Selama ini, saya hanya tahu selimut bumi itu atmosfer. Ternyata bumi juga diselimuti oleh polusi. Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim.
Beberapa aktivitas yang menyebabkan perubahan iklim di antaranya adalah kegiatan rumah tangga dan penggunaan transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil. Kok bisa?
Kegiatan rumah tangga seperti menggunakan AC dapat menghasilkan sisa gas yang menjadi polutan. Begitu juga dengan penggunaan transportasi yang dapat memicu polusi udara. Ditambah kegiatan industri yang melepaskan berbagai polutan ke udara dapat mengiritasi mata dan mengganggu saluran pernapasan.
Polusi udara tersebut membuat bumi diselimuti polusi. #SelimutPolusi menyebabkan perubahan iklim. Nah, dampak perubahan iklim itu bukan masalah sepele. Salah satu dampak perubahan iklim bagi manusia adalah suhu yang lebih panas. Alhasil, kita jadi lebih sering menggunakan AC biar adem. Nah, penggunaan AC itu sendiri dapat menghasilkan sisa gas yang menjadi polutan. Bayangkan, sampai mana ujung dari lingkaran polusi itu?
Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada perubahan curah hujan. Akibatnya, badai terjadi lebih sering. Walaupun badai pasti berlalu, tetapi kalau keseringan badai, bisa-bisa banjir, bahkan longsor.
Efek jangka panjang dari perubahan iklim ini bisa mengakibatkan beberapa spesies hewan menjadi punah. Sebab risiko meningkat saat suhu naik, dari mulai kebakaran hutan, cuaca ekstrem, sampai hama dan penyakit mengancam penghuni Bumi, termasuk satwa. Beberapa spesies bisa memilih untuk berpindah tempat dan bertahan hidup, tetapi yang tidak punya pilihan bakalan gugur. Hewan yang semula muncul di buku pelajaran Biologi bakalan menjadi kenang-kenangan di buku sejarah. Yang semula bisa dijumpai di kebun binatang, bisa berakhir menjadi patung dan lukisan di museum.
Namun, tenang, setiap masalah ada solusinya. Begitu juga masalah polusi dan perubahan iklim ini. Salah satu solusi untuk mengatasi polusi dan perubahan iklim adalah hutan. Namun, bagaimana kita menyulap tanah kosong menjadi hutan?
Pasangan suami-istri di Brasil berhasil mengubah tanah gersang menjadi hutan. Alkisah, seorang fotografer asal Brasil bernama Sebastiao Salgado mendapati hutan milik orang tuanya telah mengering. Semua itu terjadi karena deforestasi dan eksploitasi yang tak terkontrol.
Sumber: Pixabay / bertvthul |
Bersama sang istri, Salgado menanam kembali pohon-pohon ke hutan mati tersebut. Hasil kerja keras suami-istri ini selama 20 tahun akhirnya menghidupkan kembali hutan tersebut. Alhasil, hutan itu menjadi rumah untuk beberapa satwa yang datang untuk menetap.
Nah, aksi Salgado dan istri ini menginspirasi kita bahwa masih ada harapan untuk Bumi yang lebih sehat. Kita juga bisa menjadi #MudaMudiBumi dengan melakukan tindakan positif untuk penghijauan dan melakukan persembahan untuk tempat kita berpijak ini: #UntukmuBumiku.
Jika kita berkolaborasi bersama demi mengatasi perubahan iklim, kita bisa melakukan langkah kecil untuk kemanusiaan. Langkah kecil itu adalah menanam pohon. Satu orang, satu pohon. Jika seribu orang, sejuta orang, itu artinya seribu pohon, sejuta pohon, sampai akhirnya menjadi hutan? Sesuai peribahasa, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, bukan hutan. Inilah yang dinamakan #TeamUpForImpact.
Kalau saya memiliki kesempatan untuk membuat kebijakan untuk mengurangi polusi demi mengatasi perubahan iklim, saya akan membuat kebijakan untuk selamatkan Bumi dari selimut polusi. Caranya, sama-sama mengurangi penggunaan transportasi yang mengakibatkan polusi. Kalau car free day biasanya weekend, bisa ditambah jadi weekdays juga. Alhasil kita bakalan jalan kaki setiap hari.
Selain itu, saya juga ingin mengajak semua orang untuk hidup bersama alam. Kembali ke alam seperti halnya Harvest Moon: Back to Nature. Bermula dari tanah kosong yang ditinggalkan, lalu dihidupkan kembali. Dimulai dari satu benih pohon, berkembang menjadi kebun yang menyegarkan mata dan menjadi mata pencaharian.
Komentar
Posting Komentar