Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Dragon Ball: Kisah Son Goku Kecil

Selain Naruto dan One Piece, Dragon Ball adalah komik cowok yang wajib dibaca, menurut saya. Maka, saya membaca dari volume 1 sampai 42. Biar nggak lupa, saya menuliskan kembali cerita petualangan Son Goku menyelamatkan dunia. Awalnya, cerita Dragon Ball mirip Journey to the West. Ada siluman monyet, siluman babi dan siluman kura-kura. Bahkan ada si mata tiga yang merepresentasikan Dewa Erlang. Gantilah tujuan cerita ‘perjalanan ke Barat mengambil kitab suci’ dengan ‘perjalanan kemana saja mengumpulkan tujuh bola naga’. Karakter Bulma yang menggerakkan Son Goku untuk mencari dragon ball, bisa disamakan dengan Biksu Tong versi feminis. Dalam perjalanan mengumpulkan dragon ball untuk kali pertama, Bulma dan Goku bertemu musuh-musuh yang cemen. Sebutlah Oolong si siluman babi yang bisa berubah wujud. Tapi Oolong cuma menang tampang, skill bertarungnya masih kalah dengan Goku yang saat itu berdandan sebagai anak perempuan. Ada juga musuh yang bisa mengubah siapapun yang disentuh

Ekspedisi Selera dan Melawan Bosan Selama Naik Kereta Api

Kadang saya kangen dengan kota-kota yang pernah saya kunjungi. Salah satu yang bikin kangen tentu saja makanannya.  Mulai dari Cirebon, Solo, Jogja, Malang dan Surabaya. Dari petualangan itu, saya menemukan pencerahan kuliner. Sebuah pengalaman yang melibatkan rasa. Dimulai dari Cirebon. Tak lengkap jika tak mencicipi nasi jamblang. Dengan ditimpali sambel kerang, rasanya mantap betul! Tapi saya tak banyak makan kala itu meski rasanya pengen nambah lagi, nambah lagi. Sebab setelah itu dilanjut dengan menggerogoti empal gentong dan sate kambing H. Apud. Dari ekspedisi selera ini, Cirebon pastilah akan memanggil jiwa kelaparan saya di kemudian hari. Ketika main ke Solo, saya sempat mencicipi makanan yang namanya selat. Hebat memang orang Solo. Selat aja dimakan. Kalau di kota saya, Cilegon, selat itu diarungi pakai kapal feri dari pelabuhan Merak ke pelabuhan Bakauheni. Yak, Selat Sunda! Pertama diajak kawan ke warung makan di Solo, saya cukup kaget tatkala melihat menu. Ha

Jendela360: Teman Cari Apartemen

Kali pertama saya kepikiran pengen tinggal di apartemen adalah ketika nonton film Jumper. Tokoh utama dalam film tersebut, David Rice, adalah seorang teleporter yang berkemampuan pindah tempat dalam sekejap. Tapi kekuatan ini tidak digunakannya untuk kebaikan, seperti menolong korban banjir atau membasmi tindak kriminal yang terjadi di sekitarnya.  Yang ada David malah mencuri uang dari bank. David memilih jadi antihero yang kerjaannya bikin departemen accounting kebingungan ketika menyusun neraca keuangan karena ada yang tidak balance . Salah satu cara David Rice menghabiskan duit curiannya adalah pindah ke apartemen mahal dengan segala perabotan mewah di dalamnya. Jika dilihat dari pilihan tempat tinggalnya, David Rice merupakan orang yang tidak mau repot. Selama film, memang tampak David ini males banget. Ambil remote TV yang jaraknya dekat aja pakai teleportasi segala. Memang, tinggal di apartemen amatlah praktis. Tidak perlu repot-repot menyapu daun-duan kering d