Langsung ke konten utama

Interview dengan Felix Esports, Juara Mobatopia Top League Indonesia: Game-Game Ini Mengubah Hidup Para Pro Player

 Suatu sore yang cerah, saya, Haris Firmansyah, seorang jurnalis esports, mendapat kesempatan langka untuk mewawancarai tim yang telah menjadi legenda di dunia Mobatopia, Felix Esports. Mereka adalah juara bertahan Mobatopia Top League Indonesia selama empat musim berturut-turut, dari Season 10 hingga Season 13. Dengan logo kucing hitam yang ikonik, tim ini terdiri dari lima pro player yang memiliki latar belakang yang unik di dunia gaming.


Saat memasuki ruangan, saya disambut oleh Malic, jungler tim yang merupakan pria Filipina. Malic tampak sangat siap dan bersemangat untuk berbagi kisahnya.

"Saya dengar kamu sangat ahli dalam peran jungler dengan hero assassin," kata saya.

Malic tersenyum dan menjawab dengan santai, "Dulu, sebelum terjun serius di dunia esports, saya sering bermain game Piano Tiles. Awalnya hanya untuk iseng, tapi lama-lama, saya merasa game itu sangat membantu melatih kecepatan jari dan refleks saya. Dari situlah saya belajar bagaimana menjaga ritme dan fokus, yang ternyata sangat berguna saat bermain hero dengan mekanik tinggi."

Saat saya sedang berbincang dengan Malic, tiba-tiba suasana di sekitar kami mulai berubah. Beberapa gadis muda yang tadinya hanya melirik dari kejauhan kini mendekat dengan penuh antusias. Mereka tampak bersemangat, memegang ponsel dan berharap bisa mendapatkan kesempatan untuk foto bersama idola mereka.

Salah satu dari mereka, seorang gadis dengan rambut panjang yang diikat ekor kuda, akhirnya memberanikan diri untuk mendekat. Dengan senyum lebar dan sedikit malu-malu, dia berkata, "Malic, boleh kami minta foto bersama? Kami semua penggemar beratmu!"

Malic, yang sudah terbiasa dengan perhatian semacam ini, tersenyum ramah. "Tentu, tidak masalah. Ayo, kita foto bersama," jawabnya dengan nada santai.

Mendengar jawaban itu, gadis-gadis tersebut langsung berkumpul di sekitar Malic, berusaha mendapatkan posisi terbaik untuk berfoto. Malic dengan santai merangkul salah satu dari mereka, memberikan senyum terbaiknya ke kamera. Setelah beberapa kali jepretan, mereka tampak sangat puas dan berterima kasih berkali-kali.

Setelah percakapan dengan Malic, saya beralih ke Sandbag, roamer tangguh tim Felix Esports. Sandbag memiliki postur tubuh yang tambun, dan sejak awal wawancara, saya sudah memperhatikan kebiasaannya yang unik. Di tangannya, selalu ada snack, dan di sisi lain, minuman boba tidak pernah lepas dari genggamannya.

Saat saya mendekat untuk bertanya, Sandbag sedang asyik menikmati sebungkus keripik kentang. Dia terlihat begitu santai dan nyaman dengan dirinya sendiri.

"Sandbag, sepertinya kamu tidak pernah lepas dari snack dan boba. Apakah ini semacam ritual sebelum bertanding atau hanya kebiasaan saja?" sapa saya.

Sandbag tertawa lebar, "Hahaha, bisa dibilang ini adalah bagian dari diri saya. Saya suka ngemil, terutama saat sedang berpikir atau menyusun strategi. Boba, di sisi lain, itu semacam minuman wajib saya. Rasanya menyegarkan dan membuat saya lebih fokus."

Dia melanjutkan dengan nada bercanda, "Mungkin banyak orang mengira tubuh saya tambun karena kebanyakan makan snack dan boba, tapi sebenarnya, ini semua adalah bagian dari persiapan saya. Lagipula, kalau roamer tidak kuat bertahan, bagaimana bisa melindungi tim, kan?"

Jawaban Sandbag membuat saya tertawa, tetapi juga membuat saya berpikir tentang bagaimana setiap pemain memiliki cara unik untuk mempersiapkan diri sebelum pertandingan. Sandbag, dengan caranya sendiri, menggunakan makanan dan minuman untuk menciptakan kenyamanan dan fokus yang dibutuhkannya di dalam game.

"Sandbag, sebagai roamer yang terkenal dengan pertahanan yang kuat, apa yang membuat kamu berbeda dari pemain roamer lainnya?" tanya saya.

Sandbag menjawab dengan nada rendah, "Saya tumbuh dengan bermain game tower defense seperti Clash of Clans. Dari game itu, saya belajar tentang pentingnya penempatan dan strategi pertahanan. Saya menerapkan konsep tersebut saat bermain Mobatopia. Saya selalu berpikir, bagaimana caranya menjaga tim tetap aman dan membuat lawan kesulitan menembus pertahanan kami."

Saya lalu beralih ke Snape, seorang marksman yang terkenal dengan aim yang presisi dan tajam. Tiba-tiba, Snape mengambil botol kosong milik Sandbag yang tertinggal di meja dan, dengan gerakan cepat, melemparkan botol tersebut ke arah keranjang sampah yang cukup jauh. Tanpa meleset sedikit pun, botol itu masuk tepat ke dalam keranjang.

Saya kagum dengan ketepatan tembakannya.

"Snape, itu tadi lemparan yang luar biasa! Apakah refleks dan ketepatan ini juga yang membuatmu menjadi marksman yang hebat di Mobatopia?" tanya saya.

Snape tersenyum tipis sambil mendorong kacamatanya lebih tinggi di hidungnya, "Ya, bisa dibilang begitu. Dulu, sebelum saya benar-benar terjun ke dunia esports, saya aktif bermain sepak bola dan basket. Saya sering mencetak gol dan poin, dan mungkin itu yang membantu saya mengasah keterampilan aim saya. Tapi sayangnya, karena terlalu sering main game, mata saya mulai bermasalah."

Dia melanjutkan dengan nada sedikit melankolis, "Karena kondisi mata saya yang memburuk, saya harus meninggalkan olahraga. Namun, daripada merasa kalah, saya memutuskan untuk fokus pada sesuatu yang masih bisa saya lakukan dengan baik, yaitu esports. Di Mobatopia, saya menemukan bahwa saya bisa menggunakan keterampilan aim saya dengan lebih baik, dan itu menjadi keunggulan saya sebagai marksman."

Snape mengungkapkan perjalanannya dengan nada yang tenang dan dewasa, menunjukkan bagaimana dia mampu mengubah situasi yang sulit menjadi peluang untuk bersinar di dunia baru. Bagi saya, Snape adalah contoh sempurna bagaimana seorang atlet bisa beradaptasi dan tetap berprestasi, meskipun harus meninggalkan dunia yang dulu dicintainya. Kacamata yang dipakainya bukanlah penghalang, melainkan simbol dari ketekunan dan semangatnya untuk terus berjuang di arena yang berbeda.

"Snape, aim kamu dalam bermain marksman sangat mematikan. Dari mana kamu mendapatkan keterampilan ini?" tanya saya.

Snape menjawab sambil sedikit mengangkat bahu, "Saya tumbuh dengan bermain game FPS seperti Point Blank. Game-game itu mengajarkan saya pentingnya kecepatan reaksi dan ketepatan aim. Ketika saya beralih ke Mobatopia, saya hanya perlu mengadaptasi keterampilan itu ke dalam gaya bermain marksman, dan hasilnya cukup memuaskan."

Ketika saya selesai berbicara dengan Snape, saya melihat Kyu duduk di sudut ruangan dengan mata terpejam, tampak tenang dan fokus. Dia sedang bermeditasi, dengan tangan diletakkan di atas lututnya dalam posisi yang sempurna. Pemandangan ini cukup kontras dengan suasana ramai di sekitar, dan membuat saya penasaran.

Saya mendekati Kyu, menunggu dengan sabar hingga dia selesai bermeditasi. Ketika dia membuka matanya, saya melihat kilatan ketenangan dan konsentrasi dalam pandangannya.

"Kyu, saya perhatikan kamu sedang bermeditasi. Apakah ini bagian dari rutinitasmu sebelum pertandingan?" tanya saya.

Kyu tersenyum tipis, "Ya, meditasi membantu saya menjaga fokus dan ketenangan sebelum bertanding. Dalam game fighting atau ketika menggunakan hero fighter di Mobatopia, ketenangan dan kontrol diri sangat penting. Meditasi membantu saya mengendalikan emosi dan reaksi, sehingga saya bisa berpikir jernih saat berada di situasi yang menegangkan."

Sambil berbicara, Kyu tampak semakin rileks. Saya lalu teringat bahwa Kyu dikenal juga sebagai ahli bela diri.

"Saya dengar kamu juga ahli dalam bela diri. Apakah itu berperan dalam gaya bermainmu?" tanya saya.

Kyu mengangguk, "Benar, saya sudah berlatih bela diri sejak kecil, dan saat ini saya sudah mencapai sabuk kuning. Bela diri mengajarkan saya tentang disiplin, kekuatan, dan bagaimana menghadapi lawan dengan strategi, bukan hanya kekuatan brute force. Semua prinsip itu saya terapkan ketika bermain game, terutama dalam memilih timing dan mengatur posisi dalam pertarungan."

Perpaduan antara meditasi dan bela diri membuat Kyu menjadi pemain yang sangat tangguh, baik di dunia nyata maupun dalam game. Dia tidak hanya mengandalkan refleks atau kekuatan, tetapi juga memiliki keseimbangan mental yang kuat, yang menjadi kunci keberhasilannya di medan pertempuran Mobatopia. Wawancara ini memberi saya gambaran yang lebih lengkap tentang Kyu, seorang fighter yang tenang, fokus, dan selalu siap untuk menghadapi tantangan dengan kepala dingin.

"Kyu, game apa yang kamu mainkan sebelum mengenal Mobatopia?" tanya saya.

Kyu menjawab dengan mata berbinar, "Saya suka bermain game fighting sejak kecil. Di game-game itu, saya belajar bagaimana memanfaatkan kombinasi serangan dan mengatur timing dengan tepat. Saat beralih ke Mobatopia, semua teknik itu sangat berguna dalam memainkan hero fighter, terutama ketika harus berhadapan satu lawan satu dengan lawan di Mobatopia. Bela diri juga membantu saya memahami ritme pertarungan."

Akhirnya, saya berbincang dengan Hari, mid laner dan ahli strategi tim. Ketika saya beralih ke Hari, saya melihat dia sedang sibuk dengan ponselnya. Rasa penasaran muncul, jadi saya melirik sekilas ke layarnya dan melihat bahwa dia sedang menonton live TikTok cek khodam. Ternyata, Hari benar-benar terlibat dalam hal-hal yang berbau mistis dan ajaib.

Saya mendekat, dan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar, dia berkata, "Tunggu sebentar, lagi seru nih. Khodam ini katanya bisa kasih perlindungan ekstra di pertandingan nanti."

"Wah, menarik. Kamu sepertinya benar-benar percaya dengan hal-hal ajaib, ya?" tanya saya.

Hari akhirnya menutup live TikTok itu dan menatap saya sambil tersenyum, "Ya, bisa dibilang begitu. Saya percaya bahwa ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan dengan logika biasa. Ritual, mitos, nasib baik, nasib buruk, berkah, bahkan ramalan cuaca dan zodiak, semuanya punya pengaruh dalam hidup kita. Sebagai pemain mage, saya juga merasa bahwa ada energi tertentu yang bisa membantu saya dalam bermain."

Dia melanjutkan dengan nada yang penuh keyakinan, "Setiap kali saya main, saya selalu memastikan untuk mengikuti ritual tertentu, seperti memakai aksesoris tertentu atau memulai game di waktu yang menurut zodiak dan shio saya dapat membawa keberuntungan. Mungkin bagi orang lain ini terdengar aneh, tapi bagi saya, ini memberikan rasa percaya diri ekstra."

Hari benar-benar tampak seperti sosok mage di dunia nyata, seseorang yang memadukan antara permainan dan kepercayaan pada hal-hal mistis. Dia tidak hanya jago mengendalikan magic di dalam game, tetapi juga meyakini adanya kekuatan di luar sana yang bisa mempengaruhi hasil pertandingan. Bagi Hari, keberhasilannya bukan hanya soal skill, tetapi juga soal bagaimana dia menyelaraskan dirinya dengan energi yang ada di sekitarnya.

"Bagaimana kamu bisa bertahan lama dengan hero mage yang biasanya rentan?" tanya saya.

Hari menjelaskan, "Saya dulu bermain game petualangan yang mengajarkan saya bagaimana memanfaatkan item magic dan menghindari rintangan. Skill ini sangat berguna di Mobatopia. Dengan menghindari ancaman lawan, saya bisa bertahan lebih lama."

Hari juga merekomendasikan sebuah situs untuk melatih game sense. "Untuk meningkatkan keterampilan bermain, saya sarankan cek culinaryschools.org/kids-games/. Mereka memiliki banyak game yang bisa membantu melatih kemampuan kamu."


Dengan wawancara ini, saya semakin memahami bagaimana game-game ini telah mengubah hidup setiap anggota Felix Esports. Mereka membawa pengalaman dan skill dari berbagai jenis game yang membentuk keahlian mereka di arena kompetitif. Pengalaman ini benar-benar membuka wawasan tentang bagaimana dunia game dapat membentuk dan memengaruhi hidup seseorang dengan cara yang inspiratif.

Komentar

Terpopuler

22 Peran di Game Werewolf Telegram

Lepas dari candu Pokemon GO, saya keranjingan main Werewolf. Tapi permainan yang mengasah suudzon skill ini tidak saya lakukan bersama para youtuber dan stand up comedian seperti yang dilakukan Raditya Dika di istananya pada vlog beliau. Saya melakukannya di aplikasi chatting bernama Telegram yang bisa diunduh di Play Store . Cara bermainnya sederhana: jika kita adalah warga desa, maka kita harus membasmi serigala sampai habis. Dan jika kita adalah serigala, makan semua warga desa. Di malam hari, serigala memangsa warga desa. Di siang hari, warga desa melakukan vote untuk menentukan siapa tertuduh serigala yang mesti digantung. Yang bikin greget adalah kita nggak tahu peran pemain lainnya. Permainan Werewolf versi bot Telegram ini menyuguhkan berbagai peran yang unik. Berikut adalah peran-peran yang bisa didapatkan selama main Werewolf. sumber: www.deviantart.com

Ada Apa dengan Mamet?

Nama saya Rangga. Saya hanyalah seorang pelajar SMA biasa. Saya lebih memilih mengisi jam istirahat dengan baca buku di perpustakaan daripada baca koran di toilet khusus guru. sumber: Google Image Semua berubah ketika Pak Wardiman sang penjaga sekolah, tanpa sepengetahuan saya, mengikutkan puisi buatan saya dalam lomba cipta puisi tahunan yang diadakan oleh pihak sekolah. Lomba tersebut berhadiah sepeda kumbang. Tak dinyana, puisi buatan saya menang. Pak Wardiman mengambil hadiah sepedanya, kumbangnya untuk saya.  Setelah saya resmi jadi pemenang lomba puisi tanpa sengaja, ada cewek mading yang ngejar-ngejar saya untuk minta wawancara. “Kamu Rangga, kan?” tanya cewek mading tersebut sambil ngajak salaman. Tapi saya abaikan tangan halusnya yang terjulur. Berhubung lupa kobokan, tangan saya masih ada bumbu rendang. Sebab saya makan siang di RM Padang. “Bukan. Saya sebenarnya siluman tengkorak,” kata saya berpura-pura. “Oh.” Cewek itu langsung percaya dan per

25 Komik Doraemon Petualangan

Setiap remaja tumbuh dengan teman imajinasinya masing-masing. Bertualang mencari harta karun dengan Lima Sekawan -nya Enid Blyton. Merinding bersama Goosebumps karangan R. L. Stine. Atau membantu Detective Conan memecahkan misteri. Bagi remaja yang lebih vintage , memilih lari terbirit-birit bersama Petruk rekaan Tatang S. Sejak SMP, saya menyukai komik Doraemon Petualangan. Saya mengikat diri demi memburu semua serinya untuk dibaca. Mulai dari beli, tukar-pinjam sampai memeras milik teman. Dari baca seri Doraemon Petualangan, saya bisa belajar tentang penciptaan setting cerita yang menakjubkan, penokohan yang kuat, konflik yang menarik, alur cerita yang penuh kejutan, sampai pesan moral yang mendalam. Cocok dijadikan pegangan untuk menulis fiksi. Jika Ahmad Dhani pernah klaim musik Queen adalah puncak kreativitas manusia, maka saya akan menobatkan komik Doraemon Petualangan adalah puncak imajinasi orang Jepang.