Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Bioskop Syariah Cinema 212

Saat itu saya baru selesai nonton di bioskop pada jam main terakhir. Sudah suntuk malam. Beberapa pasangan yang baru kelar nonton berbondong-bondong keluar dari studio. Di antara orang-orang yang keluar dari bioskop, ada satu cewek berkerudung yang tak asing mukanya bagi saya.



Lalu memori saya bekerja. Seingat saya, cewek inilah yang pernah menanyakan saya mau nonton film apa, dengan siapa, duduk di mana dan berbuat apa. Yang selalu saya jawab, "Satu orang. A13. Nonton doang!"

Ternyata dia adalah karyawati bioskop tempat saya biasa nonton. Saya pangling karena dia mengenakan kerudung saat di luar bioskop. Jadi, apa yang terjadi? Akhwat ini di kehidupan sehari-harinya berkerudung tapi karena tuntutan pekerjaan, dia melepas kerudungnya?

Kalau sohibul hijrah dari Sunagakure sampai tahu, bisa jadi mereka mengecam pihak bioskop karena membatasi umat untuk menjalankan perintah agama. Sama seperti ketika seorang kasir yang dipaksa pakai topeng Darth Vader padahal ia seorang pengabdi Jedi, misalnya.

Jika hal ini diketahui oleh Felix Siauw yang sudah menulis buku "Yuk, Berhijab!", mungkin saja beliau akan menulis buku baru berjudul "Yuk, Resign!" sebagai provokasi untuk meninggalkan pekerjaan demi fokus beragama. Namun, sebelum menyuruh orang keluar dari pekerjaan dan cari kerjaan baru, alangkah baiknya jika disertai dengan memberikan pilihan alternatif pekerjaan pengganti sebagai solusinya. Misalkan, membuka lapangan pekerjaan yang mendukung karyawati tetap mempertahankan hijab.

Sekarang sudah berjalan Koperasi Syariah 212 dan 212 Mart. Ide yang pertama dicetuskan oleh Aa’ Gym pada bulan Desember 2016. Tinggal menunggu waktu untuk channel TV Syariah 212 dan Bank Syariah 212.

Jika selama ini baru ada bioskop konvensional, maka perlu dihadirkan bioskop tandingan berupa bioskop syariah. Untuk namanya, bisa mendompleng nama yang sudah lebih dulu jadi pemain lama, yaitu Cinema 21. Lalu, tambah satu angka di belakangnya, jadilah Cinema 212.

Cinema 212 bisa menjadi pelopor jaringan bioskop berbasis syariah dengan keseimbangan antara IPTEK dan IMTAQ. Dengan kekuatan umat dan partnership berjamaah, membangun bioskop yang fokus menayangkan film-film religi bukanlah perkara sulit.

Jika ide bisnis ini berhasil, saya optimis CGV dan Cinemaxx bakalan turut membuka bioskop cabang syariah: CGV Syariah dan Cinemuamalat.

Selama ini, di bioskop konvensional, film-film religi, contohnya salah satu film yang bercerita tentang hafiz Quran cilik, hanya kebagian beberapa layar dan bertahan dalam hitungan hari. Namun, dengan Cinema 212, film-film religi tersebut mendapatkan tempat dan penonton yang tepat. Jadilah nanti film tidak sekadar tontonan, tapi bisa menjadi tuntunan.

Belum lagi, di bioskop ini dijamin bebas maksiat karena memisahkan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan dengan sekat. Jika bioskop konvensional biasa dipakai muda-mudi mojok di bangku A1-A2, maka hal itu tidak akan terjadi di bioskop syariah. Sebab nanti penomoran bangkunya pun berdasarkan huruf dan angka Arab, Alif Wahid, Alif Isnain.

Semua karyawatinya berjilbab, serta karyawannya cakap mengimami sholat wajib berjamaah. Tentu saja di bioskop ini ada masjid. Jadwal tayang film pun tidak menabrak waktu salat. Sebelum menonton, penonton dipersilakan salat terlebih dahulu. Sebab keutamaan hidup ini tentang menunggu waktu salat, bukan menunggu jadwal tayang film.

Dari segi kebersihan, jaringan bioskop 21 Cineplex sudah memenuhi sebagian dari iman. Studio-studio bioskopnya selalu bersih dan nyaman asbab dijaga oleh kerja keras petugas kebersihannya.
Toilet bioskop terkenal dengan kebersihan dan kenyamanannya. Di saat toilet mall yang berbayar kurang menjaga kebersihan, toilet bioskop hadir kinclong dan gratis. Tak heran banyak orang masuk ke bioskop hanya untuk numpang pipis. Orang-orang yang masuk bioskop untuk buang air biasanya  punya hobi sebaliknya, nonton film di kamar mandi.

Keunggulan pada aspek kebersihan toilet ini perlu diadopsi oleh bioskop syariah nantinya. Namun, perlu ditambahkan peringatan untuk tidak berlama-lama di WC karena WC tempat tinggalnya setan. Selain itu, alasannya karena pengguna lain sudah menunggu di depan pintu.

Bioskop konvensional selama ini melarang penonton membawa masuk makanan dan minuman dari luar bioskop. Sementara harga makanan dan minuman yang dijual di bioskop sangatlah mahal. Jika beli softdrink di Indomaret bisa dapat sebotol besar, di bioskop hanya dapat satu gelas imut yang kerap kali sudah habis saat baru nonton deretan trailer sebelum film tayang. Di bioskop syariah, dengan harga segitu sudah bisa dapat air zam-zam.

Fokus bioskop syariah Cinema 212 tidak hanya cari untung, tapi cari berkah. Film-film luar negeri yang masuk, akan disensor ketat. Kalau perlu diganti judulnya, dari Harry Potter menjadi Harry Jumat. Film India 3 Idiots menjadi 3 Bahlul. Planet of the Apes menjadi Planet of the Camel.

Setelah film selesai, bakalan diteruskan dengan ceramah dari ustadz menanggapi cerita filmnya dan menyampaikan hikmah yang bisa dipetik serta dijadikan pelajaran. Yah, kurang-lebih seperti sinetron Rahasia Ilahi yang diasuh Ustadz Arifin Ilham kala itu.

Ketika studio dibuka tanda penonton sudah boleh masuk, biasanya ada suara panggilan. Bedanya, di bioskop syariah diawali dan diakhiri dengan salam, "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mohon perhatian Antum, pertunjukan film di teater segera dimulai. Para penonton yang telah memiliki karcis dipersilakan untuk memasuki ruangan teater dengan mengucap basmalah. Wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Komentar

  1. Bikin, a'...
    Peluangnya bagus. Pokok yg ada syariah² itu bakal laris. Mungkin bisa melebihi antrean bioskop besar.

    Jangan lupa, kursinya harus bersertifikasi halal. Cat dinding, kramik, karpet, segalanya jgn lupa. Jangan setengah².

    BalasHapus

Posting Komentar