Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Main Bareng di Festival Bermain Anak 2018

Pada tanggal 29 September 2018, subuh-subuh saya naik Xtrans Travel dari Cilegon ke shuttle Jakarta, tepatnya di Hotel Kartika Chandra, Semanggi, Jaksel. Selama di bus, saya hanya tertidur pulas. Enaknya naik travel bisa tidur sepanjang jalan tanpa was-was takut kecopetan. Terima kasih, Xtrans! Sampai Semanggi, saya bangun, mungkin gantian sopir travelnya yang tidur. Saya cuci muka bentar di musholla biar nggak kentara kelihatan muka jok (muka bantal kalau tidur di kamar). Lalu saya order Grab Bike ke Universitas Al Azhar. Di sanalah digelar Festival Bermain Anak 2018 yang diadakan oleh Komunitas PlayPlus Indonesia. Dokumentasi: PlayPlus Komunitas PlayPlus Indonesia ini bermula dari sebuah kompetisi proyek sosial. Komunitas ini terbentuk pada tahun 2013 yang diinisiasi oleh sekelompok alumni pertukaran pelajar IELSP (Indonesia English Language Study Program). Melalui kompetisi AEIF (Alumni Engagement and Innovation Fund) 2013 yang diselenggarakan oleh U. S. Departemen of

Film Alien dan Sinetron Religi Bernuansa Antariksa

Dengan menonton film "The Predator" dan "Gila Lu Ndro!", saya jadi tahu tentang perbedaan antara alien lokal dan impor. Perbedaan itu didasari oleh unsur ekstrinsik kondisi negara tempat film dibuat. Dalam kasus ini, Negara Paman Sam dan WKWK Land. Di film The Predator, sosok alien diceritakan sebagai ancaman kemaslahatan umat. Dorongan alien datang ke Bumi untuk kudeta sumber daya dan menguasai segalanya. Selama ini, belum bisa dibuktikan eksistensi alien. Sempat terekam kamera penampakan UFO di Blok M. Setelah diselidiki, ternyata piring terbang dalam arti kata sebenarnya. Sama dengan piring terbang di rumah TKP KDRT. Padahal Bangsa Eropa yang dulu berbondong-bondong datang ke Benua Amerika dan menggusur suku Indian adalah definisi alien di kehidupan nyata. Sampai sekarang, Amerika Serikat bisa dibilang sebagai negara adidaya yang tidak ada takutnya karena tiada lawan. Maka, dibuatlah sosok alien, buah dari khayalan setengah paranoid. Bahwa yang bisa mena

Terpopuler

22 Peran di Game Werewolf Telegram

Lepas dari candu Pokemon GO, saya keranjingan main Werewolf. Tapi permainan yang mengasah suudzon skill ini tidak saya lakukan bersama para youtuber dan stand up comedian seperti yang dilakukan Raditya Dika di istananya pada vlog beliau. Saya melakukannya di aplikasi chatting bernama Telegram yang bisa diunduh di Play Store . Cara bermainnya sederhana: jika kita adalah warga desa, maka kita harus membasmi serigala sampai habis. Dan jika kita adalah serigala, makan semua warga desa. Di malam hari, serigala memangsa warga desa. Di siang hari, warga desa melakukan vote untuk menentukan siapa tertuduh serigala yang mesti digantung. Yang bikin greget adalah kita nggak tahu peran pemain lainnya. Permainan Werewolf versi bot Telegram ini menyuguhkan berbagai peran yang unik. Berikut adalah peran-peran yang bisa didapatkan selama main Werewolf. sumber: www.deviantart.com

Ada Apa dengan Mamet?

Nama saya Rangga. Saya hanyalah seorang pelajar SMA biasa. Saya lebih memilih mengisi jam istirahat dengan baca buku di perpustakaan daripada baca koran di toilet khusus guru. sumber: Google Image Semua berubah ketika Pak Wardiman sang penjaga sekolah, tanpa sepengetahuan saya, mengikutkan puisi buatan saya dalam lomba cipta puisi tahunan yang diadakan oleh pihak sekolah. Lomba tersebut berhadiah sepeda kumbang. Tak dinyana, puisi buatan saya menang. Pak Wardiman mengambil hadiah sepedanya, kumbangnya untuk saya.  Setelah saya resmi jadi pemenang lomba puisi tanpa sengaja, ada cewek mading yang ngejar-ngejar saya untuk minta wawancara. “Kamu Rangga, kan?” tanya cewek mading tersebut sambil ngajak salaman. Tapi saya abaikan tangan halusnya yang terjulur. Berhubung lupa kobokan, tangan saya masih ada bumbu rendang. Sebab saya makan siang di RM Padang. “Bukan. Saya sebenarnya siluman tengkorak,” kata saya berpura-pura. “Oh.” Cewek itu langsung percaya dan per

25 Komik Doraemon Petualangan

Setiap remaja tumbuh dengan teman imajinasinya masing-masing. Bertualang mencari harta karun dengan Lima Sekawan -nya Enid Blyton. Merinding bersama Goosebumps karangan R. L. Stine. Atau membantu Detective Conan memecahkan misteri. Bagi remaja yang lebih vintage , memilih lari terbirit-birit bersama Petruk rekaan Tatang S. Sejak SMP, saya menyukai komik Doraemon Petualangan. Saya mengikat diri demi memburu semua serinya untuk dibaca. Mulai dari beli, tukar-pinjam sampai memeras milik teman. Dari baca seri Doraemon Petualangan, saya bisa belajar tentang penciptaan setting cerita yang menakjubkan, penokohan yang kuat, konflik yang menarik, alur cerita yang penuh kejutan, sampai pesan moral yang mendalam. Cocok dijadikan pegangan untuk menulis fiksi. Jika Ahmad Dhani pernah klaim musik Queen adalah puncak kreativitas manusia, maka saya akan menobatkan komik Doraemon Petualangan adalah puncak imajinasi orang Jepang.