Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Usia yang menjadi
simpul krisis seorang manusia. Tahap pertama yang seharusnya sudah membuatmu selesai dengan diri sendiri. Lalu kamu maju ke level selanjutnya, menemukan seseorang yang
akan melengkapimu untuk menempuh hidup baru. Seharusnya begitu.
Di tahun ini,
kamu menyesali perbuatan boros di masa lalu. Kamu meratapi pundi-pundi uang
yang lenyap begitu saja dihabiskan untuk just for fun. Padahal jika dimanfaatkan dalam
berbagai instrumen investasi, kamu bisa menambah aset dari pendapatan. Kesadaran
itu bangkit setelah melihat insta story Jouska.
Namun, kamu juga mengamini
prinsip orang Rimba yang kamu baca di esai Mojok. Bahwa hidup yang bahagia
adalah hidup yang tidak banyak bergantung kepada kebendaan. Semakin sedikit
barang yang kamu miliki, semakin bebaslah kamu sebagai manusia. Hal ini
bertentangan dengan ceramah finansial di paragraf sebelumnya. Kamu pilih yang
mana?
Di tahun ini,
kamu melihat semua orang sudah bahagia. Sementara kamu hanya sendirian saja
yang masih bermuram durja. Kehidupan para kolega tampak sempurna seperti di
brosur perumahan kota urban: rumah mungil yang asri, mobil baru yang terparkir
manis di halaman, dan istri cantik yang melambaikan tangan dengan wajah
semringah.
Kamu kembali
mengingat target hidup yang seharusnya sudah tercapai di tahun ini. Ternyata
tidak semua. Entah karena usaha yang belum seberapa, atau mimpi yang
ketinggian. Atau memang belum waktunya saja.
Untungnya, kamu
memiliki teman senasib. Dialah sahabat di kala susah, sebab ketika senang belum
tentu ingat. Kamu pernah melihatnya memasang resolusi tahunan yang dipajang di
dinding kamarnya. Tahun berikutnya, kamu menemukan dinding kamarnya sudah
kosong dari catatan-catatan yang mendikte semesta itu.
Dia bercerita, “Saya
sudah pasrah. Sekarang saya hanya menjalani hidup. Dulu saya pernah menargetkan jadi pegawai organik permanen di BUMN sebelum pergantian tahun, lalu punya rumah dan mobil. Semua
itu harus tercapai, itulah definisi sukses, sebab jika tidak saya tidak akan bahagia. Kenyataannya,
semua mimpi itu tak terwujud juga. Namun, sekarang saya sudah mensyukuri yang saya
dapatkan sekarang. Rencana Allah lebih indah.”
Setidaknya,
ada satu resolusi dia yang tercapai. Resolusi yang
ditempatkan paling bawah. Namun, nyatanya paling penting: sholat lima waktu.
Sejatinya, kamu
hidup untuk menunggu dua hal, waktu sholat dan waktu mati. Kamu bekerja hanya
untuk mengisi waktu sembari menunggu azan. Namun, karena kamu dibuat amnesia
saat dilahirkan, kamu lupa dan melenceng jauh dari tujuan hidup di dunia.
I can't even....
BalasHapusTake your time.
Hapuslagi nyeramahin diri sendiri ya?
BalasHapus*nyetel instrumen renungan malam
BalasHapusBagus
BalasHapusTapi kadang hidup ini tetap saja bisa membuat saya menunggu kapan waktunya invoice cair. :(
BalasHapusSemua karena amnesia waktu lahir ya, kalau sekarang udah mulai ingat. Terusin sholat lima waktunya, nanti kalau udah masuk surga, minta kerja di BUMN, punya rumah, mobil dll. pasti bakal keturutan.
BalasHapusSukses terus Ris, harus selalu percaya rencana Allah pasti lebih indah
Thanks, Edotz panutanku! :D
HapusTak ada istilah waktu terlambat.
BalasHapusSegera dibenahi dan hidup ditata lebih baik.
Semangaaat ..