Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Kadang mengantre isi bensin di SPBU terdekat cukup menguji kesabaran. Apalagi kalau
bukan karena pengendara motor yang mengular di depan pom bensin khusus Pertalite
dan Premium. Demi menghindari antre terlalu lama, pengendara sampai melipir ke
jalur khusus Pertamax. Rela merogoh kocek lebih dalam, asalkan tidak kelamaan
antre.
Beberapa pengendara memilih mengisi di SPBU resmi karena butuh nota
bensin untuk di-reimburse ke kantornya. SPBU memang bisa mencetak struk bensin
apabila diminta oleh konsumen. Selain itu, harganya juga sesuai dengan
kuantitas dan kualitasnya. Sudah begitu, dijamin pasti pas.
Sebenarnya, mengantre di SPBU bisa menyenangkan apabila ditemani oleh
seseorang di jok belakang. Sambil antre, kamu bisa membuka kaca helm sambil
menengok ke belakang. Kemudian terjadilah obrolan yang hangat. Mengantre lama
pun tak terasa karena asyik berbincang bersama si doi.
Lalu pembicaraan diakhiri dengan pertanyaan, “Kamu ada 20 ribu, nggak? Pinjem dong. Aku belum ambil duit nih. Nggak ada uang cash. Uang di rekening juga nggak ada sih. Sengaja aku ngajak kamu kan biar dibayarin bensin.”
Lalu pembicaraan diakhiri dengan pertanyaan, “Kamu ada 20 ribu, nggak? Pinjem dong. Aku belum ambil duit nih. Nggak ada uang cash. Uang di rekening juga nggak ada sih. Sengaja aku ngajak kamu kan biar dibayarin bensin.”
Sebelum itu, jangan lupa untuk minta dia turun dari jok, kalau motor kamu
bukan Vixion yang tangki bensinnya di depan.
Saran terbaik untuk mengisi bensin adalah mengisilah di SPBU terdekat
sebelum indikator bensin berkedip-kedip kayak tetangga yang genit. Jangan ditunda-tunda.
Ini isi bensin, bukan tugas kuliah.
Begitu ketemu SPBU, ada saja alasan seseorang menunda isi bensin.
“Ah, antreannya panjang. SPBU depan aja deh.”
Ternyata SPBU depan antreannya lebih panjang lagi.
“SPBU setelah ini pasti sepi.”
Belum sampai SPBU, ternyata bensinnya udah kering. Motor pun mogok. Si
dia di jok belakang pun cemberut. Syukur-syukur dia nggak banting helm ke
aspal, merajuk, lalu order ojek online.
Akhirnya, terpaksa menuntun motor sampai SPBU. Sesampainya di SPBU yang
dirindukan, ternyata stok bensinnya sudah habis. Sisa solar, begitu kata
petugas pom. Terpaksa harus jual motor, untuk beli solar dan bayar DP traktor.
Setelah itu, fokus jadi petani. Ya nggak lah. Bercanda, sayang.
Komentar
Posting Komentar