Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Tulus season Ramadhan

Ramadhan tahun ini saya merasa kurang optimal dalam beribadah. Saya takut jika saya tidak termasuk dalam golongan orang yang bergembira akan datangnya bulan suci ini. Padahal ustadz yang mengisi kultum tarawih sudah berkali-kali menyiarkan bahwa siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka. sumber: www.solopos.com Lalu saya dipertemukan kembali dengan status Facebook saya beberapa tahun lalu, berkat fitur kenangan yang otomatis nongol di beranda. Sebuah parodi lirik lagu Tulus yang berjudul Sepatu. Diubah judulnya menjadi Bakiak yang dinyanyikan oleh Ikhlas (Tulus season Ramadhan). Ikhlas - Bakiak Kita adalah sepasang bakiak Selalu diinjak, tak pernah teriak Kita mati tak punya rohani Bergerak karena kakinya pak haji Aku sang bakiak kanan Kamu sang bakiak kiri Ku senang bila diajak berlari kencang Tapi aku takut sholat ketinggalan Ku tak masalah terkena air wudhu Tapi aku takut kepleset batu

10 Aplikasi Media Sosial Terbaik

Selain ngeblog, saya main aplikasi media sosial di bawah ini. 1.   Facebook Saya adalah anak FB sejati. FB adalah media sosial pertama yang saya geluti. Dari FB, saya bisa ketemu teman-teman yang berpengaruh di hidup saya. Bisa menerbitkan buku pertama pun karena info yang berseliweran di FB. Pokoknya, FB membentuk hidup saya. Sekarang FB lebih beragam. Isinya nggak cuma anak Kpop yang galau karena nggak bisa nonton konser boyband idolanya, seperti ketika awal saya main FB pada tahun 2010-2012. Sekarang saya biasa menemukan anak SD yang pacaran karena puber kecepatan (diakibatkan kekurangan vitamin D), hoax mengandung SARA yang disebarkan, di-like dan dikomentari AAMIIN ribuan kali, dan video-video kekerasan yang melibatkan anak di bawah umur. Tapi kita masih bisa memilih, kan? Ada tombol unfollow, unfriend, bahkan block. Selain sisi kelam yang saya sebutkan, ada page Tere Liye yang rutin menggelontorkan quote-quote bijak yang mengayomi dedek-dedek gemes. Ada juga Arham

The Conjurig

Cerita bermula ketika Carolyn dan Roger Perron pindah ke sebuah rumah pertanian tua di  Harrisville, Rhode Island , bersama kelima putri mereka. "Gue mau kamar yang paling gede ya, sist," celetuk si bungsu ketika baru menginjakkan kaki di rumah tua tersebut.  "Kagak bisa gitu, cuy. Lu tuh paling bontot di sini. Lu nggak dapet kamar. Lu tidur di loteng lu," ucap si sulung.  "Wah, berarti gue dapet kamar dong? Gue kan anak kedua." Si anak kedua masuk ke sebuah kamar berukuran sedang. Lalu dia buru-buru klaim kamar tersebut sebagai kamarnya, “Ini kamar gue ya. Cup!” "Ini memang kamar. Tapi kamu tetap tidak boleh tidur di sini. Karena ini kamar mandi, Nak." Carolyn menyalakan shower dan mulai memandikan anak keduanya yang sudah asyik tiduran di bathub. sumber: Google Image