Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Maaf Untuk Keputusan Ini


Andai saja ada kata yang benar-benar bisa menggantikan judul kali ini, mungkin saya nggak akan menulis ribuan kata, cukup menulis judul saja.


Ini seperti ingin mengatakan cinta kepada orang yang saya sukai tapi orangnya sudah bersuami dan beranak kembar tiga lucu-lucu.


Butuh hening yang lama di kamar mandi. Butuh waktu untuk berpikir sedemikian rupa di depan rak mi, sampai akhirnya saya bener-bener bisa mulai untuk belanja bulanan di minimarket.


Sedari 3 jam yang lalu sudah mulas, lebih tepatnya ini sudah saya tahan sejak tiga hari yang lalu. Saya seperti mengalami fase di mana semua hal yang telah saya lakukan selama ini, hanya berbuah simalakama.


Kemarau yang berkepanjangan.


Doa minta hujan yang terus dipanjatkan.


Mandi di hari Minggu yang terus dilakukan.


Tapi, ini adalah kenyataan yang harus saya pikirkan sendiri.


Entahlah, saya masih belum habis pikir harus memulai pembicaraan ini dari mana, dengan siapa dan harus berbuat apa. Bukan perihal saya sedang patah hati karena urusan cinta, apalagi urusan keluarga. Maaf, urusan cinta saya sampai saat ini masih baik-baik saja. Yang tidak baik adalah orang yang saya cintai karena mencintai orang lain. Tapi keluarga sih sehat-sehat saja, alhamdulillah.


Lalu, apa yang membuat Jon Snow begitu ragu untuk bicara?


Kekecewaan. Satu kata yang nggak mau saya berikan kepada kalian semua. Night's Watch. Tapi, jika ini nggak kunjung saya ucapkan, justru saya yang akan menyiksa batin, membunuh hati dan mematikan nurani.


Mengalami paceklik berkepanjangan. Ingin rasanya benar-benar pergi. Tapi, saya nggak mau melakukan ini dan itu. Saya memang malas gerak.


Saya masih butuh uang. Yang sejak awal saya incar. Itulah yang membuat blog ini sampai sejauh ini.


Sejauh yang nggak pernah orang tua saya bayangkan.


Sebelum semuanya benar-benar saya katakan, mungkin hal pertama yang harus saya tulis untuk paragraf selanjutnya adalah TERIMA KOS PUTRI DAN MAAF LISTRIK BAYAR SENDIRI.


Eh, salah.


Terima kasih dan maaf saya harus berutang.


Saya sadar, beberapa hari ini, entah kalian yang mampir untuk iseng mengecek DA/PA blog ini, atau yang benar-benar menunggu blog ini diblokir Kemkominfo, merasakan ada sesuatu yang benar-benar nggak sama seperti hari kemarin. Saat semua di sini.


Bukan Hari Biasa, itulah tagline baru blog ini. Beda dengan yang dulu. Bukan blog yang selalu nerbitin cerita garing seperti parodi film. Bukan blog yang cerita kesehariannya selalu menjadi pelajaran (mungkin) bagi ibu hamil. Bukan juga blog yang selalu membagikan kisah nyata tentang mantan yang pernah jadi promo terselubung di akhir paragrafnya.


Lantas. Jika kalian bertanya: Ada apa dengan blog ini?


Yang terjadi adalah saya akan kembali menjadi diri saya sendiri. Kemarin saya memang sempat menjadi Jon Snow.


Saya dan blog ini akan tumbuh bersama menjadi...


Rahasia!


Dan… Saya juga akan mengurangi intensitas berbagi kisah hidup saya di sini. Sebab lebih asyik membagi kisah hidup dan aib orang lain.


Memang, sampai paragraf ini kalian baca, saya masih belum menuliskan apa yang akan saya lakukan setelah ini. Seharusnya kalian skip saja sejak paragraf pertama. Ketipu ni ye...!



—o0o—

Beberapa kali saya pernah pergi ke warteg. Makan. Tapi, saya selalu berambisi untuk nggak jujur jika saya makan lima biji gorengan. Ngakunya dua.


Benar adanya. Semua itu hanya alibi saya untuk tetap bisa bertahan hidup dengan apa yang saya punya di dompet. Maklum, dompet saya termasuk kategori dompet dhuafa.


Tapi, ibu warteg nggak pernah diam. Dia akan terus bertanya dan akan merasakan jumlah gorengannya berkurang secara tak wajar, bahkan mengetahui saya berbohong. Dan saya harus memilih. Berhenti makan di warteg ini atau mencari solusi damai?


Untuk itu, saya pun akhirnya sadar. Bahwa ini memang bukan jatah saya. Maka, saya minta ngebon kepada ibu warteg jika tiga gorengan lagi dibayar besok.


Pertama. Saya mau ngucapin terima kasih banget buat komunitas Makan Gorengan Lima Tapi Ngaku Dua yang sudah mau menerima saya dan membesarkan saya dengan gorengan hasil nilep.


Mungkin, tanpa komunitas ini, saya nggak akan pernah bertemu bakwan, kroket, cireng dan risoles mayonaise yang luar biasa.


Makanan yang selalu ngasih kolestrol ke tubuh saya. Selalu ngajarin bahwa ketika dalam keadaan apa pun, saya harus mengawali pagi dengan sarapan walau hanya sepiring gorengan.


Sampai gorengan yang selalu membuat saya semangat, perlahan hilang dimakan teman.


Kedua. Saya mau ngucapin terima kasih sebanyak-banyaknya untuk semua pembaca blog Hari-Hari Haris sejak pertama blog ini dibuat. Sampai sekarang kalian menjadi (tidak) nyaman dengan apa yang saya publish. Menjadi bingung kenapa tiba-tiba saya bahas utang, tetek-bengek otomotif dan isu di dunia bisnis properti.


Ya, saya sadar. Nggak semua yang membaca blog ini selalu tertarik ketika saya berusaha beriklan secara hard selling. Nggak bisa baper ketika saya berusaha syahdu. Nggak bisa syahdu ketika saya sedang baper.


Itulah kenapa saya juga harus sadar, bahwa saya harus memikirkan diri saya sendiri. Supaya apa yang saya butuhkan, bisa terpenuhi tanpa berutang.


Sekali lagi, maaf jika ada artikel yang saya terbitkan nggak sesuai dengan kode etik Anti Buzzer Buzzer Club.


Ketiga. Maaf untuk siapa pun yang ingin saya kembali menjadi blogger yang bermain dengan jokes jomblo dan mantan. Bercerita bagaimana pedihnya ketemu mantan bersama pacar barunya sementara saya masih sendiri.


Mencoba memeras cucian menjadi sebuah jemuran yang patut untuk dipertimbangkan pakai timbangan laundry kiloan. Menyelipkan refleks tawa yang membuat perut tergelitik. Walau memang lebih efektif menyelipkan bulu ayam ke telapak kaki. Dijamin tergelitik.


Saya nggak bisa melakukan itu lagi.


Terus, saya akan pindah ke Meikarta?


Mungkin. Tapi, sepertinya nggak akan benar-benar bisa pindah rumah begitu saja. Duit dari mana?


Sejujurnya, yang ingin saya lakukan adalah memperbaiki neraca keuangan pribadi. Sampai kapan pun saya akan respect dengan blogger non profit dan nirlaba. Namun, saya sendiri nggak kuasa menolak tawaran kerja sama blog.


Ya, alasan ini berangkat dari patah hati yang sudah sejak dulu saya simpan rapat-rapat seperti menutup tutup obat. Tapi, sepandai apa pun saya masak mi instan secara sembunyi-sembunyi di malam hari, akhirnya akan tercium juga aromanya oleh tetangga.


Ini nggak bisa dipungkiri. Menceritakan ini memang seperti menguak tabir misteri. Hanya saja, supaya saya merasa lega, semuanya harus saya keluarkan di kamar mandi.


Awalnya, saya menulis naskah dan mengirimkan ke 3 penerbit yang berbeda dengan cerita berbeda. Nggak satu pun yang memberi balasan. Sampai akhirnya saya sadar, email penawaran naskah masih tersimpan di draft. Saya belum sempat pencet tombol kirim.


Selama ini, saya berusaha cerita lucu tapi aslinya saya sedang meneteskan keringat karena kipas angin mati (KEGERAHAN).


Sampailah saya di awal tahun 2016. Tahun di mana saya mengalami banyak sekali kegatalan. Gatal pengen beli boxset novel dari penulis idola. Gatal pengen jalan-jalan ke luar kota. Gatal pengen beli tiket kereta online.


Sejak saat itu saya seperti terus berkaca dengan blogger-blogger sugih. Saya seperti terus berharap dapat email tawaran kerja sama blog.


Ya, mungkin bagi mereka yang dulunya sudah pernah bekerja di agency, sekarang bisa bilang, “Gue ngeblog, ada yang sponsorin, syukur. Nggak ada ya nggak ngeblog.”


Hem…


Untuk itulah, saya minta maaf jika blog ini nggak bisa seperti dulu. Saya tetep akan ngeblog. Entah sampai kapan, biarlah saya dan Qwords yang tau kapan tanggal kedaluwarsa domain blog ini.


Yang jelas, maaf banget jika citra Blogger Anti Kemapanan dalam diri saya nggak bisa saya tampilkan seperti dulu. Tapi tetep, saya sesekali akan bercerita tentang apa aja yang udah saya lewati. Tapi, entah itu hanya sebulan 1 kali.


Atau setahun 1 kali.


Atau malah 2 kali seminggu kayak kursus Bahasa Inggris di LIA. Saya nggak pernah tahu.

—o0o—

Narablog lain yang minta maaf:

Komentar

  1. Parah lu, Jok! Bisa-bisanya setiap ngiklan dengan tidak lembut. Gimana perasaan para bloger yang berusaha ngiklan dengan lembut? Ingat ya, "lembut", jangan pakai "J", nanti "lembuj".

    BalasHapus
  2. Kenapa ini lucu dan punya gue garing sih? :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. IYA. PUNYA LO GARING BANGET. AMIT AMIT. SEBEL GUE BACANYA. MANA PANJANG PULAK ITU TULISAN. PAS ENDING "YAELAH GARING. FIRMAN APAAN SIK."

      Hapus
  3. Inti tulisan ini sebetulnya bisa disampaikan cukup dalam 3 paragraf saja. Terlalu bertele-tele apa tidak memusingkan pembaca?

    BalasHapus
  4. KAN KAN KAN :(

    MASTERNYA PARODI SUDAH MENUNJUKKAN TAJINYA, DAN SAYA SEMAKIN MINDER DENGAN TULISAN SAYA :(

    YANG LAIN PADA MEMPARODIKAN, KENAPA TULISAN SAYA KEBAPER-BAPERAN SENDIRI :( SIHIR APA YANG JUNJUNGAN TUJUKAN PADAKU :(

    BalasHapus
  5. Lupa pencet tombol send! Bgst!

    Terus (KEGERAHAN) kenapa musti dicapslock, bg? Jelaskan!

    BalasHapus
  6. Ya kalo begitu mari cees kita perluas jaringan dan perbanyak member komunitas MAKAN LIMA NGAKU DUA.

    BalasHapus
  7. Mazter of parody! Trnyata, cara membuat reflek tawa paling efektif itu dengan mnyelipkan bulu ayam ke telapak kaki. Nice info, gan!

    BalasHapus
  8. les di LIA bang? ._.

    Wah kan ini nih grup yang harus dicyduk, pemakan gorengan lima ngaku dua wkwk

    BalasHapus
  9. ahahahaha :P

    gak sekalian kaya minum obat? sehari tiga kali? :D

    BalasHapus
  10. Tulisan yang sangat liar, mulai dari Jon Snow sampai Meikarta ada di mari.

    Btw ini tulisannya buat internal atau cirlce tertentu doang bukan sih? ada beberapa hal yang gak gue pahami wkwk

    BalasHapus
  11. kenapa mendadak ada meikarta dalam oembahasan ini :(

    BalasHapus
  12. NGAPAIN SIK ELAH. KLEAN NGAPAIN? YA ALLAH. garing! garing!!!!!

    BalasHapus
  13. Saya bingung apa yang kalian perbuat, tapi saya gak bakal tanya karena jawabannya pasti "Maaf untuk keputusan ini." Oke.

    Maaf untuk komentar ini.

    BalasHapus
  14. 1 pertanyaan, kenapa jadi bawa-bawa meikarta yah? Aku bacanya jadi pusing.

    BalasHapus
  15. Baca tulisan ini empat tahun kemudian karena dibilang, "Tulisan yang ini ada namamu, loh."

    Yaelaaaaah tempat les-lesan 😭😭😭😭😭

    BalasHapus

Posting Komentar

Terpopuler

22 Peran di Game Werewolf Telegram

Lepas dari candu Pokemon GO , saya keranjingan main Werewolf. Tapi permainan yang mengasah suudzon skill ini tidak saya lakukan bersama para youtuber dan stand up comedian seperti yang dilakukan Raditya Dika di istananya pada vlog beliau. Saya melakukannya di aplikasi chatting bernama Telegram yang bisa diunduh di Play Store . Cara bermainnya sederhana: jika kita adalah warga desa, maka kita harus membasmi serigala sampai habis. Dan jika kita adalah serigala, makan semua warga desa. Di malam hari, serigala memangsa warga desa. Di siang hari, warga desa melakukan vote untuk menentukan siapa tertuduh serigala yang mesti digantung. Yang bikin greget adalah kita nggak tahu peran pemain lainnya. Permainan Werewolf versi bot Telegram ini menyuguhkan berbagai peran yang unik. Berikut adalah peran-peran yang bisa didapatkan selama main Werewolf. sumber: www.deviantart.com

Ada Apa dengan Mamet?

Nama saya Rangga. Saya hanyalah seorang pelajar SMA biasa. Saya lebih memilih mengisi jam istirahat dengan baca buku di perpustakaan daripada baca koran di toilet khusus guru. sumber: Google Image Semua berubah ketika Pak Wardiman sang penjaga sekolah, tanpa sepengetahuan saya, mengikutkan puisi buatan saya dalam lomba cipta puisi tahunan yang diadakan oleh pihak sekolah. Lomba tersebut berhadiah sepeda kumbang. Tak dinyana, puisi buatan saya menang. Pak Wardiman mengambil hadiah sepedanya, kumbangnya untuk saya.  Setelah saya resmi jadi pemenang lomba puisi tanpa sengaja, ada cewek mading yang ngejar-ngejar saya untuk minta wawancara. “Kamu Rangga, kan?” tanya cewek mading tersebut sambil ngajak salaman. Tapi saya abaikan tangan halusnya yang terjulur. Berhubung lupa kobokan, tangan saya masih ada bumbu rendang. Sebab saya makan siang di RM Padang. “Bukan. Saya sebenarnya siluman tengkorak,” kata saya berpura-pura. “Oh.” Cewek itu langsung percaya dan...

25 Komik Doraemon Petualangan

Setiap remaja tumbuh dengan teman imajinasinya masing-masing. Bertualang mencari harta karun dengan Lima Sekawan -nya Enid Blyton. Merinding bersama Goosebumps karangan R. L. Stine. Atau membantu Detective Conan memecahkan misteri. Bagi remaja yang lebih vintage , memilih mengisi masa kecil dengan lari terbirit-birit bersama Petruk rekaan Tatang S. Sejak SMP, saya menyukai komik Doraemon Petualangan. Saya mengikat diri demi memburu semua serinya untuk dibaca. Mulai dari beli, tukar-pinjam sampai memeras milik teman. Dari baca seri Doraemon Petualangan, saya bisa belajar tentang penciptaan setting cerita yang menakjubkan, penokohan yang kuat, konflik yang menarik, alur cerita yang penuh kejutan, sampai pesan moral yang mendalam. Cocok dijadikan pegangan untuk menulis fiksi . Jika Ahmad Dhani pernah klaim musik Queen adalah puncak kreativitas manusia, maka saya akan menobatkan komik Doraemon Petualangan adalah puncak imajinasi orang Jepang.