Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Dream Comes True

Selasa, 27 Maret 2012


Date Note di Tisera Cilegon.

Dulu, jauh sebelum Date Note terbit, saya sering mampir ke toko buku yang ada di kota saya: Tisera Cilegon. Saya memandangi rak demi rak yang menampilkan berderet-deret buku.

Kadang kalau saya nemu buku karangan seorang teman, saya akan mengambilnya dari rak. Memandang covernya dengan tatapan nanar, terutama di bagian nama penulisnya. Sambil berujar, "Ini saya kenal penulisnya. Temen FB saya."

Saya mengusap bukunya yang masih diplastikin. Membaliknya, membaca sinopsisnya dan melihat harganya. Lalu mengembalikan ke raknya.

Ada rasa iri yang menyelinap. Tapi irinya bukan sejenis rasa dengki yang mendorong saya untuk membakar bukunya. Sama sekali bukan. Saya iri pengen nerbitin buku aja. Saya pengen merasakan gimana debaran hati ini ketika mendapati buku-dengan-nama-saya-sebagai-penulisnya terpajang di sana. Di rak khusus novel.

Sepulang dari Tisera, biasanya saya lemes kayak kurang darah. Bertanya-tanya, "Kapan tiba giliran saya? Kapan tiba giliran buku saya?"

Tapi, Kawan, pertanyaan sesungguhnya dari kejadian ini bukanlah 'kapan saya akan seperti itu?', melainkan 'bagaimana saya bisa seperti itu?'

Lalu saya menjawab pertanyaan itu dalam hati. Dalam hati yang sedalam-dalamnya daleman hati.

Sejurus kemudian, langit bergemuruh, membolak-balikkan bumi, mengocok-ngocoknya, lalu keluarlah mata dadu berjumlah enam. Mata dadu itu adalah pertanda giliran saya untuk mulai jalan.

Moral of the day: Mimpi adalah kenyataan yang bisa terwujud.

Hikmah: Date Note dipajang di depan Tisera. Menyambut setiap pengunjung dengan mulut nganga. Di depan pendahulunya, ikan salmon galau yang juga nganga.




Komentar