Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Dalam video musik "Keke Bukan Boneka", Kekeyi bersolek ala princess. Namun, ada yang berpendapat, Keke sedang cosplay sebagai boneka Annabelle. Alih-alih pakai wig, Keke memodifikasi kerudungnya sehingga tampak seperti rambut warna blonde. Keke yang punya banyak pengawal kerajaan, menandakan bahwa dirinya telah menjadi ratu dalam hidupnya sendiri. Bukan “mainan” seseorang lagi.
Sewaktu Anya Geraldine mengunggah foto di Twitter, ada netizen yang menyambar bahwa Anya punya platform yang besar, tetapi tidak dimanfaatkan untuk berbicara tentang isu kemanusiaan. Sementara Kekeyi yang menyanyikan lagu tentang perlawanan terhadap toxic masculinity, justru disuruh diam.
Perjuangan kemanusiaan itu dimulai dengan kebebasan berpendapat. Suara Kekeyi tidak bisa dibungkam. Jika tidak mau mendengarkan, cukup tutup telinga dan tinggalkan. Jangan disebarkan dan mengajak orang lain untuk ikut berkomentar jahat. Tak sadarkah bahwa artis digital seperti Kekeyi terlahir dari ekosistem kebencian seperti itu?
Netizen yang melayangkan hate speech kepada Kekeyi, mungkin pernah menggunakan aplikasi FaceApp pakai fitur operasi plastik digital. Dengan efek ajaib, foto penggunanya menjadi jauh lebih menawan. Bukti bahwa keindahan visual menjadi ratu baru di media sosial.
Orang yang melakukan oplas FaceApp bisa jadi pernah bully artis yang oplas di kehidupan nyata. Jadi, yang membedakan kedua cara tersebut hanyalah modal dan rasa sakitnya saja.
Ketimbang operasi plastik, baik yang surgical maupun virtual, Kekeyi sang beauty vlogger pernah memberikan alternatif untuk meningkatkan citra diri. Dengan cara alami dan bahan sederhana, yaitu 25k makeup challenge. Mengandalkan balon berisi air sebagai substitusi beauty blender, Kekeyi berdandan ala kadarnya. Namun, kepolosannya itu justru mencuri perhatian banyak penonton. Sifatnya yang bersahaja menarik simpati massa.
Bersama Rio Ramadhan, Kekeyi sempat terlibat dalam kisah asmara yang kontroversial, fenomenal, dan bombastis ayey. Netizen langsung mengendusnya sebagai percintaan setting-an ala pelawak dan pendangdut yang belakangan marak.
Benar saja, Kekeyi dan Rio putus di tengah jalan. Tak lama, mereka balikan seolah nge-prank netizen. Namun, hubungan keduanya tak bertahan lama. Romansa Kekeyi dan Rio jilid dua resmi tamat. Kekeyi akhirnya membuat klarifikasi bahwa hubungannya dengan Rio dulu memang settingan. Padahal tanpa klarifikasi pun netizen sudah maklum.
Yang menyedihkan, Kekeyi sempat curhat jadi korban body shaming sang mantan. Ditambah dirinya merasa dimanfaatkan.
Sepertinya, lagu terbaru Kekeyi yang berjudul “Keke Bukan Boneka” berangkat dari pengalaman getir itu. Lagu tersebut menceritakan bahwa Kekeyi telah lepas dari belenggu sang mantan yang manipulatif. Mungkin nada dan suaranya terdengar lucu nan lugu bak musik pengiring odong-odong, tetapi liriknya punya makna yang dalam tentang independensi perempuan.
Di luar sana, netizen menyuruh Kekeyi untuk memendam bakat bernyanyinya. Namun, sekali lagi, Keke bukan boneka. Kekeyi tidak bisa disuruh-suruh. Sebagai content creator, ia berhak berkreasi dengan merdeka. Mau guling-guling minta pentol atau mukbang Oreo seharga BLT, bebas.
Yang tak disadari oleh pemerintah, Kekeyi adalah senjata rahasia yang dimiliki oleh Indonesia. Algoritma YouTube yang rumit saja sukses dipecahkan olehnya. Mengantarkan jingle, eh single andalannya berada di trending urutan pertama, mengalahkan lagu hasil kolaborasi Lady Gaga dan BLACKPINK. Bukti Indonesia bisa menang melawan dominasi kekuatan gabungan dunia barat dan dunia timur.
Sebenarnya, Kekeyi dan kebanyakan artis Kpop punya satu kesamaan. Mereka melalui hari-hari yang berat di internet sebagai penyintas cyber bullying. Dunia maya seakan menuntut pesohor selalu tampil sempurna. Lupa bahwa seniman/artis juga manusia yang punya hati dan perasaan.
Selama ini, Kekeyi telah bertahan dari jari-jari kejam netizen. Di dunia ini, ada yang bisa tumbang karena kata-kata netizen. Namun, ada juga yang justru menjadikan komentar buruk netizen seperti listrik yang menyetrumnya sehingga membuatnya lebih energik.
YouTube adalah medan pertempuran bagi content creator. Ketika lagu Kekeyi naik, seolah semua orang ingin berebut kue popularitas dengan membuat reaction video musiknya. Ideologi pansos ala Rio Ramadhan telah menyebar dengan baik.
Video Kekeyi sempat di-take down oleh Youtube karena ada lirik lagunya yang terindikasi mirip dengan lagu Rini Idol yang berjudul 'Aku Bukan Boneka'. Alasannya, melanggar hak cipta. Namun, tak lama kemudian, lagu Kekeyi muncul lagi. Setelah sebelumnya Rinni Idol diserang simpatisan dadakan Kekeyi.
Kekeyi yang sering dirisak warganet, diam-diam telah berhasil mencuri hati publik dengan kisah hidupnya yang dramatis: melesat naik ke posisi pertama dalam waktu singkat, lalu disingkirkan secara sepihak oleh Youtube. Kekeyi yang seolah diperlakukan tidak adil oleh korporasi media itu membuat banyak orang merasa kasihan kepadanya. Sehingga membangkit rasa solidaritas netizen untuk menuntut Youtube mengembalikan video musik Keke Bukan Boneka.
Melihat mantannya trending, Rio Ramadhan menyusul bikin lagu berjudul Kamu Bukan Boneka. Yang liriknya berisi pembelaan dari perspektif Rio yang tidak kita harapkan. Ckckck, sudah putus, masih saja memanipulasi dengan playing victim. Untungnya, nggak trending nomor satu.
Mantap bang.
BalasHapusSedikit banyak mewakili keresahan tentang kekeyi vs netizen indo.
Tapi standar ganda adalah jalan ninja netizen.
Jangan lupa dengar lagu teranyar Queen Pentol.
Hapus