Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Dufan Kala Hujan dan Dua Cangkir Kopi


Demi meredam pandemi, Pemprov DKI Jakarta menutup beberapa destinasi wisata. Termasuk Ancol. Yang ada Dufan (Dunia Fantasi) di dalamnya. Jadi, sampai wabah ini mereda (yang tidak tahu sampai kapan), saya tidak bisa naik wahana-wahana di Dufan. Kalau sekadar kirim paket pakai Wahana Express kayaknya masih bisa.
Jalan-jalan di Dufan bareng orang spesial adalah kencan impian saya.
Sebelumnya, saya pernah ditinggal tanpa kabar oleh mantan saya. Berkali-kali saya hubungi nomor ponselnya, nggak diangkat-angkat. Saya jadi khawatir dia kenapa-kenapa.
Ketika saya telepon mamanya, beliau bilang anak gadisnya pergi ke Dufan bareng sepupunya. Roh Budi Setiawan dalam tubuh saya langsung keluar untuk berkata: wow. Pas saya tanya ke ybs kenapa nggak ngabarin, dia bilang, “Aku kan bukan jubir istana!!!”
Itu Ngabalin dong.
Alasannya, dia diam-diam ke Dufan adalah sudah yakin tidak akan diizinkan oleh saya. Wah, kok gitu? Kok bisa tahu jawaban saya sebelum ditanya? Kok gaslighting?
Saya jadi sedih. Dulu dia pernah nelepon saya nangis-nangis karena kakinya nginjek tawon ndas, terus saya tenangin (walaupun bukan obat jamunya Raffi Ahmad dan Nagita Slavina). Tapi kenapa pas senang-senang, saya dilupain? Memikirkannya, kepala saya jadi sakit seperti habis diantup tawon ndas.
Singkat cerita, mantan saya ini akhirnya menikah dengan teman kerja sepupunya yang ditemuinya di Dufan itu. Semoga samawa, guys! I’m happy for both of you!
Nggak nyangka ceritanya berujung indah... baginya. Padahal, awal dekat, saya sempat mengajaknya family gathering ke Jungleland, Bogor. Saya kenalkan dia kepada teman-teman kantor saya. Waktu itu sih dia mengaku senang dan nggak mau kehilangan saya (ya karena repot juga kalau saya jadi anak hilang di keramaian). Namun, yang akhirnya jadi family-nya adalah pria berkumis yang jadi teman mainnya di Dufan.
Jungleland: 0
Dufan: 1
Seriuosly, saya sudah melupakan trauma Dufan ini. Dufan hanyalah tempat yang netral. Yang menjadikan itu menyesakkan adalah hati yang belum ikhlas.
Sekarang saya sudah bisa mengajak seorang gadis manis ke Dufan. Bersamanya, saya bisa melambung diantarkan oleh Bianglala, untuk melihat pemandangan sebagian daerah Pademangan dari ketinggian.
Kami juga sempat menjajal wahana terbaru Dufan yang bernama Kereta Misteri. Saking misteriusnya, saya tidak bisa melihat kejadian memabukkan di dalam wahana indoor tersebut. Gelap soalnya. Sudah gitu, merem lagi.


Namun, pernah suatu hari, kami ke Dufan, tapi hujan. Air dari langit turun berduyun-duyun. Semua wahana outdoor pun ditutup serentak. Alasannya, karena takut kesambar petir. Padahal Dufan sendiri punya wahana yang dari namanya saja sudah menantang bahaya: Halilintar alias roller coaster jadul. Ealah, sama petir aja takut. Eh, tapi Atta Halilintar juga takut kesambar geledek. 
Ya, tapi, nggak apa-apa sih. Utamakan keamanan dan keselamatan. Know safety, no injury. No safety, now injury.
Dufan kala hujan memang menyebalkan. Sebab kami tidak bisa main wahana-wahana andalan. Akhirnya, kami iseng mengantre untuk naik kontiki, wahana berbentuk kapal es yang berputar-putar. Cemen sih, tapi lumayan bikin nostalgia dengan animasi Ice Age.
Tak mau rugi karena sudah bayar tiket masuk Ancol, saya mengajak dia ke Pantai Ancol. Dengan jas hujan, kami naik motor ke Pantai Ancol, menerjang gerimis. Walaupun ini berbentuk pantai, bukan jembatan Ancol, tapi si manisnya tidak ketinggalan. Dia yang duduk di jok belakang.

Kencan hari Minggu itu berakhir di warung kopi. Untuk menghangatkan tubuh karena cuaca dingin, enaknya sih memang ngopi. Namun, jika kopimu terasa pahit, kamu bisa mencampurkannya dengan krimer. Sehingga kopimu tidak cuma menawarkan rasa pahit, tapi menjadi lebih krimi, nikmat, dan gurih-gurih enyoy.
Nestle coffeemate bisa jadi pilihan. Seolah memang menjadi soulmate untuk semua jenis kopi favoritmu.
Seperti hidup yang punya pahit getirnya sendiri, kita bisa mengajak si manis memasuki kehidupan untuk menyeimbangkannya.


Komentar

  1. Jangan2 pas bales instastory ngajak ke dufan bareng itu rencananya jadiin saya nyamuk ya bang? Atau gak jadi tukang kamera kayaknya. Hmm ah.

    BalasHapus
  2. Lalu si gadis manis diajak oleh teman sepupunya ke Jungleland, tidak mengabari Anda karena takut dilarang, dan di sana ia bertemu jodohnya.

    Dufan : 1

    Jungleland : 1

    Haris : 0

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata jodohnya adalah saya.

      Dufan: 1

      Jungleland: 1

      Haris: 1

      Hapus
    2. Wkwk sebuah kepercayaan diri yang mantap. Aminin duluuu.

      Hapus

Posting Komentar