Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Dear Jantan

Aku adalah Betina. Aku merupakan seorang murid pindahan di SMA Perkutut. Suatu pagi, aku terlambat datang ke upacara bendera sebab aku datang di hari Selasa. Aku telat 24 jam.

Ketika aku berdiri resah di depan gerbang sekolah yang tergembok, seorang murid cowok mendekatiku.

“Telat datang ke sekolah aja paniknya kayak telat bayar iuran BPJS,” seloroh cowok itu.

Aku tak menanggapi guyonannya. Aku malah memperhatikan keningnya yang berdarah. “Jidat lo kenapa?” aku khawatir sembari menyentuh lukanya.

“Biasa, kepentok palang pintu kereta sewaktu mau terabas,” ucapnya cool.

“Ini kalau nggak diobati, bisa infeksi. Mau jidat lo diamputasi?” Aku segera memasangkan plester ke luka cowok berambut berantakan itu.

Dia hanya bengong memandangi aku yang telaten mengobati lukanya.

“Itu tangan lo kenapa?” Aku perhatikan tangannya yang tampak sengklek.

“Kepentok stang sewaktu jatuh dari motor,” jawabnya sembari mengaduh.

“Tangan kamu patah!” vonisku setelah cek dengan cara menarik-ulur tangannya.

Setelah mengaduk isi tasku yang lebih mirip kotak P3K, aku langsung memasangi gips pada tangannya. Lalu padanganku beralih ke anggota tubuhnya yang lain. Ternyata badannya penuh memar dan luka basah.

“Ini sebenarnya lo kenapa sih?” tanyaku panik.

“Gue barusan keserempet kereta,” akunya. “Untung, masih selamat.”

“Udah luka parah begini masih bilang untung. Indonesia banget sih lo!” Aku buru-buru memperban sekujur badannya sehingga cowok itu seperti mummy.

“Makasih ya,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

“Iya. Lain kali tunggu kereta lewat dulu,” ucapku. “Oh iya, nama gue Beti.”

“Salam kenal, Beti. Lo mau masuk?” tanyanya.

“Mau sih. Tapi rela bagi-bagi?” kataku.

Kemudian cowok tersebut menunjukkan jalan rahasia untuk masuk ke sekolah. Aku juga dipinjami tangga olehnya. Tapi ketika aku mau mengucapkan terima kasih, dia keburu melemparkan bom asap, lalu menghilang.

“Ternyata dia seorang ninja,” ucapku lirih.

Ketika istirahat di kantin, aku cerita tentang pertemuanku dengan si cowok ninja kepada kedua sahabatku, Erisca dan Febriani.

“Jadi, lo belum tahu nama cowok yang bantuin lo?” tanya Erisca.

Aku menggelengkan kepala.

Tiba-tiba terdengar suara gaduh di belakang kantin.

“Apaan tuh?” tanya Febriani dengan satu mata terpejam.

“Paling juga ibu kantin masak kambing guling lagi,” sahut Erisca.

Lalu kami berlari ke sumber suara. Ternyata kegaduhan itu berasal dari dua murid cowok yang berkelahi. Mereka berkelahi saling lempar drum air.

“Itu kan cowok yang nolongin gue,” bisikku ketika menyaksikan si cowok ninja berantem dengan kakak kelas.

Di tengah perkelahian, cowok ninja berkata kepada senior.

“Gue nggak suka ya kalau ada kakak kelas yang pakai jaket Akatsuki!” Cowok ninja lanjut lempar drum air ke senior. “Akatsuki itu organisasi terlarang, mesti dibubarin.”

“Tapi kan gue cuma cosplay!” dalih senior sambil menangkis drum air.

Tak lama, guru BP datang melerai. “Sudah, sudah. Jangan berkelahi.”

Lalu kedua murid itu diseret ke ruang BP. Ternyata di ruang BP tersedia ring tinju.

“Nah, kalau mau berantem di sini tempatnya.” Guru BP pun memimpin pertandingan sebagai wasit. “Mulai!”

“Dia kan Jantan. Murid berandalan yang hobi tawuran,” ucap Erisca.

“Sebaiknya lo jangan deket-deket sama dia, Bet,” saran Febriani.

Aku tak menggubris perkataan kedua temanku. Sebab aku sedang asyik menonton pertandingan tinju sambil makan popcorn.

Ketika pulang sekolah, aku didekati oleh seorang cowok yang mengendarai motor Honda CB 100 Gelatik.

“Boleh gak aku ramal?” ucapnya sekonyong-konyong.

“Ramal?” Aku langsung heran dengan pertanyaannya. Kok meramal? Memangnya dia Suhu Yo?

“Iya,” katanya. “Aku ramal, besok kita akan bertemu di kantin.”

Asli, aku gak tahu siapa dia. Jadi, aku hanya bisa korek-korek kuping ketika mendengar omongannya yang ngawur.

“Oke,” katanya. “Suatu hari, kamu akan naik motorku. Percayalah.”

Kemudian, datang Jantan untuk menyelamatkanku dari gombalan cowok asing itu. Tanpa ba-bi-bu, Jantan membentuk sebuah segel, kemudian muncul black hole. “Kamu salah zaman, Dilan! Ini zaman gue! Kembalilah ke tahun 1990!”

Cowok bernama Dilan itu tersedot ke dalam lubang waktu.

Jantan pun mengambil alih motor Dilan, lalu memboncengku sampai rumah.

“Kebetulan motor gue harus di-service karena keserempet kereta tadi pagi,” kata Jantan saat tancap gas.

Ternyata ramalan Dilan benar.

***
Saat pelajaran olahraga, aku bermain basket bersama teman sekelas. Di pinggir lapangan, Jantan memandangiku. Sampai-sampai aku tidak konsen dan kepalaku kena bola basket nyasar.  Tapi aku masih tegar. Selang semenit, datang bola voli dari lapangan sebelah ke arahku. Aku tetap menolak ketika ditawari istirahat kendati kepalaku sudah benjol dua biji. Aku melanjutkan main basket sambil bengong. Barulah ketika bola sepak mengincarku, aku memilih pingsan sebelum terhantam.

Sewaktu siuman, aku sudah terbaring di ruang UKS. Ternyata tadi Jantan yang membopong aku yang tak sadarkan diri di lapangan. Aku menyalahkannya yang membuatku tidak fokus sehingga diserang hatrick tiga bola dari tiga cabang olahraga berbeda. Jantan pembawa sial.

Sejak itu, aku bertekad untuk selektif memilih teman, tidak semua yang add di Facebook, aku approve. Di saat aku berusaha menjauhi Jantan, Jantan justru membuat heboh satu sekolah dengan terang-terangan mengejar cintaku. Berbagai cara kulakukan untuk menghindar, namun semakin aku menjauh, semakin aku penasaran.

Suatu ketika, aku stalking album foto Jantan di Facebook. Di sana ada fotonya bersama cowok yang mirip dengannya.

“Ini Jantan foto bareng siapa?” tanyaku kepada Erisca.

“Itu kembaran Jantan. Namanya Boy,” terang Erisca.

“Jadi Jantan kembar?” Wow, aku terkejut.

“Yup, lengkapnya, dia kembar empat. Jantan, Boy, Pria dan Lelaki. Boy adalah seorang ketua geng motor yang pintar, ganteng dan jago beladiri tapi tidak pernah meninggalkan sholat dan mengaji. Sementara Lelaki adalah anak jenius yang diterima di ITB saat berumur 14 tahun. Sedangkan Pria pernah diundang ke istana negara karena tulisannya tentang toleransi viral di Facebook. Semua kembarannya berprestasi. Cuma Jantan aja yang jadi berandalan,” beber Erisca.

Setelah mendengar cerita Erisca, aku jadi ingin lebih tahu tentang Jantan. Sampai akhirnya, Jantan membawaku ke sebuah rumah kosong tempat dia biasa duel dengan preman.

“Di sinilah gue membunuh waktu,” ucap Jantan. “Gue sengaja melakukan perbuatan nggak berguna semasa muda karena gue sendiri udah dicap gagal oleh kedua orangtua gue. Lo tahu nggak, saking nggak dianggapnya gue sebagai anak, gue sampai nggak didaftarin BPJS Kesehatan?”

“Memang sih untuk pekerja penerima upah, yang ditanggung BPJS hanya satu istri dan tiga anak,” tanggapku.

“Tapi kan kalau memang orangtua gue nggak pilih kasih, gue bisa didaftarkan dengan dikenai premi mandiri!” debat Jantan.

“Jadi, lo kalau berobat, bayar?” tanyaku prihatin.

“Yuhu. Makanya gue senang pas lo ngobatin gue, jadi gue nggak perlu ngeluarin biaya,” ujar Jantan.

***

Besoknya, aku dilabrak oleh senior cewek yang sudah lama naksir dengan Jantan.

EH, ELU JANGAN SOK IYE DEH! GUE GAMPAR MULUT LU NTAR!”

Ketika sang senior galak itu mau nampol mulutku, Jantan datang sambil merekam dengan hengpon jadul miliknya.

“Ayo, terusin. Nanti gue kasih videonya ke Minceu Lambe Turah. Biar lo dihakimi netizen. Terus viral, lo dikeluarin dari sekolah dan KJP lo dicabut,” ancam Jantan.

Sejak itu, senior galak bertaubat nasuha. Diiringi dengan nyanyian Opick yang sayup-sayup terdengar, “Terangkanlah... Terangkanlah...”

Setelah tidak ada yang menganggu hubungan kami, akhirnya aku menerima pernyataan cinta Jantan. Sebelumnya aku tanya Jantan kenapa dia suka aku, dan jawabannya adalah:

“Di saat yang lain memandang gue seperti sampah, lo memandang gue sebagai sampah yang masih bisa didaur ulang.”

Tapi Jantan masih dianggap tak berguna oleh keluarganya. Puncaknya, saat Jantan tidak kebagian potongan pizza yang dibeli ayahnya. Jantan pun ngambek dan memilih minggat dari rumah. Sepuluh hari Jantan tidak masuk sekolah. Di hari kesepuluh barulah aku tahu Jantan telah menjadi montir di sebuah bengkel. Jantan pun telah didaftarkan BPJS oleh atasannya.

Setelah menghasilkan uang sendiri, Jantan sadar dirinya bisa bermanfaat bagi orang lain apabila mau usaha. Dia mulai berbenah dan meningkatkan kualitas diri agar diakui oleh keluarganya. Dia kembali sekolah agar nanti bisa menggapai cita-cita setinggi langit-langit kamar. Mengapresiasi ikhtiarnya dalam berhijrah, aku pun menulis surat untuk Jantan:

“Dear Jantan,

Main Jailangkung yuk.”


Komentar

  1. Menghibur sekali HAHA

    BalasHapus
  2. WAHAHAHAHAHA!!!
    Gue agak gak relate sih sama beberapa ceritanya, mungkin karena gue gak baca buku Dear Nathan. Tapi ngakak aselii... warbiasaaaa suhu.

    BalasHapus
  3. Belum nonton Dear Nathan dan berencana akan nonton. Jadi dengan berat hati, aku skip dulu demi menolak spoiler. Haha.

    Tapi itu font-nya maksa pisan. Raditya Dika aselik pasti marah banget kalau tau.

    BalasHapus
  4. Bentar, Bang.. mau nonton dear Jantan dulu biar relate... xD

    BalasHapus
  5. RT


    Barangkali ada yg mw nyoba keserempet kereta biar untung
    Yo silahkan
    Trus gimana bang kalo ketabrak kereta untung juga engga?

    BalasHapus
  6. Apa saya aja yang ngerasa ada kalimat yang di-highlight di situ?

    Kalau Leona udah difilmin mau dimasukin juga nggak, nih? Kesel bat dah ngeramal. :/

    BalasHapus
  7. Haris kurang ajar! Aing ngakak. Jadi intinya adalah ada seonggok manusia jantan bermotor nggak guna dan nggak punya BPJS mengejar cinta perempuan yang telat upacara sehari.

    What the

    BalasHapus
  8. si Dilan segitu doang? njis kasian bgt.

    BalasHapus
  9. NGERISAK IMAJINASI ORANG AJA NI KERJAAN BANG HARIS!!
    APALAGI ITU ASTAGHFIRULLAH DILAN SI PENJELAJAH WAKTU!! :((

    Koentji dari cerita diatas adalah jantan ingin terdaftar sbg peserta bpjs. :(

    BalasHapus
  10. Font sama pulpennya ngakak abis. Betina jadi Beti. Bisa aja bang~

    BalasHapus
  11. Belum nonton filmnya, tapi lucunya terasa betul. Hahaha. Apalagi bagian BPJS. Ingin rasanya teriak, "Haris BGST!". Hehehe cnd.

    Kasihan ya, Dilan cuma sekilas. :(

    Dan, Salsa pun ikut meramaikan. Taeklah! Jadi inget cerpen gue sendiri, Gadis Macan: *insert link*

    BalasHapus
  12. IBU KANTIN MASAK KAMBING GULING! SUNGGUH. SEKOLAH MANA YANG KANTINNYA MASAK KAMBING GULING? MAU GUE BELI SEPANCI. setdah, nggak kira-kira bikin cerita hayalannya :/

    btw, ini templatenya baru, ya, Ris? cie. Jung sudah berhasil. selamat kepada Jung Jawa.

    BalasHapus
  13. IMAJINASIMU SUNGGU WARBIYASAK BANG!
    SALUD

    BalasHapus
  14. Azz -_-

    Ujung-ujungnya ngajak maen jalangkung, dasar beti! KENAPA ENGGA MAEN LUDO KING!?

    BalasHapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  16. ahahahah, hari ini ketawa sendiri gegara ini tullisan.
    banyak banyakin bang bikin script film.. siapa tau artis komedi 11 nomer rumah 8 yang dipanggil cici mau ikutan main pilm juga

    BalasHapus
  17. Anjir. Gue ngakak bang. Sangat menghibur.

    Jadi intinya imajinasi lo diatas adalah seorang jantan yg ingin terdaftar di BPJS. Hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar