Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Playlist Spotify untuk Saya Dengar, kalau Kamu Mau Tahu

Sebenarnya, saya pengen galau, sama seperti teman saya tahun lalu. Di mana saya mendampingi beliau yang tak stabil secara batiniah kala itu. Sampai akhirnya ia menikah dengan cewek yang membuatnya oleng.
Namun, kini kondisi sudah tak sama. Kalau saya menuruti nafsu untuk galau nggak puguh, teman saya sudah tidak bisa menemani karena sibuk mengurus kehamilan istrinya dan mencari uang untuk mempersiapkan kelahiran anak pertamanya. Saya harus mengurus diri saya sendiri.
Kalau saya mogok kerja kayak teman saya waktu itu, bisa-bisa cicilan kredit dan tagihan setiap bulannya nggak kebayar. Saya belum siap dikejar-kejar orang Ambon yang hendak menarik kendaraan saya di tengah jalan. Terus pas pulang, mendapati rumah saya dipasangi plang bertuliskan “Tanah dan bangunan ini dalam pengawasan bank.”
Dari sini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa menghayati kegalauan adalah kemewahan. Tidak semua orang bisa melakukannya secara paripurna. Orang yang belum merdeka secara finansial seperti saya tidak punya waktu untuk merutuki nasib percintaan secara full-time. Saya tetap harus bekerja dan berkarya sambil menangis.
Namun, patah hati perlu diapresiasi. Tanda seorang manusia telah mendedikasikan hatinya untuk orang lain dengan proper. Salah satu cara saya meresapi kisah cinta yang ambyar adalah dengan mengiringinya pakai lagu. Sampai saya bikin playlist di Spotify untuk menemani saya bersedih.
Ini semua lagu tentang kamu, tapi kamu tak perlu mendengarkannya. Jadi, mixtape ini dibuat untuk saya dengarkan (mengapa demikian? Sebab prinsip saya tak berubah, cintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Maka, sebelum memberikan mixtape untuk orang lain, alangkah baiknya terlebih dahulu menghadiahi diri sendiri mixtape), tapi kalau mau tahu, berikut lagu-lagu yang dimaksud.

Fiersa Besari - April
Selain judulnya sama dengan bulan lahir dan nama kamu, liriknya juga menggambarkan hubungan kita: "Kisah kita memang baru sebentar, namun kesan terukir sangat indah."
Saya adalah Fiersa Besari di lagu itu. Bukan manusia sempurna, tapi tak pernah berhenti mencoba. Membuatmu tersenyum. "Karena bahagiamu juga bahagiaku." Mungkin lirik barusan terdengar hipokrit, tapi beneran kok. Kalau pakai silogisme: tangisan kamu bikin saya sedih.
Ternyata nasib saya sama dengan Bung Fiersa di lagu ini. Tapi,
"Masih berharaaaaaap
Karena kuyakin
Kau akan kembali"

Dewa 19 - Kasidah Cinta
Lagu ini pernah saya nyanyikan untuk gebetan saya sewaktu hangout di tempat karaoke. Namun, sang target malah tidak mendengarkan karena sibuk flirting dengan teman saya yang saya sebutkan di atas. Sejak tragedi itu, lagu favorit saya ini pun menimbulkan kesan traumatis di benak.
Namun, kali ini saya berani menyanyikannya lagi di saat sedang jatuh cinta, bersamaan dengan itu, ada perasaan minder yang muncul. Pas dengan lirik, “Salahkah aku terlalu mencintai dirimu yang tak mungkin mencintai aku, oh Tuhan, tolong.”
Dengan membawa judul Kasidah Cinta, lagu ini cukup religius karena selalu memohon kepada Tuhan.
“Oh mungkin hanya keajaiban Tuhan yang bisa jadikan hamba-Nya yang cantik menjadi milikku.”
Sebagai editor dan mantan redaktur yang sering gatal dengan ketidaksesuaian penulisan (uhuk-polisi-bahasa-uhuk), mungkin kamu bakalan punya dorongan untuk menemui Ahmad Dhani dan mengoreksi liriknya. “Aku langsung jatuh cinta kepadamu. Cinta pada pandangan pertama. Cinta yang bisa merubah jalan hidupku jadi lebih berarti.”
Ivan Lanin: “Bukan merubah, tapi mengubah.”

Billie Eilish - Ocean Eyes
Judul lagunya memang terkesan seperti simbol rasisme supremasi kulit putih. Ocean Eyes atawa mata lautan. Lautan itu biru. Yang matanya biru ya orang-orang kulit putih. Seperti Billie Eilish yang menyanyikan lagunya.
Namun, Ocean Eyes di sini adalah gagasan. Mata seseorang bisa menjadi seperti lautan yang bikin orang yang menatapnya bisa tenggelam di sana. Masalah klasik dan menurut sang pelantun tembang all the good girls go to hell, ini tidak adil: orang yang paling kita cintai adalah ia yang paling bisa membuat kita menangis. Bahkan bisa sampai kelelep air mata sendiri.
Bagi saya, mata kamu adalah lautan yang dimaksud di lagu ini. Saya terjatuh ke dalam lautan itu dan butuh pertolongan.
Kekeyi: “Ciyeeee. Ahzeeeeg!"

Elvis Presley - Can’t Help Falling in Love
Orang bijak berkata, hanya orang bodoh yang suka tergesa. Mungkin saya bodoh karena terlalu cepat memutuskan. Namun, saya nggak bisa berhenti jatuh cinta.
Lagu ini menggambarkan bahwa seseorang bisa jatuh cinta tanpa rencana dan dipikirkan masak-masak sebelumnya. Nah, kalau kamu belum, saya tunggu. Kalau sampai nanti kamu tetap belum bisa mulai, saya juga nggak bisa berhenti.
Change my mind.


Komentar

  1. dari semua lagu yang ditulis, yang gue tau hanyalah lagunya Elvis. sisanya enggak. sepertinya, gue harus mencari refrensi lagu lebih banyak lagi, jadi bisa menyamakan dengan perasaan yang sedang gue alami.

    mari rayakan hari ini dengan berghibah

    BalasHapus

Posting Komentar