saya terperangah.

Vindy malah ketawa. Membuat bulu roma saya meremang.

"Eh asal kamu tau, lembaga dakwah di fakultasku namanya ISIS. Itu dibentuk sebelum ada ISIS. Artinya Information System Islamic Student. Begitu ada ISIS, buru-buru ganti nama." Vindy menerangkan.

Saya ikut ketawa. "Kenapa gak suruh ISIS yang di sono aja yang ganti nama?"

"Nah, seandainya di ISIS kampusku ada Haji Lulung, itu bisa aja terjadi." Vindy mengucapkan nama yang tidak boleh disebutkan.

Saya buru-buru menutup acara. "Baiklah, Non Vindy. Selesai sudah acara kita. Saya haturkan terima kasih atas kesediaannya berbagi pengalaman hidup bersama saya. Semoga ke depannya Non Vindy dan segala apa yang dilakukannya menuai kesuksesan di dunia dan di akhirat. Aamiin."

Vindy melambaikan tangan dan pulang diikuti binatang-binatang peliharaannya.

***

Itulah Ngobrol-Ngobrol Ngondek bersama Vindy Putri. Pelajaran yang bisa kita petik dari obrolan kali ini: orang mabuk dibakar bisa tewas. Sekian dari saya, Haris Firmansyah.

Komentar

  1. Yang ini bikin ngakak -->> Kalau kamu nanti punya suami, mau dirawat kayak gimana?

    BalasHapus
  2. Banyakin dong ngobrol ngondeknya.. :p

    BalasHapus
  3. Aaaakk...., Ada sayahhh!
    Mencintai dan menyayangi binatang akan membentuk pribadi pengasih dan penyayang. :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups. Terima kasih sudah jadi bintang tamu ya. :D

      Hapus
  4. Gue baru tau kemarin kalo pemilik blog dunia kecil indi ternyata yang nulis novel waktu aku sama mika dan difilm'in jadi Mika...
    agak kaget juga soalnya kadang dia juga komen di blog gue :D

    itu gagal dapet netbook cuma gara2 KKN? waaah~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Mbak Indi ramah SEO ya, Dot.

      Hapus
    2. Haha.. iya, saat itu aku dikabarin sama panitia masuk 10 besar. Aku nggak tahu kalau ternyata aku juara 1. Aku nggak hadir karena aku harus KKN.
      Besoknya aku dapat kabar, kalau sebenarnya aku juara satu. Karena aku nggak hadir di pengumumannya, aku digeser. Yang juara 2 jadi juara 1, dst. (memang diberi tahu ada peraturan sistem gugur jika tidak hadir) Aku nggak ngira kalau ternyata juara 1. :'(

      Aku nangis galau.. Tapi ya trus sadar, mungkin memang bukan rejeki.

      Hapus
    3. Hehehe. Kamu harus lapang dada dan ambil hikmahnya. :D

      Hapus
    4. Hikmahnya, aku mengenal Date Note dan kamu pas jaman KKN, makasih ya bukunya udah nemenin pas KKN. :D

      Hapus
  5. Ya, kali. Creambath hadiahnya mobil. -_-

    Owalah, ini penulis yang bukunya sudah difilmkan, ya. Keren-keren.

    Gue agak kaget, bro. Lu punya temen sekeran ini. :)

    Bakar!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dia temennya penulis yang bukunya sudah difilmkan. :D

      Hapus
    2. Ya, betul..., seratuss...!

      Hapus
  6. Ih.. Mbak Vindy-nya cantik :)
    Ya ampun sebagai sesama perempuan kita berdua sangat berbeda -_-.
    Pernah dikasih kelinci sama teman SMP, simbol pertemanan atau apalah, kurawat jadinya mati!
    Terus dikasih hamster sama temen SMA, mati juga.. -____-
    Sejak saat itu, saya jadi ogah merawat binatang... :3 #Curcol hehe

    BalasHapus
  7. Mbaknya udah cantik, berhati lembut lagi.

    BalasHapus

Posting Komentar