Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Ini adalah kumpulan review buku-buku saya dari satu orang, yakni Risma Rusli. Harapan saya, bakal banyak orang yang tertular semangat Risma: koleksi semua buku karangan saya, lalu membedahnya dengan sukarela.
Perjalanan Risma mengumpulkan buku-buku saya tidak semulus dahi Tatjana Saphira. Tapi dia tetap berjuang keras untuk menggenapi ambisi yang menjadi jalan shinobinya. Sebab dia percaya, apabila sudah terkumpul semua buku saya, akan keluar seekor naga yang dapat mengabulkan satu permintaan. Permintaan hati yang teraniaya sepi.
Cerita lengkap perjuangan Risma menjadi kolektor buku saya bisa disimak di bawah ini:
![]() |
desain oleh Vindy Putri |
1. Date Note
Judulnya “Date Note” dengan
sub judul “Memoar Korban Cinta Bertepuk Sebelah Tangan”. Bukan, bukan! Buku ini
bukan tentang Ryuzaki yang mendapati Death Note-nya diproduksi dengan judul
typo lalu dia menangis di bawah hujan dan dideportasi ke Indonesia. Tapi ini
tentang pengalaman cinta mengenaskan sang penulis.
Beberapa pengalaman
cinta penulis bisa aja sama dengan pengalaman cinta kita sendiri. Saya juga
pernah ngerasain alay-nya mainan ponsel disaat promo 1000 SMS gratis dari kartu
AS. Saya beneran ngabisin 1000 SMS. Saya ngirim SMS broadcast ke semua kontak
di ponsel saya. Nyokap, bokap, tante, temen-temen. Besoknya saya diapus dari
kartu keluarga.
Karena buku ini, saya
jadi suka gombal-gombalin orang gak jelas. Siapa aja saya gombalin. Penulisnya
yang ngajarin saya lewat buku ini. Kata-kata manis penuh diksi yang puitis. Ah,
hati saya jadi meringis. Lalu tiba-tiba dia nyeritain soal patah hati. Aduh,
hati saya jadi teriris, seperti diberi perasan jeruk nipis. Sadis.
Buku ini membuat saya
teringat dengan yang namanya jatuh cinta dan sakit hati. Sudah lama sejak saya
(ngerasa) udah move on dari sakit hati yang terakhir. Dan si penulis malah
bikin saya inget.
Saya juga merhatiin
kalau si penulis buku ini, sungguh sangat amat gampang jatuh cinta sekali pake
banget. Gampang banget sayang sama orang. Udah ngalahin Soleram aja nih. Tapi
naasnya, dia lebih sering ditolak dan dihempaskan daripada diterima dengan
lapang dada. Paling banter, kalo habis ditolak, ya sang penulis senderan sambil
nangis di dada temen cowoknya.
And here we go, bab
fave saya cuma dua, yaitu dua bab terakhir. Karena bisa dibilang, dua bab ini
adalah klimaks dari semua cerita patah dan sakit hati si penulis. Soalnya saya
suka kalo endingnya happy.
Surat Untuk Istri Masa
Depanku: entah kenapa saya suka sama bab ini. Bab yang isinya curahan hati sang
penulis buat bakal calon istri masa depannya yang masih ada di tangan Tuhan.
Mungkin bisa dibilang ini adalah cara terinovatif dari seorang jomblo untuk
melepas kangen dengan jodoh yang bahkan dia sendiri belum tahu. Tapi di sisi
lain, karena ini, saya jadi kepikiran, jomblo dan gila mungkin gak ada bedanya.
Date Note: saya suka bab ini.
Entah kenapa. Mungkin karena saya menginginkan ending seperti ini kali ya.
What a beautiful ending.
“Seandainya saya
dikasih Date Note oleh Dewi Amor, saya akan menuliskan nama lengkap kekasih
berkali-kali sampai memenuhi bukunya. Agar dia bisa jatuh cinta kepada saya
setiap hari hingga lembar terakhir hidup kami.”
Asoy dah paragraf penutupnya.
Saya jadi iri. Setidaknya, ada yang happy ending di cerita ini. Selain itu,
saya juga yakin, si penulis pasti suka banget bikin trio. Sepertinya
terinspirasi dari Trio Kwek-Kwek dan Trio Macan, atau mungkin Trio Ubur-Ubur. Bapak mana? Bapak mana? Dimana??? WAKWAW!
Tapi, tulisan si
penulis masih ada pengaruh yang besar dari Raditya Dika. Tapi kan banyak
penulis yang gitu juga. Dia gak akan bisa selucu ini kalau gak ada pengaruh
dari Raditya Dika sendiri sebagai role model-nya. Setiap penulis punya role
model sendiri, dan biasanya itu yang ngebangun cara mereka menulis.
Yakinlah, buku ini patut dibaca dan
diapresiasi karena si penulis orang yang aktif menulis dan punya jenis komedi
yang ramah lingkungan macem oli Top 1.
2. Nyengir Ketupat
Hasil olahraga tangan @harishirawling
ini judulnya “Nyengir Ketupat”. Dilihat dari judulnya, Nyengir Ketupat, buku
ini memiliki relasi yang erat dengan per-ketupat-an dan per-nyengir-an.
Definisi dari konspirasi nyengir dan ketupat inilah yang menghasilkan
persemakmuran antar-bab dalam buku ini. (Kemasukan Vicky Prasetyo)
Buku ini kembali
membuka mata saya tentang komedi. Komedi baru. Dengan perspektif baru. Komedi
yang halus tapi kasar. Eh, apa ya istilahnya… Ah sudahlah. Pokoknya gitulah.
Ini buku islami yang
di-komedi-kan. Atau mungkin buku komedi yang di-islam-kan (terdengar seperti
buku komedi muallaf). Saya suka dengan tulisannya. Gak ribet. Gak pake kata
politis diplomatis yang liberalis. Apalagi kapitalis. Cuma seperti alis yang
ada di atas mata Lilis. Gak tau nyambungnya dimandes. Oke skip!
Bab kesukaan saya
adalah “Perbuatan yang Tidak Boleh Dilakukan Ketika Puasa”, “Hal-Hal yang
Membatalkan Puasa”, “Joke Fenomenal”, dan “Boyband dan Girlband Syariah”. Semua
bab-bab itu menjelaskan tentang komedi yang ke-islam-islam-an yang tadi gak
bisa saya jelasin apa maksudnya.
Selain itu, ada juga
bab yang bikin saya hampir nangis. Judulnya “Pesantren Geledek”. Serius deh,
saya jadi kepikiran soal itu. Ih, penasaran, kan?
Selain itunya lagi,
saya juga jadi tahu soal Dinar Rosianto. Yang awalnya saya gak tau, saya jadi
tahu bahwa dulu saya memang gak tau apa-apa soal dia. Ya, dia temennya si
penulis buku. Temen sepergilaannya. Temen penulis bersemedi nyari jokes. Itu
aja sih yang saya tahu. Inti dari paragraf ini adalah saya masih gak tau siapa
dia sebenernya.
Selain itunya itu
lagi, saya jadi ngerti kalo penulis buku ini memang harus segera menerbitkan
buku selanjutnya!
Gak ada buku yang
sempurna dan buku yang sempurna itu cuma Al-Qur’an. Jadi buku ini juga punya
kekurangan. Ya kekurangan. Masih ada pengaruh penulis lain di buku ini. Terlihat
ke-Raditya-Dika-annya.
Inti dari review
singkat dari buku “Nyengir Ketupat” yang saya tulis ini adalah, beli bukunya,
baca bukunya. Tapi lebaran harus tetap tanggal satu Syawal, kecuali lebaran Idul
Adha, ya sepuluh Dzulhijjah. Keep writing, reading, and spreading!
NB: Buku ini harganya
sekitar 30ribuan. Tinggal ngumpulin duit 500 perak sehari, dijamin dua bulan
kemudian bisa beli buku ini. Kalo males ngumpulin duit, minta uang samahhhh
mamahhh sanahhhh.
3. All About Teen
Idols
“All About Teen Idols”
dengan sub judul ‘follow yang bener, unfollow yang salah dong’. Pas banget buat
saya yang lagi demen-demennya ngalor ngidol.
Haris Firmansyah
memberikan nuansa yang berbeda dalam penulisan tulisan yang religius. Bukan nuansa
serius seperti buku surga-neraka yang dijual mamang-mamang depan SD. Apalagi Nuansa
Bening, itu punyanya Vidi Aldiano. Nuansa yang saya maksud di sini adalah
nuansa komedi islami yang kental. Bukannya kayak ceramah, malah kayak lagi
ngobrol sama temen yang kebanyakan baca tafsir Qur’an dan Kambing Jantan-nya Raditya
Dika.
Tulisan Haris
Firmansyah memang seperti kawin silang antara tulisan islaminya Habiburahman
El-Shirazy, komedinya Raditya Dika, fantasinya J.K. Rowling, realisnya Andrea
Hirata, dan ke-absurd-an Haris Firmansyah sendiri. Iya, Haris Firmansyah itu
absurd, random, surealis, penuh imajinasi yang ketinggian, dan kadang saya gak
ngerti, tapi itu yang bikin saya ketawa.
Lets talk about his book. Buku ini adalah buku komedi islami. Tapi
konsepnya tetap universal. Buat semua umat kok. Sesuai seperti judulnya, buku
ini berisi tentang pernak-pernik ngidol. Dari tentang apa itu idol, situasi
fangirl dan fanboy sekarang, dan saran-saran penulis tentang mengidolakan yang
benar. Walaupun judulnya pake kata teen (artinya remaja) tapi orang tua bisa ikutan
baca. Sekalian mempelajari bagaimana cara menjadi ABG tua.
Saya suka semua
babnya. Karena semuanya nyinggung hati, otak dan semua organ dalam tubuh saya.
Apalagi pas bahas soal Kpop. Karena saya adalah salah satu dari korban
gelombang besar Kpop. Saya udah tenggelam. Susah keluar. Jadi kayak sembelit
gitu.
Bab “Menang Jadi Sun
Go Kong, Kalah Jadi Pat Kai” itu ngena saya juga. Saya juga seorang fans sebuah
klub sepakbola yang sedang seret prestasi. Sebut saja AC Milan yang maen di
Serie A Italia. Ini seretnya kebangetan. Sampai bertahun-tahun gak lolos Liga
Champions. Europa League pun kagak dapet play off.
Bab “Teruslah Menulis,
Idola!” dan “Penunggang Kambing Jantan” mungkin yang paling saya suka. Karena
saya juga mencintai tulis menulis karena keranjingan membaca tulisan orang
lain. Saya jatuh cinta sama tulisan Raditya Dika jauh sebelum dia muncul sebagai
seorang kambing di Mata Najwa atau sebagai host program Stand Up Comedy. Dan
saya masih jatuh cinta sama tulisannya walaupun sekarang Raditya Dika lebih
mirip Billy Syahputra.
Bab terakhir yang
berjudul “Idola Yang Sempurna” itu paling nyesss
banget. I have nothing to say about this.
Soalnya bab ini udah paling bener. Baca aja biar tau benernya kayak gimana.
Banyak quote keren di
buku ini. Sekalian bisa jadi motivasi diri biar lebih baik lagi dan hidup gak
melulu tentang idola atau sebangsanya. Beberapa kutipan favorit saya:
“Kalau sampe dewasa
kita belum bisa mengendalikan sifat egois, tandanya kita masih kayak anak kecil.”
“Dompet yang tebal
tanpa dibarengi iman yang tebal ternyata berbahaya.”
“Orang yang
ugal-ugalan ketika berkendara punya peluang besar besoknya naik keranda.”
“Hanya untuk jadi
idola, jangan sampe gila.”
“Kurangin nyinyir,
banyakin nyengir.”
“Segera unfollow
ramalan sebelum diblokir Tuhan.”
“Bersenang-senang
dengan mengganggu kesenangan orang lain itu gak baek.”
“Nunggu lampu ijo itu
bentar kok. Gak selama nunggu cinta kita dibalas oleh seseorang yang telah
memilih orang lain.”
Yang terakhir itu
baper sekali ya pemirsa. Dan masih banyak lagi kutipan yang cocok banget
dijadiin stiker di belakang truk.
Tanpa sadar isi
bukunya juga banyak curhatan si penulis. Dari dia yang di-bully sama Kpopers sampe
dia yang di-friendzone-in sama seorang Beliember, eh, Beliberas, eh, maksudnya
Beliebers.
4. Good Hobby VS Bad Habit
‘Good Hobby VS Bad
Habit’. Such a nice title. Awalnya saya kira buku ini ada di rak nonfiksi. Tapi
setelah nanya sama mbak-mbak Gramedia yang selalu ramah dan mempesona
dengan parfum semerbaknya, ternyata bukunya ada di rak religi.
Dalam hati saya mikir,
sepertinya saya akan melihat komedi muallaf seperti di buku Nyengir Ketupat
yang lalu. Dan sedikit banyak ada benarnya. Kenapa sedikit banyak? Karena
menurut saya, walaupun banyak hal dalam buku ini yang berdasarkan hukum Islam,
tapi penjelasannya di generalisasi supaya lebih universal. Jadi, gak ada
salahnya juga sih buat nonmuslim buat baca. Walaupun lagi, ada beberapa bab
yang dikhususkan untuk muslim.
Buku ini banyak berisi
nasihat. Ya, nasihat. Tapi bukan nasihat seperti yang biasa orang tua kita
tekankan dan biasanya dipaksakan. Kalimat dalam buku ini tidak menggurui.
Mungkin karena penulisnya bukan guru jadi bukunya juga tidak menggurui.
Di setiap buku yang
saya baca, biasanya ada bab favorit. Di buku ini, ada beberapa yang menarik
perhatian saya.
Bab “Gila Belajar vs Malas Sekolah”: ini asli saya kesinggung
banget sama bab ini. Tapi baguslah saya kesinggung, berarti saya masih sadar
diri.
Bab “Berlomba vs Nge-Game”: entah kenapa saya merasa kesinggung
juga dengan isi bab ini. Saya juga pernah kecanduan game. Purble Place sama
Onet.
Bab “Nonton Film vs Bikin Video”: bab ini menyediakan film ‘Toy
Story 3’ dengan sulih suara dengan dialek Betawi. Kocak. Bahkan gak jadi bikin
saya nangis di endingnya.
Bab “Diary Online vs Cyber Bullying”: di dalam bab ini, anda
akan tahu betapa negatifnya mem-bully jomblo, WOTA, Aurel, dan muka Nikita
Willy.
Bab “Koleksi Mimpi vs Kumpulan Keluhan”: bab ini sepertinya
membuat saya bermimpi lagi. Dan tidak hanya tinggal mengeluh bahkan untuk hal
kecil seperti belek dan iler yang kering di pagi hari.
Sebenarnya
semua bab punya sisi menarik. Tapi bab-bab yang di atas itulah yang menarik
saya paling keras. Selain karena ngerasa kesinggung, saya juga suka cara si
penulis membawakan bahan yang sebenernya berisi kata-kata orangtua bisa berubah
menjadi kata-kata yang dibawakan oleh teman sepergaulan sendiri. Ringan, gak seberat
kata-kata Mario Teguh. Sepertinya si penulis punya jiwa motivator yang
terpendam. Apa penulis tertarik menjadi downline
Mario Teguh?
Sebenernya
buku ini rilis Februari 2014. Dan setelah menabung selama setahun, akhirnya
kebeli juga. Tiap hari saya nabung 150 perak. Percaya gak? Saya aja gak percaya
sama kalimat saya itu. Yang penting paragrafnya panjang.
Harga bukunya gak semahal “Fifty Shades of Grey”. Jauh lebih
murah dan jauh lebih bermanfaat. Buy, read and spread it.
5.
3 Koplak Mengejar Cinta
Walaupun
judulnya hampir sama dengan “3 Semprul Mengejar Surga” tapi dijamin di dalam
buku ini gak akan ada adegan Gading Marten yang ngiri sama kegantengan Andika
Pratama atau Narji yang beraksen batak gagal.
“3
Koplak Mengejar Cinta” bergenre komedi religi atau kalo yang saya bilang komedi
muallaf. Tapi walaupun judulnya soal tiga orang somplak yang ngejar cinta cewek,
buku ini tetap mengedepankan persahabatan yang gak ngeliat situasi. Habis baca
buku ini saya jadi sadar, nyari pacar ternyata susah. Dan ngapain susah-susah
buat hal yang gak terlalu bermanfaat kayak gitu?
Buku
ini nyeritain tentang tiga orang sahabat yang namanya Ardhan, Ibam sama Petai.
Asal tau aja, Petai bukan nama aslinya, kalo penasaran ya baca bukunya.
Clue-nya, nama asli Petai ini adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia,
letaknya di Semenanjung Malaka dan merupakan kerajaan Islam. Ini mah gampang
banget, anak SD aja tau. Kalau bisa jawab silahkan kirim email ke
rismarusli@gmail.com , lalu jangan lupa tulis nomor telepon. Karena hadiahnya
adalah telepon teror langsung dari saya sendiri. Karena hadiah pulsa sudah
terlalu mainstream. Lagipula saya aja fakir pulsa, masa saya bagiin pulsa.
Back to the beat, tiga
sahabat ini menyukai cewek yang sama. Cewek itu namanya Aida. Saya ngiri sama
Aida. Udah cantik, berhijab, solehah, anak PMR dan suka baca buku di perpus
lagi. Cewek idaman para pria. Ada satu kesamaan saya sama Aida. Saya juga suka
ke perpus. Tapi buat bolos dan nyari ruang tidur yang tenang.
Awalnya saya ngira
buku ini akan fokus sama proses pengejaran Aida (terdengar seperti Aida adalah
anggota ISIS dan buronan BNN). Tapi ternyata saya sangat salah sodara-sodara.
Mereka fokus sama pengejaran mahasiswi akbid. Loh kok malah ngejar mahasiswi
akbid? Penasaran? Bacalah bukunya...
Dimulai dari
pertengahan di bab berjudul “Kiamat Sugro”, saya mulai ngeliat “petualangan dan
persahabatan”. Dan saya hampir salah ngira sedang baca buku The Lord of The
Rings. Untung gak ada Gollum muncul di tengah cerita lalu nyuri diari Ibam. Loh
kok pake bawa-bawa diari segala? Nah, diari akan menjadi kata kunci dalam
cerita-cerita terakhir. Kalo makin penasaran ya dibaca dong bukunya. Tapi beli
ya, jangan ngerobek plastik di Gramedia. Saya udah tobat loh...
Nah, untuk bab favorit
saya, ada beberapa yang saya kasih tanda centang. Baik itu untuk komedi,
deskripsi (penggambaran cerita), dan hal yang menyentuh hati, lambung dan usus
duabelas jari saya.
Bab Kiamat Sugro sampai
bab Galau Karena Diari, menyadarkan saya betapa sahabat yang sebenarnya akan
ada di situasi apapun dalam hidup kita. Ketawa bareng, ngejar preman bareng, lalu
balik dikejar preman bareng, sampe kita jatuh dan dia ngetawain kita dulu sampe
puas, baru nolongin kita. Itulah persahabatan, situasi dimana orang-orang
nganggep kita somplak karena mau berteman sama orang yang somplaknya juga
kebangetan dan kadang melebihi begonya kita. Tapi persahabatan yang seperti itu
biasanya everlasting, karena saking begonya, gak ada yang tau apakah yang kita
lakuin ini salah atau gak, jadi gak akan ada yang marahan.
Satu lagi,
persahabatan tiga koplak ini mengingatkan saya dengan Tadakuni, Hidenori dan
Yoshitake dari anime favorit saya, Danshi Koukousei no Nichijou.
Buku
ini banyak ngajarin saya hal yang udah lama gak saya sadari. Persahabatan,
kejujuran, keikhlasan dan niat yang tulus bisa jadi hal yang luar biasa. Jadi
buat para remaja ababil di luar sana dan para jomblo yang ngakunya ngenes, bisa
langsung beli dan perbaikilah dirimu. Dan buat yang udah ngerasa bener, ya elah,
beneran udah bener lu? Baca dulu buku ini baru boleh ngerasa bener. Bener gak?
6. Wrecking Eleven
Judul bukunya “
Wrecking Eleven” dengan sub judul ‘kick and rusuh’. Judulnya mengingatkan saya
dengan Miley Cyrus. Tapi tenang aja, isinya bukan tentang Miley Cyrus yang
mainan bola sambil ngeluarin lidah kayak kobra sariawan. Tapi ini isinya
tentang anak yang bermimpi jadi pemain sepakbola. Sungguh mimpi yang aduhai.
Saya jadi inget, waktu
masih kecil (saya juga pernah kecil, gak langsung segede karung kacang tanah
begini), setiap pulang sekolah, ganti baju kesebelasan AC Milan, lalu ambil
bola di bawah tangga dan lari ke lapangan. Siang-siang nongkrong di lapangan
membuat saya seperti Yudha Keling kurang gizi. Sambil ngenyot susu ultra yang
sisa suara doang, saya nungguin temen-temen ngumpul di lapangan. Dan setelah
semuanya ngumpul, pertandingan secara otomatis dimulai. Sebagai pemilik bola
yang sah, saya akan mendapatkan previllege dengan menjadi pemegang ban kapten
yang saat itu hanya diberi tanda karet gelang warna merah yang menyala di
pergelangan tangan saya yang hitam legam. Saya selalu merasa yang paling cantik
di lapangan, karena emang saya perempuan satu-satunya di klub sepakbola itu.
Ah sudahlah, cukup
nostalgianya. Sekarang saya udah jadi perempuan beneran dan kulit saya udah agak
putihan karena sering minum Bayklin tiga kali sehari. Mending kita bahas buku “Wrecking
Eleven” ini.
Cerita dimulai dari
berbagai macam permainan yang dicoba oleh Seto, seorang anak lelaki alay yang
labil dan dilematis. Mulai dari tamagotchi, tazos, bayblade, tamiya dan crush
gear. Kalo diliat dari pilihan maenannya, keliatan kalo Seto udah tuwir
sekarang. Mungkin udah jadi om-om girang yang hobinya download anime lolita
atau hareem.
Setelah bertemu dengan
sepakbola, Seto menjadi anak lelaki alay yang labil dan dilematis tapi jago
maenin bola. Lulus SD, dia pun masuk ke salah satu SMP dengan ekskul sepakbola
terbaik dan SMP dengan nama paling modern di dunia keong, SMP Kubang Bekicot.
Dia berkembang menjadi remaja lelaki alay yang labil dan dilematis tapi makin
jago maenin bola.
Kehidupan remaja tidak
pernah lepas dari cinta-cintaan. Seto jatuh cinta pada seorang gadis yang
bernama Gadis. Gadis itu cantik dan memiliki gigi gingsul yang manis. Tapi
sayangnya gadis yang bernama Gadis itu lebih memilih Rahmet, saingan Seto sejak
masih bocah ingusan dan upilan. Dulu Rahmet merebut kebahagiaannya bermain
bayblade dan tamiya, sekarang Rahmet juga merebut gadis yang bernama Gadis dari
hatinya Seto.
Karena itu, selulus SMP,
Seto memutuskan untuk masuk ke SMA yang berbeda dengan gadis yang bernama Gadis
dan Rahmet. Seto memutuskan untuk fokus mengejar cita-citanya menjadi
pesepakbola setingkat Kapten Tsubasa. Tapi di SMA barunya, dia mengalami banyak
hambatan, dari sekolah yang hanya mengutamakan ekskul joget-joget keliyengan,
klub sepakbola yang sudah lama dibekukan, sampai anggota ekskul sepakbola yang
cupu dan kemampuannya setingkat anak playgroup.
Akankah Seto bisa menyelesaikan
hambatan itu? Akankah Seto mampu menggapai mimpinya menjadi Tsubasa di dunia
nyata? Akankah gadis yang bernama Gadis itu sadar dengan ketampanan Seto yang
sebenarnya memang tidak tampan? Apakah Eli Sugigi akan langgeng dengan Rezky
Aditya KW?
Saya gak punya bab favorit.
Tapi saya suka semua babnya. Tiap bab, bikin saya cekikan dan kadang
bernostalgia sama cita-cita lama saya yang pengen jadi pemain sepakbola.
Selain membuat saya
tertawa, buku “Wrecking Ball” ini juga sering membuat saya manggut-manggut.
Banyak senggolan yang penulis tuangkan di buku ini. Senggolan buat pemerintah
dan penggemar bola dan juga pemain kebanyakan gaya karena ngerasa udah jago
banget.
Jangan lupa tentang
persahabatannya. Seperti dalam Captain Tsubasa, persahabatan selalu menjadi
kekuatan utama. Dan dalam buku ini, itu juga terbukti. Persahabatan di atas
segalanya.
***
Demikianlah rentetan review dari Risma Rusli. Semoga makin banyak orang yang bisa mengikuti jalan shinobi Risma yang sangat mulia. Setidaknya, sangat mulia di mata saya. Nggak tau kalau di mata Tuhan.
Risma Rusli sepertinya benar-benar fans berat, selain koleksi semua buku, juga direview semua
BalasHapusIya. :)
HapusWah bang bukumu sudah banyak.
BalasHapusKEREN.
Makasih loh udah bilang saya keren. :D
HapusWhoaaaaa.... tumbenan postingan Bang Har panjang. Ternyata isinya review buku jumlahnya lebih dari satu. Keren. :))
BalasHapusMata batinku langsung terbuka gara-gara reviewnya Risma nih. Baru tau kalau Bang Har punya jiwa islami dan berbakat jadi motivator juga. :D
Ini postingan terpanjang kalau gak salah. Hahaha. Dan parahnya bukan tulisan saya full.
HapusHahahaha. Motivator. :D
waah keren juga. bukunya juga udah banyak.
BalasHapuskayaknya risma ini ngefans banget sampe di review semua juga koleksi lengkap.
tinggal kapan inih bukune di angkat jadi film.
Aamiin. Doakan ya. Masih diusahakan. :D
Hapusemang bener bang radityadika jadi role-model lu bang?? kalau gitu sama deh bang.
BalasHapusmaafkan gue bang yg bahkan smpai skrg belum punya satupun karya elu ini *sungkem
iya, betul. :D
HapusIya gpp, Feb. Semoga nanti ada kesempatan buat baca ya. :D
gue suka judul date note.. keren tuh.. kayakk death note versi asmara.
BalasHapusYoi, Jev.
HapusPesantren gledek, langsung teringat asrama masa lalu..
BalasHapusBukunya keren keren review nya..
Kalo masih muda gini pasti sukanya yang ada bumbu asmara dan kesengsaraan jomblo mencari pacar ya.. sudah cape ngejar gebetan tapi pacaran pun kurang bermanfaat.. heuu..hehehe
Jomblo segan,
HapusPacaran tak mau.
ternyata yang review perempuan, saya baru sadar pas baca di bagian wrecking eleven. Keren reviewnya, jadi pengen beli bukunya :)
BalasHapusIni dia komen yang saya tunggu. :D
HapusBagus ya reviewnya. Wekawekaweka eee...
BalasHapusBisa gak kamu review buku yang belum saya tulis?
HapusKan saya punya indra brugman  ̄ˍ ̄
HapusAnjaas, panjang banget di-review semua. Gue jadi penasaran sama yang Koplak kalo dari review. :))
BalasHapusHm... gue baru punya yang Wrecking. Btw, itu karya terbaru lu yak, Ris? Kok kalo menurut gue karakternya kurang ngena gitu di hati pembaca (maaf sebelumnya kalo sotoy atau cuma gue yang merasa gini). Ehehe. Gue belum baca karya yang lain, sih.
Dan nggak tahu kenapa, kisah percintaannya kayak cuma embel-embel aja. Kurang kuat gitu konflik dalam percintaannya. Karakter Gadis juga kayak sepintas. Emang, sih, nge-twist. Namun, itu kayak twist cerpen kalo buat gue.
Ah, apalah gue. Bisanya komen doang. Punya karya juga kagak. Wekaweka. Ceritanya coba review juga nih di komen.
Gitu aja, sih. Mohon maaf bila apalah-apalah. Thankyou~
Betul, Yog. Makasih review-nya. Wrecking Eleven itu novel fiksi yang saya tulis, sebelumnya saya nulis nonfiksi. :D
HapusCobain baca 3 Koplak, Yog. :D
"karakternya kurang ngena di hati pembaca"
Hapus...lalu ada saya yang jatuh cinta sama karakter Bang Jep :D
Oke, Ris! Nanti nabung dulu. Oh, jadi kalo awalnya nulis nonfiksi terus ke fiksi jadi susah ya? Pantes gue nulis fiksi kayaknya susah amat (meskipun baru cerpen). Udah kebiasaan nulis cerita asli, sih. Ehehe.
HapusEniwei, terus berkarya broh. Semoga gue bisa nyusul juga. :D
Syifa: Mungkin karena saya masih normal kali ya, Fa. Hahaha. :p
Syifa: Saya nggak menduga sebelumnya, Bang Jep bisa bikin kamu kecantol.
HapusYoga: Iya susah sih kalau menurut saya. Kalau fiksi itu ngayal tapi harus sesuai logika cerita. :D
Ayo, Yog. Kamu bisa!
Wah hebat, komplit semua. Aku kurang All About Teen Idols aja nih, beri saya titel runner-up #heh
BalasHapusJangan lupa salam buat Bang Jep ya~
Apa saya harus beri kamu Teen Idols dulu biar kamu bisa review begini? :D
HapusBikin review tandingan gitu ya? Boleh boleh :D
HapusTunggu ya. :D
HapusWah bukunya banyak banget -_-
BalasHapuscuma punya yang 3 koplak doang :(( itupun udah tak hibahkan
Ayo, beli lagi. :D
Hapuswaaah fans canggih, direview semuanya, ati2 buku rekening banknya bisa direview juga lho... heheheh
BalasHapusBuku rekening bank belum happy ending. :(
HapusWauuuu, kak Haris punya fans beraaaat ihiiy :D
BalasHapusThanks for sharing amazing information !!!!!!
BalasHapusPlease keep up sharing.
The blog article extremely amazed to me! You're composing is great. In this I took in a ton! Much obliged to you!
BalasHapuskeren2 emang bukunya..
BalasHapus