Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Awalnya, kami membahas tentang promosi buku di grup WhatsApp Writer's Block. "Intinya, kita harus semangat promosi," cetus saya. "Gue promosi malah dibilang pamer." sahut Hadi. "Iya. Takut dibilang promo mulu, jadi gak pede." timpal Vivie. "Dan takut diminta gratisan," tambah Hadi dengan nada sumbang berbau curhat. "Kalau gak promo, calon pembaca mana tau kita nerbitin buku," tandas saya. "Gak bisa gak setuju sama Haris." Rido mengamini. Vindy cuma read chat di atas. Kemudian, saya ingat dengan promosi yang saya lakukan di catatan Facebook. Begini isinya. *** Dulu 3 Koplak Mengejar Cinta cuma dipajang di toko buku, tapi sekarang novel saya ini juga dijajakan di Indomaret. Saya happy dengan strategi marketing ini. Buku saya jadi lebih dekat dengan pembaca. Walaupun kenyataannya, ditempatkan di sebelah rak khusus deodorant. Lebih dekat dengan orang bau ketek. Sumber: https://...