Dewasa ini, pinjaman online menjamur. Diimingi syarat mudah, banyak orang tergiur. Namun, yang perlu diingat pilihan kredit Anda menentukan kualitas hidup Anda. Dengan fasilitas kredit, nasabah
bisa mempercepat memiliki barang atau dana segar yang diinginkan sebelum waktunya. Nasabah
bisa merasakan manfaat suatu barang jualan lebih dahulu tanpa perlu
melunasinya. Dengan begitu, taraf hidupnya akan naik.
S&K berlaku: Selama angsuran per bulannya lancar dibayarkan.
Kebijaksanaan sangat diperlukan dalam memilih fasilitas kredit ini. Jangan
sampai utang justru membebani kehidupan finansial Anda. Ketika tak kuat bayar
cicilannya, yang ada nanti jadi kepepet: membayar utang dengan berutang di
tempat lain. Keadaan seperti itu hanya membuat nasabah dilimpahi bunga yang
berlipat ganda.
Sebuah film pernah mengajarkan saya melalui dialognya yang sarat akan edukasi
finansial.
"Uang sedikit,
cukup. Uang banyak, tidak akan cukup." Begitulah kata Lukman Sardi di film
Orang Kaya Baru yang naskahnya ditulis oleh Joko Anwar.
Siapa yang tidak merasakan
keresahan itu di zaman sekarang?
Sewaktu jadi pelajar atau
mahasiswa, seseorang bisa hidup senang dengan uang saku dari orang tua. Nominalnya
memang hanya cukup untuk jajan dan ongkos, tapi hidup saat itu rasanya tentram tanpa
dikejar daftar keinginan dan target macam-macam.
Setelah bekerja dan kenal
duit, dunia berubah. Gaji rasanya tak pernah cukup. Bawaannya pengen sambat
melulu di akhir bulan, sambil menelan obat mag. Apalagi setelah baca
instastories Jouska dan thread Big Alpha di Twitter, yang bisa dilakukan hanya
menelan kenyataan pahit: diri ini masih jauh dari standar kemapanan yang ditentukan
pakar finansial.
Ketika menonton sinetron
#KisahNyata di Indosiar berjudul 'Istriku Gila Belanja', I can relate. Di situ diceritakan
sang suami jatuh miskin karena istrinya gila belanja, baik offline saat arisan
maupun online ketika internetan. Sampai akhirnya, sang suami di-PHK, uang
pesangonnya habis buat bayar tagihan kartu kredit istrinya doang.
Selama ini saya pun
merasakan apa yang dirasakan protagonis di sinetron itu. Setiap bulan, 'saya
yang bekerja' merasa dizalimi oleh 'saya yang gila belanja'. Ternyata selama
ini di dalam diri saya ada figur suami dan figur istri yang tiap hari cekcok karena
masalah keuangan.
Sebenarnya, apa sih yang
bikin kita merasa kekurangan?
Haruskah kita mengalami konflik
yang sama seperti Keluarga Cemara untuk belajar bersyukur dengan hidup? Harta
benda yang dititipkan Tuhan kepada kita, dicabut dalam sehari. Setelah itu, sadar
bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga.
Untuk memahami bahwa
tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan uang, apakah kita harus jadi Orang
Kaya Baru dulu? Seperti baru menang judi di Las Vegas, kaya dalam semalam.
Kemudian, gila belanja, beli ini-itu. Bayar gaji satpam, rekrut sopir, mempekerjakan
asisten segambreng. Lantas sibuk dengan harta benda sampai jauh dengan keluarga.
Naik kelas sosial, masuk
ke dalam pergaulan hedonis yang membahayakan karena rentan melanggar hukum. Harta
yang diyakini bisa menyelesaikan masalah, ternyata malah bawa masalah baru.
Sampai akhirnya, tersadar
bahwa hidup sederhana nan bersahaja ternyata masih ada manis-manisnya. Lebih sering kumpul dengan keluarga di
rumah. Sebab mau jalan-jalan keluar juga nggak punya uang. Setidaknya bisa menjalani
hidup dengan lebih santai. Tanpa beban pikiran diakibatkan banyak kepemilikan barang
yang menyita perhatian dan perlu perawatan berkala.
Ketika rumah sumpek
dengan beragam barang, orang masa kini terpikir mendatangkan Marie Kondo untuk
bantu beberes. Di reality show Netflix, Marie Kondo diyakini bisa membuat rumah
lebih lega dengan jurus-jurus jitu merapikan barang.
Marie Kondo punya jurus 'Spark
Joy'. Sentuh suatu barang, lalu rasakan, apakah benda itu mendatangkan
kebahagiaan.
Jika suatu barang
menimbulkan rasa senang pemiliknya, berarti bisa disimpan. Jika tidak, bisa
disingkirkan, atau dihibahkan. Kalau nggak mau rugi, dijual barang prelovednya
di marketplace.
Barang-barang yang
didapat dengan keringat sendiri, tentu memercikkan kebahagiaan dan menimbulkan
kebanggaan tersendiri. Ketika duit cekak, pastilah seseorang hanya membeli barang
yang benar-benar ia butuhkan. Ketika uang berlimpah, keinginan memiliki semakin
menggila.
Jadi, sebelum memutuskan ambil kredit untuk mendapatkan suatu barang yang
diidamkan, menabung bisa jadi opsi. Itu kalau Anda mau bersabar.
Komentar
Posting Komentar