Langsung ke konten utama

Postingan

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Postingan terbaru

Perjalanan Rumah Pertama

Saya ingin berbagi kisah perjalanan saya memiliki hunian pertama, dari awal membayarkan uang muka rumah impian hingga pada akhirnya menjualnya karena sebuah alasan. Ini adalah perjalanan yang melibatkan keputusan sulit yang harus saya ambil. Semua dimulai ketika saya memutuskan untuk memiliki rumah sendiri. Setelah mencari dan menemukan rumah yang sesuai harapan, saatnya membayar booking fee dan uang muka. Proses ini tidak hanya melibatkan keuangan, tetapi juga mimpi dan harapan untuk memiliki tempat tinggal sendiri. Pada saat akad, saya merasakan campuran perasaan antara kegembiraan dan tanggung jawab. Ini adalah langkah serius dalam kepemilikan properti, dan saya merasa bangga memiliki rumah pertama saya. Setelah akad selesai, langkah berikutnya adalah mencicil rumah setiap bulan. Proses ini membutuhkan disiplin keuangan dan komitmen untuk membayar angsuran tepat waktu. Meskipun terkadang sulit, melihat rumah menjadi milik sendiri memberikan kepuasan yang luar biasa. Sebelum memutusk

30

Ternyata menjadi kepala tiga memang sepusing itu. Punya satu kepala saja berat. Ini tiga kepala. Kamu harus memikirkan diri sendiri, pasangan, dan keluarga. Kehidupan menawarkan banyak sekali hal baru, setelah kamu mengikhlaskan yang dulu.  Dari perumahan ke apartemen. Dari kota industri ke kota metropolitan. Dari jalanan lurus ke jalanan bercabang yang kalau salah belok sedikit bisa kena tilang. Dari menghitung angka ke merangkai kata. Dari Microsoft Excel ke Google Doc. Dari Internet Banking ke Content Management System (CMS) . Dari Android ke iOS. Dari Windows ke macOS. Dari menekuni pekerjaan di tanah kelahiran ke pekerjaan yang membawamu sampai Pulau Dewata. Bekerja di tempat orang berlibur, membuatmu ingin kembali ke sana kapan-kapan untuk benar-benar liburan sampai jatah cuti habis. Kamu bergumul dengan kemacetan ibukota, berbaur dengan ribuan karyawan yang commuting dan berkumpul di stasiun KRL. Berdesakan di halte untuk kembali berdesakan di bus kota. Atau kalau mood, mengend

Cari Kerjanya di Jobstreet dan LinkedIn, Ketemunya di Twitter HRD Bacot

 Berkat LinkedIn dan Jobstreet, setiap orang bisa mencari kerja tanpa meninggalkan rumah. Namun, selain memanfaatkan dua situs pencari kerja tersebut, sepertinya kita juga harus mencari lowongan pekerjaan di aplikasi lain. Bahkan media sosial seperti Twitter bisa jadi media perantara yang mempertemukan pencari kerja dengan loker yang cocok untuknya. Inilah kisah saya yang sempat sibuk cari kerja di Jobstreet dan LinkedIn, tapi ketemunya di Twitter HRD Bacot. Awal tahun 2022 menjadi langkah pertama saya dalam mencari pekerjaan baru. Di LinkedIn, saya menemukan sejumlah perusahaan startup dan ternama sedang membuka lowongan pekerjaan. Saya langsung mengisi form lamaran dan apply sana-sini. Saya membayangkan bisa bekerja di perusahaan teknologi yang jasanya saya pakai sehari-hari, rasanya pasti membanggakan. Namun, sebelum mimpi saya kejauhan, saya mendapatkan banyak sekali surat penolakan di email. Bagi saya, LinkedIn sebatas menjadi media sosial untuk update karier dan portofolio saja

Bjorka Nge-hack Biar Apa?

Nama Bjorka menjadi trending di media sosial setelah aksi sang anonim dalam membongkar data rahasia negara. Banyak yang mengelu-elukan serangan hacker misterius itu, bahkan menjadikan pelakunya seolah pahlawan. Sudah seperti nonton film Mencuri Raden Saleh saja ya? Sejatinya, tindakan hacking adalah kejahatan dan tidak bisa dibenarkan. Jika kamu pernah menjadi korban hack, tentunya bakalan merasa trauma dengan berita terkait peretasan. Awal tahun 2010, saya bercita-cita menjadi penulis buku seperti idola saya, JK Rowling, Andrea Hirata, dan Raditya Dika. Upaya saya dalam mewujudkan mimpi tersebut adalah rajin mengikuti lomba cerpen. Namun, tidak semua lomba bisa saya menangkan. Kalaupun menang dan cerpen saya terpilih untuk diterbitkan dalam sebuah antologi, saya tidak mendapatkan bayaran sepeser pun. Sebab antologi cerpennya diterbitkan secara indie. Rasanya masih jauh jalan saya untuk mendapatkan penghasilan dari royalti buku seperti penulis best seller yang saya kagumi. Ada juga

Terhanyut dalam TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts

Sewaktu masih sekolah, saya sering mampir ke toko buku untuk mengintip buku kumpulan humor di rak genre humor. Dari buku-buku itulah saya mendapatkan hiburan sekaligus bahan lawakan untuk ditampilkan di tongkrongan. Pada zamannya, buku kumpulan humor tersedia dalam berbagai edisi. Dari mulai jokes kodian edisi dokter, polisi, politisi, sampai pemuka agama. Bahkan lelucon Gus Dur dikumpulkan menjadi satu buku sendiri. Seiring kemajuan internet dan teknologi digital, buku-buku humor itu mulai punah. Buku kumpulan SMS kocak yang dulu sempat membanjiri toko buku, kini terbilang sudah langka.  Alasannya sudah jelas, SMS nyaris tidak relevan lagi, termasuk SMS kocak.  Dewasa ini, fitur SMS seringnya digunakan untuk mengirim kode OTP. Beberapa orang yang masih setia dengan fitur SMS memanfaatkannya untuk menjebak nomor-nomor HP secara acak. Modusnya lawas, yakni SMS pemenang undian dapat hadiah ratusan juta. Siapa yang percaya? Kini, buku kumpulan SMS kocak sudah terganti dengan kumpulan