Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Pose Sip

Ini cinta pertama Lala. Yudhis ingin selametan karena pacarnya nggak punya mantan.                                Kali pertama Lala melihat Yudhis adalah ketika anak baru ganteng tersebut ditegur guru penjaskes di koridor sekolah. “Kamu tahu salah kamu apa?” tanya guru penjaskes yang mencopot sepatu Yudhis secara paksa. “Saya anak baru dan sudah berani pamer pakai Yeezy ke sekolah,” jawab Yudhis mantap khas ucapan anak orang kaya. “Benar. Karena sekolah kita sudah melakukan partnership dengan sepatu Warrior. Merek lain dilarang,” terang guru penjaskes. Yudhis terpaksa telanjang kaki menyusuri koridor sekolah. Melihatnya, Lala tersenyum karena teringat dengan hobbit yang tidak pernah pakai alas kaki. Bedanya, Yudhis tidak boncel, tidak berambut keriting dan tidak makan tujuh kali dalam sehari, belum termasuk ngemil kolot buaya. Pada jam istirahat, Yudhis nekat masuk ruang guru untuk mengambil kembali sepatu seharga 95 jutanya yang disita. Di dekat sepatu-sepat

Demi Feeds Instagram Lebih Aesthetic!

Gambar diri sedang petatang-peteteng dengan pemandangan alam sebagai  background  semata, merupakan penanda bahwa kita pernah bahagia. Dipamerkan menjadi foto profil media sosial agar semua orang tahu kita pernah liburan. Untuk memiliki gambar diri dengan background pemandangan alam, ada dua cara untuk mewujudkannya: Pertama, pergi ke destinasi wisata bersama teman-teman, lalu berfotolah. Kedua, ambil foto teman yang sedang liburan, lalu editlah. Ganti saja kepalanya. Saya ingin berbagi tentang cara pertama: berfoto (betulan) di tempat wisata. Sebab cara kedua hanya digunakan ketika sedang kepepet. Ada banyak pilihan destinasi wisata di Indonesia. Anak zaman sekarang jangan sok kebule-bulean. Kepinginnya main ke pantai di Hawaii atau terbang ke Maldives (sambil peluk boneka Teddy Bear). Padahal tempat wisata di Indonesia juga banyak bulenya. Ambil contoh Bandung. Di kota yang katanya diciptakan Tuhan ketika sedang jatuh cinta ini bertaburan tempat libura

Critical Thirteen

Awe dan Karin pertama berkenalan di rumah sakit di bangsal 13. Keadaan keduanya sama-sama kritis saat itu. Karin kritis secara fisik. Awe kritis secara finansial. Awe tidak punya uang untuk membayar biaya berobat di rumah sakit. “Itulah gunanya mendaftar BPJS Kesehatan,” ujar Ade Rai yang tiba-tiba muncul di dalam kepala Awe yang lecet. Cerita dimulai ketika Awe dan Karin mengalami kecelakaan yang diakibatkan oleh keteledoran masing-masing: menyetir kendaraan sembari komentar bernada hate speech di kolom Instagram artis yang dibenci. Dengan catatan, mereka pakai akun alternatif yang memang dikhususkan untuk meluncurkan ujaran kebencian. Sudah menghujat, pengecut pula. “Bertattoo begitu, bagaimana mandi junubnya nanti?” komentar Awe di kolom Instagram pelawak komedi tunggal yang baru saja memamerkan tattoo terbaru bergambar tiga pedang Roronoa Zoro dari anime One Piece . “Nggak malu ya menggoda suami orang? Dasar pelakor!” Karin berkomentar menyerang seorang pedangdut. P