Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Yang Jarang Dibahas Film Bertema Sex Education: Apa itu Kanker Serviks?

Dua Garis Biru sempat ditolak oleh petisi-petisian dan status emak-emak di Facebook. Padahal kalau mau tabayyun ke bioskop, kemungkinan besar bunda bakalan terkesan dengan film bermuatan sex education tipis-tipis ini. Namun, ada satu poin yang belum dibahas oleh film bertema pendidikan seks ini tentang pergaulan bebas, yaitu risiko penularan penyakit.  Belum lagi penyakit yang dapat memicu kanker serviks. Apa itu kanker serviks?

Kanker serviks atau kanker mulut rahim merupakan kanker yang diidap oleh wanita. Pemicunya bisa karena mutasi genetik, bisa juga karena virus atau infeksi yang disebabkan perilaku seks yang tidak sehat. Dalam hal ini, yang dirugikan hanya pihak perempuan. Sebab lelaki tidak punya rahim. Kecuali Rahim Sterling.

apa itu kanker serviks
Sumber gambar: id.mancity.com

Risiko penyakit menular seks ini jarang dibicarakan dalam film coming of age. Film berunsur pendidikan seks biasanya menyuguhkan keseraman sebuah hubungan percintaan setelah hadirnya bayi yang tak diinginkan. Disambung dengan betapa peliknya deretan akibat dari MBA (Married by Accident). Kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dengan mi instan mentah seperti dicontohkan video tutorial di internet.

Tokoh ibunya Bima di film Dua Garis Biru yang diperankan oleh Cut Mini menyesal tidak pernah ngobrol masalah pendidikan seks dengan anaknya. Tentunya, ibu-ibu yang sempat nolak film ini juga tidak mau mengalami musibah yang sama, kan? Berujung penyesalan saat tahu anaknya kecelakaan. Melarang sesuatu bukan berarti tidak membicarakannya sama sekali lho.

Jauh sebelum ada film Dua Garis Biru, remaja Indonesia, khususnya anak 90-an, sudah dapat sex education melalui lagu-lagu Jamrud. Pertama kali saya mendengar lagu band cadas asal Cimahi ini ketika kakak sepupu yang sudah lebih dulu puber memutarnya pakai mini compo dari kamarnya.

Ketika kecil, saya belum mengerti betul liriknya. Begitu beranjak gede, saya baru paham dengan apa yang saya dengar dulu.

Di balik liriknya yang nakal, Aziz MS sang pencipta lagu menyelipkan pesan moral. Contohnya, lagu Surti Tejo yang story telling itu. Dikisahkan Surti dan Tejo adalah sepasang kekasih yang pacaran sejak lulus SD. Lalu Tejo merantau ke kota. Ketika mudik, Tejo sudah berubah karena terpapar pengaruh negatif kota urban.

Ketika ingin wik-wik di pematang sawah, Tejo menyiapkan alat kontrasepsi. Sementara Surti sama sekali tidak ingin melanggar aturan norma dan agama, lalu mengeluarkan jurus langkah kaki seribu.

Desa mempertahankan keluguan Surti. Sehingga Surti takut dengan seks pranikah. Sementara kota telah mengubah Tejo menjadi nakal dan tricky. Tejo sudah menyiapkan perlengkapan tempur agar nantinya terbebas dari tanggung jawab.

Tejo pun menjebak Surti dengan modus kangen-kangenan. Namun, Tejo lupa kalau Surti masihlah gadis desa yang memegang erat nilai-nilai kearifan lokal. Bapak Surti yang berprofesi sebagai kades pun mungkin tergabung dalam Anti-KB KB Club.

Sementara di lagu Jamrud yang lain, yaitu Telat 3 Bulan, diceritakan bahwa muda-mudi yang baru berkenalan sehari sudah berani jalan berdua ke tempat sepi untuk kencan total. Latar ceritanya di laut. Dua orang kota ini melanggar batas wajar dengan berguling bebas di atas pasir.

Sejoli di lagu ini tidak seantisipatif Tejo. Akibatnya, tiga bulan kemudian, keduanya bertemu di Apotik Pak Mahmud. Si cewek tampak jadi gendut karena hamil. Demi mengetahuinya, si cowok pingsan.

Seandainya alat kontrasepsi Tejo yang tidak jadi dipakai itu diberikan kepada cowok di lagu Telat 3 Bulan, mungkin Aziz MS nggak bakalan kepikiran bikin lagu ini. Namun, semua alur itu harus terjadi demi kepentingan sebuah pesan moral: kenali konsekuensi sebelum beraksi. Dengan kata lain, berani berbuat, berani terima akibat.

Komentar

  1. Keren.. menggali informasi di film. kadang kita cuma ngeh sama hiburannya aja.

    BalasHapus

Posting Komentar