Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Sewaktu SD, saya koleksi Pokemon. Saya bela-belain
beli chiki berhadiah tazos bergambar Pikachu dkk. Setelah itu, saya bertarung
melawan teman-teman di kampung sebagai sesama Pokemon Trainer. Kami lempar-lemparan
tazos ke langit. Siapa yang tazosnya kebalik, dialah yang kalah. Ada kalanya
trainernya yang berantem, Pokemonnya yang nonton.
Ketika dewasa, saya dikejutkan dengan
fenomena Pokemon GO. Gokil. Saya bisa melanjutkan khayalan masa kecil saya menjadi
Pokemon Trainer. Sekarang bertambah alasan untuk menunda menikah bagi anak 90’an.
“Nikah yuk!”
“Nanti ya nunggu gue dapat Snorlax.”
Jadi, Pokemon GO adalah permainan yang mengharuskan
pemainnya pergi untuk mencari Pokemon yang berkeliaran di luar sana. Ya,
walaupun kadang di dalam rumah pun kita tetap bisa menangkap Pokemon. Apa lagi
kalau bukan Doduo.
Doduo ini Pokemon yang paling sering muncul. Nggak
dicari juga nongol sendiri, persis masalah hidup. Doduo ini sejenis burung Dodo,
tapi kepalanya dua. Maka jadilah namanya Doduo. Bisa berevolusi
jadi Dodrio dengan tambahan satu kepala. Ampun. Untungnya, evolusi Doduo
berhenti di kepala tiga Dodrio. Coba kalau evolusi sampai kepalanya duapuluh empat, jadi idol group.
Di dalam permainan ini ada yang namanya
PokeStop. PokeStop itu tempat yang harus dikunjungi untuk mendapatkan PokeBall.
PokeBall adalah bola untuk menangkap Pokemon. Kalau nggak ada PokeBall,
walaupun berhasil menemukan Pokemon legendaris, tetap nggak bisa ditangkap. Itulah
pentingnya PokeBall.
PokeStop di daerah saya rata-rata terletak di
mesjid dan musholla. Game ini seakan ingin mengingatkan umat manusia bahwa seseru-serunya
mencari Pokemon, tetap yang utama adalah mencari pahala. PokeStop yang paling
dekat dengan rumah saya terletak di sebuah gerbang makam. Setelah mendapatkan PokeBall
di sana, saya selalu mendapatkan hikmah. Bahwa kemana pun kita pergi mencari
Pokemon, ujungnya akan kembali ke PokeStop ini.
Sungguh, game yang penuh pesan moral.
Belum lagi ada PokeStop yang posisinya tepat
di monumen pahlawan. Seakan kembali mengingatkan bahwa kita nggak mungkin bisa bebas
nangkap Pokemon tanpa takut dibedil Nippon seperti sekarang apabila tidak ada
para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan. Jadi, marilah kita mengisi kemerdekaan dengan bermain game asal Jepang ini.
Untuk meladeni game ini, saya bela-belain
jalan kaki keliling kampung untuk halal bihalal dengan Pokemon. Bedanya, kalau
silaturahmi dengan Pokemon, kita nggak salaman, tapi lempar bola ke kepalanya. Jangan
sekali-sekali coba cara ini ke manusia. Bisa-bisa hal itu menjadi pemutus tali silaturahmi.
***
Suatu hari, ketika saya mencari Pokemon, turun hujan. Saya
buru-buru berteduh di PokeStop, lalu mengaktifkan Lure Module yang mampu mengundang
Pokemon liar berkumpul di PokeStop. Pokemon pun berdatangan sambil bernyanyi:
Aku selalu bahagia saat hujan turun
karena aku dapat mengenangmu untukku sendiri
Oooh
Aku bisa tersenyum sepanjang hari
karena hujan pernah menahanmu di sini untukku
Oooh
Romantis.
Ngomong-ngomong romantis, seandainya dulu udah
ada Pokemon GO, mungkin dialog Rangga ngajak Cinta ke Kwitang di film AADC bakal
begini:
"Waktu itu saya
beli buku ini di Kwitang."
"Oh, Kwitang. Udah
lama gue pengen kesana. Cuma belum sempet aja."
"Sore ini saya mau
kesana. Tapi ini bukan berarti saya ngajak kencan."
"Santai aja lagi.
Lagian gue juga kesana mau cari Pokemon. Kebetulan toko buku bekas di sana jadi
PokeStop."
"Iya, bener.
Kemarin juga saya kesana nemu Bulbasaur."
Ada kebanggaan tersendiri jika kita berhasil
menangkap Pokemon tertentu. Di universe Pokemon memang ada klasifikasinya: everywhere,
common, uncommon, rare, special, epic, myths. Begitu juga dengan cewek.
Everywhere: Cewek
yang kalau ditanya mau makan apa, jawabnya ‘terserah’.
Virtually
Everywhere: Cewek yang ngaku ‘ordinary girl’ di bio
social media dan bekerja di PT. Mencari Cinta Sejati.
Very
Common: Cewek yang sekali online Instagram, upload foto sembilan biji.
Common: Alis
dan bedak tebel, pake softlens dan behel.
Uncommon: Cantik
tapi jomblo. Manis tapi nggak punya mantan. Seksi tapi belum pernah pacaran.
Ununcommon: Kuat
gotong galon, telaten ganti gas elpiji sendiri dan mampu angkat standar dua motor matik pas
parkir di Indomaret.
Rare: Cewek
yang selalu bayarin makan dan nonton, sering ngisiin pulsa dan mau nganterin ke stasiun.
Very
Rare: Musdalifah.
Special:
Pesek tapi ngangenin, tembem tapi gemesin.
Epic:
Zooey Deschanel, Sophie Turner dan Chloë Moretz.
Myths:
Cantik, baik hati, punya banyak sawah, karir bagus, pendidikan tinggi,
enak diajak ngobrol, seiman dan taat agama.
Still
Not Convinced It Exist: Cantik, baik hati, punya banyak
sawah, karir bagus, pendidikan tinggi, enak diajak ngobrol, seiman, taat agama, dapat mencintai kita apa adanya dan orangtuanya merestui.
Tazos. kita tua bangka bgt yah..
BalasHapusIni pokemon go knapa jadi halusinasi ke cewe bang.. Ehehe.
Haha.. tetep aja ya dengan parodi yg bikin gue senyum2. Haha
BalasHapusKenapa very rare itu musdalifah, bang? Salah apa dia sampe lo jadiin kayak gini. Hehe
Oh iya, gue juga baru update tentang pokemon nih, bang! *promosi bgt*
"Sekarang bertambah alasan untuk menunda menikah bagi anak 90’an."
BalasHapusGila kutipan yang ini nusuk banget
Hais, balik ke aadc lagi hahaha...
BalasHapusKalau rangga ntar jadi trainer, kira kira masuk Tim apa ya?
Hais, balik ke aadc lagi hahaha...
BalasHapusKalau rangga ntar jadi trainer, kira kira masuk Tim apa ya?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSalah satu permainan yang mengharuskan kuota lebih banyak dari biasanya, dan nyasar. Sempat download, tapi pas tau mainnya harus keliling2 buat nyari gitu, langsung close app~
BalasHapusTipe aku Still Not Convinced It Exist
BalasHapustapi ga yakin ada yang kek gitu .
Wahh dirumah pas baru maen dapet bullbasur, Itu tandanya gua akan dapet cewek yang "Pesek tapi ngangenin, tembem tapi gemesin" Dan dapetnya apakah dirumah juga? Nyahaha..
BalasHapusPokemon nya tau utopia jg ya bang hahah
BalasHapusPokemon nya tau utopia jg ya bang hahah
BalasHapusPokemon nya tau utopia jg ya bang hahah
BalasHapusHahaa, yaampun tazos.... Gils jaman apa nih. Haha. Jaman aku SD. Rajin beli chiki cuman buat ngumpulin gituan doang, pdhal mah gak ngerti jg fungsinya buat apaan. nntn pokemon jg jarang, msh gak ngerti jln ceritanya. Haha.
BalasHapusAku kira ini bkal nyeritain tntg kebodohan bermain pokemon. Wkwk.
vamflet itu fungsi sebenarnya pokemon, gue baru tau kalau mereka bisa dipake buat standar dua :'v
BalasHapusWkwkw aku mainan pokemonnya ya waktu kecil dulu aja :' sekarang mah Pokemon Go nggak main wkwkwk
BalasHapusEng... kamu mengaitkan pokemon dengan banyaaaak pesan moral ya :( luar biasa wkwkwk
Yang terakhir itu perempuan imajinasi ya ris. :")
BalasHapusKEnap endingnya malah bahas cewek bg? Korelasinya kenapa ke cewek dan angkatan 90-an. Gak adil nih.. XD Gue yang bukan angakatan itu pengen juga nambah alasan buat gak nikahh dulu. XD
BalasHapusSama kek Adi, keknya yg terakhir wanita impian bg Haris banget..
taaylah cewek dibikin sekategori sama pokemon. :'))
BalasHapusHaha betul, pokestopnya kalau ndak masjid ya kuburan
BalasHapusgila permainan ini, jadi lupa rumah. maunya dijalan mulu!hahahaha
BalasHapuslo tipe orang yang doyaam ikir positif kayanya yah :p
BalasHapusKenapa Very rare contohnya Musdalifah woooooiiii!!!
BalasHapusEverywhere: Cewek yang kalau ditanya mau makan apa, jawabnya ‘terserah’.
BalasHapusVirtually Everywhere: Cewek yang ngaku ‘ordinary girl’ di bio social media dan bekerja di PT. Mencari Cinta Sejati.
Very Common: Cewek yang sekali online Instagram, upload foto sembilan biji.