Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Filosofi Keranjang Baju Kotor

Keranjang baju kotor mungkin tampak tak penting. Namun, sebenarnya wadah ini diperlukan untuk menampung baju kotor hingga tiba jadwal mencuci atau agenda menyambangi tempat laundry. Daripada baju-baju itu berceceran di tempat tidur, alangkah baiknya ditaruh ke keranjang baju kotor ini. Soalnya kalau baju yang masih ingin dipakai lagi itu tempatnya di kapstok atau gantungan baju.
Keranjang baju kotor ini penting untuk menyatukan yang kotor-kotor dalam satu wadah. Hingga jadi praktis saat proses mencuci karena pakaiannya tidak acak-acakan. Nantinya, tinggal ditumpahkan saja.
Sebenarnya, ada filosofi untuk keranjang baju kotor ini. Misalnya, seseorang hobi menumpuk baju kotor sampai menggunung, lalu dicuci. Nah, berarti dia tipe orang yang suka menumpuk uneg-uneg, lalu dikeluarkan ketika sudah tak terbendung. Orang tipe ini kalau bete, bete banget karena bebannya banyak. Tapi setelah mengeluarkan uneg-unegnya, ia merasakan lega yang luar biasa.
Sementara orang yang mencuci pakaian walaupun keranjang baju kotor belum penuh, berarti dia tipe orang yang tidak mau menunda-nunda pekerjaan. Selesaikan masalah hari ini, karena besok pasti ada masalah baru. Hari baru masalah baru. Yang lalu biarlah berlalu.
Kalau keranjang baju kotornya bersih alias kosong melompong karena tidak ada isinya, berarti dia orang yang nggak ganti-ganti baju. Baju yang dipakai hari Minggu masih sama dengan hari Senin. Baju main, baju kerja, dan baju tidur pakai baju yang sama. Contoh dari orang jenis ini adalah CEO perusahaan media seperti Mark Zuckerberg yang terkenal hobi pakai kaos simpel yang itu-itu saja. Namun, setelah ditelusuri, Mark Zuckerberg bukannya nggak ganti baju, tapi memang koleksi bajunya sama semua.
Kalau nggak punya keranjang baju kotor di rumahnya, nah, berarti orang itu emang nggak suka pakai baju. Seperti tokoh utama di film Taiwan ‘You Are The Apple of My Eye’. Kalau sedang di rumah, ia telanjang tanpa sehelai benang pun. Promo departement store yang menawarkan diskon tahun baru untuk pakaian tidak akan menarik perhatiannya. Sebab telanjang bulat adalah jalan pedangnya.
Kalau keranjang baju kotornya dikasih roda, berarti dia kaum rebahan yang mager. Daripada gotong-gotong, ia lebih suka dorong-dorong. Versi lebih canggihnya adalah ketika seseorang niat banget untuk memasangkan keranjang baju kotor pada drone. Jadi, ia tidak perlu capek-capek jalan ke laundry. Cukup mengarahkan drone menuju laundry, dirinya tinggal rebahan di teras rumah.
Sebenarnya, ada lagi tipe orang yang lebih mager dari kaum rebahan. Yaitu ketika ada keranjang baju kotor yang tiap dimasukkan baju kotor, malah bisa mengeluarkan baju bersih dalam waktu instan. Ini sih pasti Nobita yang sedang meminjam alat ajaib Doraemon yang bisa mengubah baju kotor menjadi bersih seketika. Kalau versi tidak ajaibnya ya di dalam keranjang baju kotor itu ada orang yang nyuciin bajunya. Ckckck.
Kalau ada orang yang punya keranjang baju kotor tapi bukan untuk menampung baju kotor, melainkan untuk menaruh baju, lalu menutupnya, setelahnya yang keluar malah burung merpati, berarti ia pesulap. Kadang ia juga menyuruh asistennya untuk masuk ke keranjang baju kotor untuk dipotong-potong bagian tubuhnya. Namun, setelah beberapa aksi dan atraksi, asisten yang sudah dipotong-potong itu keluar dari keranjang dan ternyata badannya masih utuh. It’s magic.
Nah, kalau kamu tipe orang yang bagaimana dalam memperlakukan keranjang baju kotor? Ceritakan pengalaman kamu di kolom komentar ya.


Komentar