Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
sumber: Google Entah apa yang dipikirkan orangtua saya ketika melahirkan saya. "Hah? Anak kita hanya sebesar centong nasi?" Mungkin begitu teriakan mereka di kamar persalinan. Tapi, biar bagaimanapun, ketika seorang bayi dilahirkan, bersamaan dengan ari-ari yang dikubur di halaman belakang rumah, ada harapan yang ditumbuhkan di hati kedua orangtuanya. Ya, manusia lahir dengan membawa harapan. Ngomongin lahiran, saya sempat ditanya teman di grup WhatsApp. "Kak Haris, ulang tahunnya kapan?" tanyanya.