Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Barang yang Disiapkan untuk Kondisi Kepepet

Setelah anime Tokyo Revengers season pertama menayangkan episode terakhir di Youtube, penonton seperti kekurangan asupan cerita tawuran. Sampai-sampai yang belakangan viral di TikTok adalah cuplikan podcast dari Youtube tentang cerita tawuran anak STM. Konflik yang terjadi di film adaptasi komik Tokyo Revengers tercetus karena seorang anggota geng yang ingin membalaskan dendam untuk temannya jadi korban pengeroyokan. Dendam pribadi itu difasilitasi oleh kelompoknya sampai pecah perseteruan antara dua kubu. Tawuran di film Tokyo Revengers tidak sampai memakan korban jiwa. Sebab sang jagoan, yaitu Takemichi, bisa kembali ke masa lalu dan mencegah temannya terbunuh. Dengan Takemichi berhasil menyelamatkan tokoh kunci yang seharusnya tewas karena aksi tawuran, masa depan pun bisa lebih baik. Dari semua momen hidup Takemichi, mengapa masa muda yang dipilih untuk diperbaiki? Sebab masa remaja itulah yang menentukan seperti apa seseorang ketika dewasa kelak. Pilihan penting dalam jalan

Membangun Emotional Branding untuk Produk Tanpa Tanding

Sebelum memutuskan untuk membeli koleksi novel dari seorang pengarang, saya lebih dulu terinspirasi dengan kisah hidupnya. Penulis favorit saya ini berasal dari sekolah dengan bangunan yang memprihatinkan. Yang katanya disenggol kambing saja bisa rubuh. Apalagi kalau disenggol Nassar dan Jirayut yang sedang duet. Singkat kata, penulis idola saya ini menjadi inspirasi banyak pelajar kala itu. Walaupun latar belakangnya tidak mendukung mimpinya untuk meraih pendidikan tinggi, ia pantang menyerah. Sampai akhirnya ia bisa mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri, bukan perguruan swasta. Alhasil, beasiswa LPDP makin banyak peminat. Tidak hanya sampai situ. Melalui novel yang ditulisnya, sosok ini juga berhasil mengangkat isu pendidikan di negeri ini yang masih miris dan sangat butuh pertolongan. Menyentil para penguasa untuk lebih peka dengan hak belajar anak-anak di daerah terpencil. Memperhatikan fasilitas umum untuk membantu para pelajar haus ilmu menjangkau cawan pengetahuan. Ta

Startup Studio Indonesia, Membantu Startup untuk Scale Up

Di drakor Start-Up, ada sebuah tempat fiksi bernama SandBox yang merangkul beberapa startup untuk berkembang. Salah satunya startup milik tokoh utamanya. Ternyata Indonesia juga punya Startup Studio yang punya misi membantu startup untuk scale up. Startup Studio Indonesia adalah sebuah program yang dibidani oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Tujuannya memfasilitasi startup digital dalam mencapai tahap product-market fit dan memiliki founder yang potensial. Sebelum lebih jauh, apa itu product-market fit? Secara singkat, bisa diartikan sebagai kondisi dimana bisnis telah berada di pasarnya dan produk dapat dirasakan nilainya oleh konsumen. Nah, untuk setiap startup yang sedang merintis tahap product-market fit, bisa melanjutkan perjalanan bisnisnya bersama Startup Studio Indonesia. Startup Studio Indonesia hadir di tengah sulitnya mendapat sumber daya yang berkualitas dan pengembangan bisnis, sebagai solusi yang dibutuhkan startup untuk berkembang. Vis

Qasir: Satu Aplikasi untuk Semua Jenis Usaha

Jenis usaha pertama yang saya geluti adalah berjualan pulsa sewaktu sekolah. Pelanggannya adalah teman-teman sekolah. Namun, usaha itu harus gulung tikar sebelum berkibar sebagai perusahaan. Penyebabnya, ada teman yang beli pulsanya minta dikirim cepat, tapi bayarnya ngutang. Sudah begitu, utangnya tidak bayar sampai sekarang. Ada juga kejadian di mana pelanggan saya tidak tahu wajah saya seperti apa karena kami biasa bertransaksi via SMS, bayarnya dititipkan ke teman sekelas saya. Pernah suatu hari, saya tidak masuk sekolah karena izin sakit untuk nonton kartun Avatar. Sementara di kelas saya ada siswa lain yang namanya mirip dengan saya. Nah, pelanggan saya ini justru bayar pulsa ke teman sekelas yang namanya mirip dengan saya itu. Mungkin pelanggan mengira saya itu dia. Maklum, dia tidak tahu muka saya. Sewaktu saya tagih uangnya ke teman sekelas yang namanya mirip dengan saya ini, dia nggak mau balikin uangnya. Dia menganggap itu rezeki dia. Dari situlah semangat berusaha