Selama pandemi Covid-19, orang-orang jadi lebih rajin. Seolah tidak mau diam di rumah, tangannya selalu berkreasi. Bisa memasak, atau bikin kerajinan tangan. Salah satu kerajinan tangan yang bisa dilakukan adalah membuat bunga kertas yang termasuk seni origami.
Konteks bunga kertas di sini benar-benar kertas yang dihias menyerupai bunga. Bukan bunga kertas sebagai kata ganti untuk bunga bank, walaupun uang bahannya dari kertas juga.
Namun, origami adalah budaya Jepang. Sementara budaya kita adalah menghias sandal jepit. Bisa mengukir nama atau gambar di atas sandal jepit.
Selain berkarya di atas sandal, kita juga biasa bermain sulap dengan bahan sandal. Maksudnya, menghilangkan sandal itu sendiri. Barang yang tadinya ada, eh, mendadak raib, bukankah termasuk seni sulap?
Perihal kehilangan sandal, mungkin kita semua pernah mengalaminya. Barangkali ada di antara kita yang pernah berangkat ke masjid pakai sandal Neckerman, pulang-pulang nyeker, men.
Namun, tragedi sandal hilang itu tidak melulu terkait pencurian. Bisa saja terjadi karena kesalahpahaman dan praduga yang prematur. Contohnya, saya sendiri yang terlalu dini mengaku sebagai korban pencurian sandal di mushola mall.
Kepada pacar, saya mengadu dan mengaduh. "Sandal saya hilang, Beb. Aduh."
"Seriously? Are you sure?" Pacar saya tak yakin dan mendadak kebule-bulean saat panik. Lalu, ia celingak-celinguk dan melihat sandal saya dipakai orang yang berjalan dari tempat wudhu ke mushola. "Nah, itu sandal kamu, Ay."
Ternyata sandal saya dipinjam pengunjung mall untuk dipakai berwudhu. Dikiranya sandal saya itu inventaris mushola, kali.
Sebagai manusia biasa, wajar saja jika kita tak punya firasat ketika akan kehilangan sesuatu. Jangankan kita-kita, anak indigo seperti Roy Kiyoshi saja pernah kehilangan uang 300 juta rupiah, tanpa pernah diduga sebelumnya. Padahal selama ini, kita mengenal beliau sebagai tokoh masyarakat yang serba tahu.
Bagaimana mungkin seorang Roy Kiyoshi yang bisa menembus mata batin itu tak tahu jika uangnya akan dibawa lari orang terdekat? Asumsi bergulir jika Roy Kiyoshi sedang pilek saat itu. Sehingga beliau tidak bisa mencium aroma-aroma penghianatan dan niat jahat dari pelaku.
Agar tidak mengalami kehilangan sandal, ada life hack yang menyarankan untuk kita bisa pakai sepatu saja. Agar nantinya yang hilang itu sepatu, bukan sandal. Nah, tips ini benar sekali.
Teman kampus saya pernah kehilangan sepatu saat salat Jumat di masjid kampung dekat kampus. Namanya Robby. Robby pun mencari-cari sepatu barunya itu kesana-kemari.
Robby membongkar rak alas kaki, melongok ke tong sampah, sampai mengintip ke lubang beduk.
Dicari-cari tapi tak ketemu, Robby pun menyimpulkan bahwa sepatunya itu telah dibawa kabur orang.
Minggu sebelumnya, saya bersama teman-teman cowok sekelas, termasuk Robby, mengikuti mentoring agama yang diampu oleh seorang ustaz. Pak Ustaz menjelaskan tentang amal sedekah dan ilmu ikhlas. Dituturkan bahwa seseorang yang senantiasa berqurban hewan ternak, nantinya hewan itu akan menjadi tunggangannya di akhirat kelak.
Saya mencernanya bahwa apa yang kita sedekahkan dengan ikhlas di dunia, akan digantikan dengan sesuatu yang jauh lebih baik dan berguna di akhirat. Berbekal ilmu agama yang seadanya, saya pun mengingatkan Robby untuk sabar dan ikhlas menghadapi ujian hidup. Saya pun membuat status di Facebook dengan no mention Robby.
"Buat teman yang sepatunya hilang sewaktu salat Jumat di masjid, sabar aja. Ikhlaskan dan anggap saja sedekah. Insya Allah, di akhirat sepatunya diganti pakai bakiak surga."
Sepertinya 95% orangorang yang jumatan pernah kehilangan sandal atau ketuker, semakin sering semakin pro, haha
BalasHapus5% lagi kehilangan sepatu.
Hapus