Langsung ke konten utama

Cari Kerjanya di Jobstreet dan LinkedIn, Ketemunya di Twitter HRD Bacot

 Berkat LinkedIn dan Jobstreet, setiap orang bisa mencari kerja tanpa meninggalkan rumah. Namun, selain memanfaatkan dua situs pencari kerja tersebut, sepertinya kita juga harus mencari lowongan pekerjaan di aplikasi lain. Bahkan media sosial seperti Twitter bisa jadi media perantara yang mempertemukan pencari kerja dengan loker yang cocok untuknya.

Inilah kisah saya yang sempat sibuk cari kerja di Jobstreet dan LinkedIn, tapi ketemunya di Twitter HRD Bacot.

Awal tahun 2022 menjadi langkah pertama saya dalam mencari pekerjaan baru. Di LinkedIn, saya menemukan sejumlah perusahaan startup dan ternama sedang membuka lowongan pekerjaan. Saya langsung mengisi form lamaran dan apply sana-sini. Saya membayangkan bisa bekerja di perusahaan teknologi yang jasanya saya pakai sehari-hari, rasanya pasti membanggakan. Namun, sebelum mimpi saya kejauhan, saya mendapatkan banyak sekali surat penolakan di email. Bagi saya, LinkedIn sebatas menjadi media sosial untuk update karier dan portofolio saja.

Di Jobstreet, saya melamar beberapa pekerjaan potensial. Baru beberapa hari memakai Jobstreet, saya langsung dapat undangan wawancara kerja. Kesempatan itu tidak boleh saya sia-siakan.

Perusahaan pertama yang memanggil saya untuk interview ini beroperasi di sebuah gedung apartemen. Begitu datang ke kantornya, saya langsung berminat untuk bekerja di sana. Namun, sayangnya, HRD di kantornya tidak berminat saya bekerja di sana.

Setelah itu, tidak ada lagi panggilan tes kerja yang nyantol. Kalaupun ada, undangan interview yang tidak jelas karena diminta datang sembari membawa teman. Ini mau tes kerja atau MLM? Teman saya yang lebih berpengalaman pun menceritakan model panggilan interview kerja yang tidak jelas begitu adalah penipuan gaya baru, ujung-ujungnya dimintai biaya admin. Ya ampun, orang sedang susah cari kerja, masih saja ada yang berniat bikin makin susah!

Dari ratusan lamaran kerja yang saya sebarkan setiap bulannya di Jobstreet, berbuah satu-dua undangan interview kerja. Sebagian besar interview kerja terjadi dalam panggilan telepon. Tentu saja ini menghemat biaya transportasi karena tidak perlu capek-capek mendatangi lokasi kantornya. Namun, ujung-ujungnya saya kena ghosting HRD dan Headhunter.

Di satu titik, saya pernah kena limit karena terlalu banyak menyebarkan lamaran di Jobstreet.

Saya punya pengalaman paling konyol selama mencari kerja. Pada suatu hari dalam masa pencarian kerja, saya mendapatkan chat WA dari seorang HRD, sebut saja Lidya. Kebetulan saat itu sedang booming serial Layangan Putus di mana ada tokoh bernama Aris dan Lidya.

“Ini Pak Aris ya? Masih cari kerja, Pak?” Begitu bunyi pesannya.

Saya menjawab pesan itu apa-adanya. Kemudian Lidya sang HRD mengundang saya untuk interview user di kantornya. Namun, pada hari H, sebelum saya berangkat ke lokasi, Lidya meminta maaf. Katanya, user sedang sakit, jadi tidak bisa interview pada hari itu. Jadwal interview pun mundur seminggu kemudian.

Oke, saya sabar dan akan menunggu waktu yang dijanjikan. Namun, Lidya chat lagi, “Ini dengan Pak Haris Firmansyah ya?” Saya jawab iya. Lalu saya mengingat chat pertama Lidya yang memanggil saya sebagai Pak Aris, alih-alih Pak Haris. Apakah Lidya salah memanggil kandidat? Seharusnya Aris, tetapi malah memanggil Haris?

Benar saja, Lidya meminta maaf karena salah orang. Saya sabar dan memaafkannya.

Belum berhasil dengan LinkedIn dan Jobstreet, saya merambah aplikasi lain, seperti Kalibrr dan Indeed. Namun, belum ada yang memberikan jawaban pasti.

Selain aplikasi pencari kerja, Twitter juga menyediakan banyak loker. Saya sempat melihat cuitan dari akun HRD Bacot. Di sana ada info loker yang dibagikan oleh teman saya. Saya pun melamarnya dan akhirnya mendapatkan pekerjaan baru saya.

Komentar

Terpopuler

22 Peran di Game Werewolf Telegram

Lepas dari candu Pokemon GO, saya keranjingan main Werewolf. Tapi permainan yang mengasah suudzon skill ini tidak saya lakukan bersama para youtuber dan stand up comedian seperti yang dilakukan Raditya Dika di istananya pada vlog beliau. Saya melakukannya di aplikasi chatting bernama Telegram yang bisa diunduh di Play Store . Cara bermainnya sederhana: jika kita adalah warga desa, maka kita harus membasmi serigala sampai habis. Dan jika kita adalah serigala, makan semua warga desa. Di malam hari, serigala memangsa warga desa. Di siang hari, warga desa melakukan vote untuk menentukan siapa tertuduh serigala yang mesti digantung. Yang bikin greget adalah kita nggak tahu peran pemain lainnya. Permainan Werewolf versi bot Telegram ini menyuguhkan berbagai peran yang unik. Berikut adalah peran-peran yang bisa didapatkan selama main Werewolf. sumber: www.deviantart.com

Ada Apa dengan Mamet?

Nama saya Rangga. Saya hanyalah seorang pelajar SMA biasa. Saya lebih memilih mengisi jam istirahat dengan baca buku di perpustakaan daripada baca koran di toilet khusus guru. sumber: Google Image Semua berubah ketika Pak Wardiman sang penjaga sekolah, tanpa sepengetahuan saya, mengikutkan puisi buatan saya dalam lomba cipta puisi tahunan yang diadakan oleh pihak sekolah. Lomba tersebut berhadiah sepeda kumbang. Tak dinyana, puisi buatan saya menang. Pak Wardiman mengambil hadiah sepedanya, kumbangnya untuk saya.  Setelah saya resmi jadi pemenang lomba puisi tanpa sengaja, ada cewek mading yang ngejar-ngejar saya untuk minta wawancara. “Kamu Rangga, kan?” tanya cewek mading tersebut sambil ngajak salaman. Tapi saya abaikan tangan halusnya yang terjulur. Berhubung lupa kobokan, tangan saya masih ada bumbu rendang. Sebab saya makan siang di RM Padang. “Bukan. Saya sebenarnya siluman tengkorak,” kata saya berpura-pura. “Oh.” Cewek itu langsung percaya dan per

25 Komik Doraemon Petualangan

Setiap remaja tumbuh dengan teman imajinasinya masing-masing. Bertualang mencari harta karun dengan Lima Sekawan -nya Enid Blyton. Merinding bersama Goosebumps karangan R. L. Stine. Atau membantu Detective Conan memecahkan misteri. Bagi remaja yang lebih vintage , memilih lari terbirit-birit bersama Petruk rekaan Tatang S. Sejak SMP, saya menyukai komik Doraemon Petualangan. Saya mengikat diri demi memburu semua serinya untuk dibaca. Mulai dari beli, tukar-pinjam sampai memeras milik teman. Dari baca seri Doraemon Petualangan, saya bisa belajar tentang penciptaan setting cerita yang menakjubkan, penokohan yang kuat, konflik yang menarik, alur cerita yang penuh kejutan, sampai pesan moral yang mendalam. Cocok dijadikan pegangan untuk menulis fiksi. Jika Ahmad Dhani pernah klaim musik Queen adalah puncak kreativitas manusia, maka saya akan menobatkan komik Doraemon Petualangan adalah puncak imajinasi orang Jepang.