How It Should Have Ended adalah webseries animasi yang
memparodikan film populer dengan membuat akhir pengganti dan menunjukkan
berbagai kekurangan. Nah, itu kata Wikipedia. Bukan kata saya. Kalau kata saya,
HISHE adalah webseries parodi yang menyajikan alternatif ending semaunya yang
kadang lebih seru daripada film aslinya, seringkali keminter.
Saya kepikiran bikin HISHE untuk Wiro Sableng:
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.
***
Nusantara, abad ke-16, Mahesa Birawa dan pasukannya
menyerbu sebuah perkampungan pada malam hari.
“Ambil apa saja yang kalian mau, tapi jangan ambil
bagianku,” ucap Mahesa Birawa yang sedang dikendalikan birahi, kepada anak
buahnya.
“Bagian apa, bos? Kepala ikan?” tanya Kalingundil, salah
satu anak buah dari Mahesa Birawa.
“Ini tidak dijelaskan di filmnya, tapi biar kamu
ngerti motivasi kejahatanku, aku ceritakan ulang cerita versi sinetronnya.
Jadi, aku suka dengan gadis bernama Suci, tapi Suci malah menikah dengan
Ranaweleng,” terang Mahesa Birawa.
“Cukup. Saya paham, bos.” Kalingundil akhirnya ngerti.
Singkat cerita, para kroco menjarah kampung, Mahesa
Birawa fokus membantai Ranaweleng, lalu Suci. Namun, anak mereka dibawa kabur
oleh...
“Mak Lampir?” Mahesa Birawa mengernyitkan dahi melihat
nenek-nenek terbang dari pohon ke pohon sembari ketawa-ketawa so chill.
Yang dipanggil Mak Lampir tidak terima. “Eh, gue dari
Gunung Gede lho ya. Bukan Gunung Merapi.”
“Ternyata Sinto Gendeng.” Mahesa Birawa angguk-angguk
paham.
Sembari terbang gendong bocah, Sinto Gendeng berucap,
“YHAAA!”
***
Di Gunung Gede, Sinto Gendeng merawat anak yatim piatu
korban kejahatan Mahesa Birawi. Dikarenakan Sinto Gendeng jago silat, anak
tersebut pun diajari silat. Coba kalau dia jago debat doang, mungkin diajari silat
juga, tapi silat lidah.
Setelah muridnya pintar silat, Sinto Gendeng masuk ke
tahap berikutnya: memilih nama panggung. “Nama asli kamu Wira Saksana. Tapi
biar ada rima dengan nama Eyang Sinto Gendeng, nama kamu jadi Wiro Sableng.”
Tanpa banyak ba-bi-bu, Wiro mengacungkan ibu jari.
Suatu hari, Wiro terbangun dengan sebuah tato di dada,
bertuliskan “2+1=2” yang dirajah oleh gurunya. Kontan saja, Wiro protes, “Kok 2
+ 1 = 2? Bukannya akar 5?”
“Kalau kamu pernah bertanya kenapa Eyang dipanggil
Sinto Gendeng, itulah jawabannya,” sahut Sinto Gendeng.
“Oh.” Wiro langsung paham.
Sinto Gendeng mengajak Wiro ke sebuah tempat dimana
kapak maut naga geni 212 tertancap di sebuah batu.
“Dulu pernah ada murid eyang yang kepengen banget
punya kapak ini. Namun, dia ikut ajaran sesat sehingga dia tidak pantas
mendapatkannya. Sekarang dia menjadi pendekar golongan hitam. Sewaktu-waktu dia
akan mengambil kapak ini karena masih penasaran,” beber Sinto Gendeng.
Wiro garuk-garuk kepala. Sesaat dia memperhatikan
kapak tersebut. “Boleh aku cabut, eyang?” pinta Wiro. “Siapa tahu aku yang
pantas mendapatkannya.”
“Sok mangga.” Sinto Gendeng mempersilakan dalam bahasa
Sunda.
Dengan segenap tenaga, Wiro berusaha menarik kapak
tersebut.
Saking alotnya usaha Wiro mencabut kapak, sampai ditinggal
ngopi oleh Sinto Gendeng.
Ketika Sinto Gendeng asyik ngopi, Wiro Sableng ngeden mencabut kapak, diam-diam Mahesa Birawa memperhatikan dari balik pohon, menunggu
momentum.
“Nah, ini dia!” ucap Mahesa Birawa menyebut nama
rubrik koran Pos Kota.
Dengan mengerahkan segala upaya dalam sebuah pertaruhan terancam penyakit turun berok, Wiro akhirnya berhasil mencabut kapak tersebut. Lalu
kapak maut itu terlempar di udara dan benar-benar mengundang maut seperti namanya: kapak
tertancap di dada Mahesa Birawa yang kebetulan ngejogrok di dekat situ.
Wiro Sableng pingsan. Mahesa Birawa bertemu dengan sang maut. Sinto Gendeng kaget sekaget-kagetnya orang dapat uang kaget.
“Waduh, kalau Mahesa Birawa mati di sini, terus gue
kasih tugas apaan ke Wiro?” Sinto Gendeng mendadak puyeng.
Di sebelah jasad Mahesa Birawa, tahu-tahu muncul
Deadpool yang datang dengan mesin waktu milik Cable.
“Maneh saha?” tanya Sinto Gendeng kepada manusia
modern berkostum merah hitam tersebut.
“Maaf, Mama Rita Repulsa, saya hanya mau memperbaiki alur cerita,” ucap
Deadpool mencabut kapak dari dada Mahesa Birawa. Lalu Deadpool menghilang membawa kapak tersebut.
Sinto Gendeng kelabakan. "Perbotan lenong gue mana???"
***
Deadpool muncul di Wakanda ketika perang Avengers
melawan Black Order cs.
Tampak Thor loncat indah penuh kilatan petir, lalu
menghajar dada Thanos dengan kapak barunya.
Thor tampak puas. “Sekarang mati kan lu, Than?”
“Than, than, sembarangan aja lo manggil. Emang gue tante-tante? Seharusnya lo embat pala gue, Thor.” Thanos nyengir. "Lanjut, Thor. Gue tunggu chapter selanjutnya!"
“Jangan ngomong.” Deadpool melempar kapak 212 ke
kepala Thanos dan sukses tertancap di sana.
Thanos langsung kelenger tujuh keliling.
Thanos langsung kelenger tujuh keliling.
Avengers kompak mengucapkan, “Mashoook, Pak Eko!”
Deadpool berseloroh, “Sekarang Josh Brolin bisa fokus
jadi Cable. Enak aja dia bisa dapat dua peran di Marvel. Gue aja harus bunuh Green
Lantern.”
***
Wiro Sableng dan Deadpool hangout di Super Cafe bareng
Batman dan Superman.
“Jadi, begitulah ceritaku menyeberang ke studio sebelah untuk menyelamatkan Marvel Cimematic Universe," pungkas Deadpool bangga, tapi tidak terlalu digubris oleh yang lain. "Mana ceritamu?"
"Eh, lo juga yatim piatu sejak kecil setelah melihat langsung orang tua dibunuh di depan mata?” kata Batman kepada Wiro.
"Eh, lo juga yatim piatu sejak kecil setelah melihat langsung orang tua dibunuh di depan mata?” kata Batman kepada Wiro.
“Itulah yang membuat kita menjadi superhero.” Wiro
merangkul Batman. “Mau bikin Liga Anak Yatim?”
Batman diam saja. Dalam hati, "Justice League aja gue kewalahan."
Superman tampak asyik dengan gawainya.
Deadpool tertarik ingin tahu, “Main apaan lu, Men?”
“AOV,” jawab Superman.
“Kok ada Wiro Sableng dan Batman? Kita mana?” Deadpool
tak terima.
“Gue keren dan mewakili Indonesia, jadi masuk AOV,”
ucap Wiro bangga. Lalu membisiki Batman, “Buat bantu-bantu promo film gue.”
“Mau tahu alasan kenapa gue ada di AOV? Because I am
Batman!” seru Batman.
“Oke, ini tak bisa dibiarkan. Biar gue yang
beresin.” Deadpool kembali menghilang untuk memperbaiki nasib orang tua Bruce Wayne dan Wira Saksana.
Sebuah fantasi yang sungguh liar sampai lintas universe gini.
BalasHapusKwakwakwak
BalasHapusFans DC dan Marvel bakal heboh ni kalo jadi begini XD
Hahaha hebat kreatif bgt nih
BalasHapus