Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Bagi saya, guru adalah sosok yang berjasa, yang membentuk saya hingga hari ini. Jika saya kini bisa menuliskan cerita di blog ini, semua itu ada andil dari barisan guru yang pernah mengajari saya. Dari mulai belajar baca-tulis di waktu kecil sampai saya akhirnya bisa mencari nafkah dengan kata-kata di usia dewasa. Saya masih ingat betapa istimewanya masa-masa awal menginjak bangku SMP, tepatnya hari ketika guru Bahasa Indonesia menempelkan kertas ujian mengarang saya di dinding kelas. Karya pertama saya menuai komentar positif dari guru favorit saya tersebut. Saya mendapatkan nilai sepuluh dan seluruh murid di kelas mengetahuinya. Rasanya, seakan beliau memberikan sayap untuk impian yang mungkin selama ini hanya saya simpan sendiri. Itu adalah momen penting bagi karir menulis saya. Tanpa apresiasi sederhana tersebut, mungkin saya tidak akan punya rasa percaya diri untuk bermimpi menjadi penulis. Satu dukungan yang mungkin bagi sebagian orang tampak kecil ternyata memiliki dampak besar ...