Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Memenuhi Kebutuhan Bermukim Lewat Sewa Hunian

Entah bagaimana awalnya, tanah di seluruh dunia sudah dimiliki oleh pihak-pihak tertentu. Ada tanah milik perorangan, perusahaan, atau negara. Bahkan lautan pun ditimbun pakai pasir supaya jadi lahan baru (pulau reklamasi). Lantas, ketika seseorang mau membangun hunian, perlu membeli sebidang tanahnya dulu. Kalau belum mampu membangun rumah, bisa mencicilnya lewat KPR. Bisa juga sewa hunian seperti sewa rumah atau sewa apartemen.

Sewa rumah membuat seseorang memikirkan biaya sewa per periodenya. Begitu juga dengan sewa apartemen. Namun, biasanya harga sewa hunian masih lebih murah ketimbang harga cicilan KPR per bulannya.

Guna menghadapi harga rumah yang mahal, beberapa orang bersiasat dengan menabung dan sewa rumah secara bersamaan. Sehingga ketika tabungannya cukup, bisa langsung beli rumah secara kontan alias cash keras. Untuk menghindari mencicil angsuran KPR yang bunganya bisa terus merangkak naik, seseorang bisa juga mencicil bangun rumah. Bata demi bata sampai jadi istana.

Di masa pandemi Covid-19 ini, kita menyadari bahwa kepemilikan rumah itu penting. Apalagi sempat ada imbauan pemerintah untuk swakarantina di rumah saja demi memutuskan mata rantai penyebaran virus corona.

Namun, bukan berarti kita harus cepat-cepat bangun rumah dengan uang yang tersisa di Bumi. Kita tetap bisa memiliki tempat berlindung dari hujan, panas, dan paparan virus, dengan cara sewa hunian. Dengan membayar uang sewa, kita bisa punya tempat tinggal untuk sementara waktu.

Saking frustasinya dengan pandemi yang menyelimuti Bumi, jubir Corona Achmad Yurianto sampai bergurau. Menurutnya, jika ingin terbebas dari virus Corona, manusia bisa pindah ke planet Mars. Benar juga, lahan di Mars kan belum diklaim siapa-siapa. Mungkin bisa bangun hunian baru di sana?

Namun, bukankah celetukan itu bisa memantik premis cerita film fiksi ilmiah tema dunia distopia?

Kalau terdengar oleh Elon Musk yang merupakan influencer Corona sekaligus CEO SpaceX, bisa jadi wacana yang bakalan direalisasikan. Selama ini, ayah dari bayi bernama  X Æ A-12 ini terkenal dengan branding industrialis pesawat luar angkasa.

Elon Musk juga termasuk vokal ketika pandemi dengan menyatakan perang terhadap ide karantina wilayah. Menurutnya, lockdown dan memaksa warga untuk diam di rumah adalah tindakan fasis. Wah, pasti beliau mendukung gagasan New Normal.

Sebab New Normal adalah kebalikan dari lockdown. Era New Normal adalah ketika masyarakat berdamai dengan virus sembari melanjutkan kehidupan social dan membangkitkan perekonomian yang remuk. Dengan catatan, menerapkan protokol kesehatan: pakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan.

Mungkin saja bagi Elon Musk untuk memfasilitasi manusia pindah ke Mars dengan mengandalkan koleksi pesawat luar angkasa miliknya. Lalu, di sanalah manusia menjalani kehidupan baru. Jika punya planet baru sebagai hunian, tidak perlu menerapkan protokol kesehatan ala kelaziman baru.

Dikarenakan kuota penerbangan luar angkasa ini terbatas, tentu saja yang dipilih naik pesawat hanya mereka yang berpengaruh di dunia. Di sinilah konflik kelas sosial bakalan mencuat. Bisa jadi benang merahnya seperti dalam drama Snowpiercer karya Bong Joon-ho. Hanya orang berduit yang bisa naik "bahtera keselamatan" dan mengamankan diri masing-masing dari bencana. Sementara rakyat miskin ditinggalkan.

Bisa juga rakyat jelata diajak, tetapi keadilan tidak ikut. Ujung-ujungnya, tetap ada diskriminasi kelas social di Planet Mars.

Di Mars, manusia kembali menjalani kehidupan sosial dengan normal. Mereka tidak perlu menerapkan protokol kesehatan jaga jarak. Manusia bebas untuk berkumpul, rangkulan, pesta, dan bersepeda bersama.

Namun, tetap ada skenario terburuk, tanpa diketahui siapapun, ada virus yang menempel di salah satu badan manusia yang ikut pindah ke Mars. Dikarenakan masyarakat di Mars tidak menerapkan pembatasan sosial, satu virus itu menyebar dengan cepat. Endingnya, Planet Mars jadi episentrum baru virus Corona.

Perjalanan manusia pindah ke Mars hanya memindahkan virus ke planet lain. Idenya, selama virus Corona masih ada, sekalipun manusia pindah ke Mars, protokol kesehatan ala New Normal tetap penting untuk dijalankan.

Masalah lain, menurut film The Martian, di Mars sedang ada astronot terdampar yang menunggu pertolongan rekan sejawatnya sesama antariksawan NASA. Adalah Matt Damon sebagai astronot sekaligus ahli botani yang tertinggal di planet Mars. Sembari menunggu dijemput teman-teman astronotnya, Matt Damon menanam kentang untuk bertahan hidup.

Coba bayangkan perasaan Matt Damon. Ketika melihat kapal luar angkasa mendarat di Mars, Matt Damon sudah samringah dan berucap syukur, "Puji Tuhan, akhirnya kapal penyelamat telah datang. Aku tidak perlu lagi makan kentang. Bumi, aku datang!"

Namun, dia harus kecewa karena yang datang adalah koloni manusia yang mau menumpang hidup di Mars. Alih-alih dibawa pulang ke Bumi, dia malah berpotensi ketularan virus Corona sebagai oleh-oleh dari planet asalnya. Emang Matt Damon salah apa? Dia cuma nanam kentang bisa kena Corona.


sewa-rumah-sewa-apartemen


Komentar