Twitter sempat diramaikan dengan kisah Nimas dan Adi yang disebut-sebut sebagai "Baby Reindeer Indonesia". Kisah ini memantik rasa penasaran saya untuk menonton "Baby Reindeer" di Netflix, sebuah miniseri yang juga berbicara tentang penguntitan. Kasus Nimas dan Adi di Surabaya memiliki banyak kemiripan dengan cerita dalam serial tersebut.
Baby Reindeer
Adi Pradita telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus teror terhadap Nimas selama 10 tahun. Bayangkan, satu dekade penuh Nimas hidup dalam bayang-bayang teror dari teman SMP-nya. Sang stalker (penguntit) menggunakan media sosial sebagai alat untuk mengancam dan mencari perhatian.
Kisah penguntitan Adi kepada Nimas ini memiliki kesamaan dengan miniseri Netflix, "Baby Reindeer". Serial ini adalah drama-thriller komedi hitam Inggris yang dibuat dan dibintangi oleh Richard Gadd, diadaptasi dari pertunjukan monolog autobiografi Gadd.
"Baby Reindeer" mengisahkan pengalaman nyata Gadd sebagai korban penguntitan oleh seorang wanita yang ditemuinya di sebuah pub. Serial ini dengan cerdas mengupas dampak psikologis dari penguntitan dan bagaimana hal itu mengubah kehidupan seseorang.
Uniknya, "Baby Reindeer" dan kisah Nimas-Adi memiliki satu kesamaan yang mengejutkan: keduanya berawal dari sebuah kebaikan kecil. Dalam "Baby Reindeer", Richard Gadd, yang memerankan Donny Dunn, memberikan segelas teh gratis kepada Martha yang terlihat bersedih. Tak disangka, Martha menanggapi kebaikan sederhana ini dengan berlebihan dan mulai meneror Donny. Ini menjadi awal dari mimpi buruk yang berkepanjangan bagi Donny.
Begitu pula dengan kisah Nimas dan Adi. Cerita mereka dimulai ketika Nimas memberikan selembar uang goceng kepada Adi untuk jajan di kantin. Siapa sangka, kebaikan kecil itu menjadi pemicu Adi untuk terus mengejar dan menguntit Nimas selama satu dekade penuh.
Kedua kisah ini menggambarkan bagaimana sebuah kebaikan kecil bisa disalahartikan dan berujung pada situasi yang mengerikan. Namun, penting untuk diingat bahwa cerita-cerita seperti ini tidak boleh membuat kita takut untuk berbuat baik.
Meskipun ada risiko bahwa kebaikan kita mungkin disalahartikan, itu tidak boleh menghentikan kita untuk terus melakukan kebaikan. Dalam dunia yang dipenuhi ketidakpastian, setiap tindakan kebaikan, sekecil apapun, bisa membuat perbedaan besar.
Komentar
Posting Komentar