Langsung ke konten utama

Inilah Kiat untuk Menangkis Ancaman 13 Kejahatan Siber

Di suatu siang, teman kerja saya yang bernama Rohan mendapatkan panggilan telepon dari nomor tak dikenal.

Suara di seberang sana menyapa Rohan, “Sedang apa, Bro?”

Baru terbangun dari tidur karena dering hape, Rohan menjawab setengah sadar, “Baru bangun tidur nih. Ini siapa ya?”

“Ini gue! Masa nggak kenal dari suaranya?” ucap pria di seberang sana.

“Siapa ya?” Rohan bingung.

“Nomor gue nggak di-save di kontak?” tanya pria di seberang sana.

“Iya, nggak ada namanya.” Rohan menjawab polos. “Tapi ini siapa ya?”

“Masa udah lupa sama gue?! Padahal baru tadi ketemu.” Pria misterius itu mulai sok akrab.

Dengan jebakan kalimat “Baru tadi ketemu”, Rohan masuk perangkap. Rohan pun mulai menyebut nama saya, “Ini Pak Haris ya?”

“Iya!” Pria tanpa nama itu langsung menjual nama Haris.

“Kenapa, Pak Haris?” Rohan mulai membukakan jalan kepada Haris Gadungan.

“Ini nih, gue mau minta tolong. Gue baru aja kena tilang. Mau bayar denda tilang, tapi nggak ada saldo di rekening bank gue. Bisa pakai duit lo dulu, nggak? Nanti besok gue ganti deh,” pinta Haris Gadungan.

Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Rohan menuruti permintaan Haris Gadungan. Rohan memacu sepeda motornya menuju mesin ATM terdekat. Dalam waktu kurang dari seperempat jam, Haris Gadungan berhasil dapat transferan 200.000 masuk ke rekening banknya.

Setelah dapat uang dari Rohan yang polos dan kebetulan baru bangun tidur, Haris Gadungan lenyap. Beberapa kali, Rohan menelepon nomor Haris Gadungan, tak kunjung dijawab. Padahal Rohan hanya ingin konfirmasi bahwa uangnya sudah ditransfer. Namun, ucapan terima kasih pun tak didapatkannya.

Akhirnya, Rohan menghubungi nomor saya, Haris yang Asli. Hal pertama yang seharusnya dilakukannya, justru menjadi langkah terakhirnya untuk mengungkap kasus penipuan terbesar pada hari itu.

“Pak Haris, saya udah transfer uangnya ya,” kata Rohan usai mengucap salam.

“Hah?” Saya bingung.

“Iya, katanya tadi Pak Haris pinjam uang saya, udah saya kirim tuh,” ucap Rohan.

“Hah?” Saya makin bingung.

“Udah masuk kan transferannya?” lanjut Rohan.

“Hah?” Saya masih bingung.

“Besok balikin ya uangnya!” pungkas Rohan.

“Apa?” Saya langsung menemui Rohan di ATM terdekat.

Saya menjelaskan pada Rohan bahwa saya tidak punya nomor lain selain nomor yang saya pakai saat ini. Saya juga menerangkan bahwa saya tidak sedang kena tilang dan tidak pernah berniat pinjam uang padanya. Yang terpenting, bukan saya yang meneleponnya barusan.

“Tapi suaranya mirip,” kilah Rohan.

Saya membenamkan wajah ke telapak tangan. Masa suara saya disamakan dengan suara pelaku penipuan. Bah!

Akhirnya, sore yang indah itu dikacaukan oleh perkataan Rohan yang seenaknya. 

“Ya udah, Pak. Saya minta balikin uang 200 ribunya,” ucap Rohan.

“Hah?” Saya bingung lagi.

“Soalnya saya berani pinjemin juga karena dijanjiin besok dibalikin,” lanjut Rohan.

“Hah?” Saya bingung kuadrat jadinya. 

“Ya, udah, Pak, mana uangnya?” pinta Rohan.

“Hah?” Tapi, tapi, tapi kan bukan saya yang menjanjikan itu, Bro.

“Itu uang saya sampai gajian. Kalau bukan Pak Haris yang minjem mah nggak saya kasih loh,” terang Rohan memelas.

“Apa?” Saya tak habis pikir. Akhirnya, saya menyerahkan dua lembar uang pecahan 100 ribu rupiah kepada Rohan, dengan catatan dipotong kasbon pas gajian. Yang kena tipu siapa, yang menanggung akibatnya siapa. Nasib jadi admin keuangan di kantor.

Apa yang menimpa Rohan adalah rekayasa sosial alias Social Engineering (Soceng). Sebenarnya, modus penipuan ini sudah sering dilakukan oleh pelaku kejahatan. Namun, masih saja banyak korban yang terjebak dengan manipulasi psikologi yang dilancarkan sang kriminal.

Dari cerita di atas, pertama-tama pelaku bakalan mendesak calon korbannya untuk mengingat nama kerabat terdekat. Calon korban yang tak awas serta-merta menyebutkan sebuah nama. Nama itulah yang dipakai penipu untuk memperdaya calon korbannya. Jika umpannya kemakan, korban resmi masuk perangkap.

Liciknya, pelaku bahkan tidak perlu repot mengaku sebagai siapa-siapa, dia justru menunggu korban yang menyebutkan nama kunci. Nama kunci inilah yang dijadikan akses untuk masuk ke kepala korban. Dari sini korban yang percaya-percaya saja bisa diarahkan untuk melakukan aktivitas yang diinginkan pelaku, seperti transfer sejumlah uang, kirim pulsa, atau bahkan check out keranjang di marketplace.

Di era digital yang semakin maju, pelaku kejahatan dengan senjata soceng telah merambah ke ranah siber. Sebanyak 13 jenis kejahatan internet bisa mengancam siapa saja di dunia siber: phising, spoofing, cracking, serangan Ransomware, serangan DDoS, injeksi SQL, carding, peretasan situs dan email, penipuan OTP, pemalsuan data, cyber espionage, pemalsuan identitas, cyber terrorism.

Namun, kita bisa menangkis jerat tipu daya itu dengan kiat-kiat berikut: kroscek, konfirmasi, cek dan ricek. Itulah mengapa kita harus menjadi Nasabah Bijak, dimulai dengan melindungi data diri dari kejahatan siber. Jika mendapatkan telepon, SMS, atau chat dari nomor tak dikenal, segera waspada dan lakukan kroscek, konfirmasi, cek dan ricek

Bermain media sosial pun bisa jadi sasaran empuk para pelaku kejahatan yang menyasar DM dan inbox. Jadi, lindungi data diri seperti menjaga nyawa sendiri.

Supaya kejahatan siber dapat diredam, kita juga perlu menjadi Penyuluh Digital yang memberikan edukasi dan literasi keuangan kepada teman-teman di internet. Salah satunya dengan bantu sukseskan gerakan #NasabahBijak yang bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Komentar

Terpopuler

22 Peran di Game Werewolf Telegram

Lepas dari candu Pokemon GO, saya keranjingan main Werewolf. Tapi permainan yang mengasah suudzon skill ini tidak saya lakukan bersama para youtuber dan stand up comedian seperti yang dilakukan Raditya Dika di istananya pada vlog beliau. Saya melakukannya di aplikasi chatting bernama Telegram yang bisa diunduh di Play Store . Cara bermainnya sederhana: jika kita adalah warga desa, maka kita harus membasmi serigala sampai habis. Dan jika kita adalah serigala, makan semua warga desa. Di malam hari, serigala memangsa warga desa. Di siang hari, warga desa melakukan vote untuk menentukan siapa tertuduh serigala yang mesti digantung. Yang bikin greget adalah kita nggak tahu peran pemain lainnya. Permainan Werewolf versi bot Telegram ini menyuguhkan berbagai peran yang unik. Berikut adalah peran-peran yang bisa didapatkan selama main Werewolf. sumber: www.deviantart.com

Ada Apa dengan Mamet?

Nama saya Rangga. Saya hanyalah seorang pelajar SMA biasa. Saya lebih memilih mengisi jam istirahat dengan baca buku di perpustakaan daripada baca koran di toilet khusus guru. sumber: Google Image Semua berubah ketika Pak Wardiman sang penjaga sekolah, tanpa sepengetahuan saya, mengikutkan puisi buatan saya dalam lomba cipta puisi tahunan yang diadakan oleh pihak sekolah. Lomba tersebut berhadiah sepeda kumbang. Tak dinyana, puisi buatan saya menang. Pak Wardiman mengambil hadiah sepedanya, kumbangnya untuk saya.  Setelah saya resmi jadi pemenang lomba puisi tanpa sengaja, ada cewek mading yang ngejar-ngejar saya untuk minta wawancara. “Kamu Rangga, kan?” tanya cewek mading tersebut sambil ngajak salaman. Tapi saya abaikan tangan halusnya yang terjulur. Berhubung lupa kobokan, tangan saya masih ada bumbu rendang. Sebab saya makan siang di RM Padang. “Bukan. Saya sebenarnya siluman tengkorak,” kata saya berpura-pura. “Oh.” Cewek itu langsung percaya dan per

25 Komik Doraemon Petualangan

Setiap remaja tumbuh dengan teman imajinasinya masing-masing. Bertualang mencari harta karun dengan Lima Sekawan -nya Enid Blyton. Merinding bersama Goosebumps karangan R. L. Stine. Atau membantu Detective Conan memecahkan misteri. Bagi remaja yang lebih vintage , memilih lari terbirit-birit bersama Petruk rekaan Tatang S. Sejak SMP, saya menyukai komik Doraemon Petualangan. Saya mengikat diri demi memburu semua serinya untuk dibaca. Mulai dari beli, tukar-pinjam sampai memeras milik teman. Dari baca seri Doraemon Petualangan, saya bisa belajar tentang penciptaan setting cerita yang menakjubkan, penokohan yang kuat, konflik yang menarik, alur cerita yang penuh kejutan, sampai pesan moral yang mendalam. Cocok dijadikan pegangan untuk menulis fiksi. Jika Ahmad Dhani pernah klaim musik Queen adalah puncak kreativitas manusia, maka saya akan menobatkan komik Doraemon Petualangan adalah puncak imajinasi orang Jepang.