Langsung ke konten utama

Kenali Ketombe Dahulu, Basmi Ketombe Kemudian

Tokoh publik dan influencer kerap “dirujak” sebab jejak digital mereka dianggap nyeleneh dan memalukan. Sementara itu, bagi kita yang belum berada pada level mereka, tentu ada jejak lain yang lebih mengkhawatirkan ketimbang jejak digital, yaitu jejak ketombe di bantal setiap bangun tidur.

Ibarat adegan film horor, di malam hari kita tidur sendiri, eh paginya sudah ditemani sekelompok benda asing. Ibarat film drama, yang kita anggap benda asing itu ternyata berasal dari kepala kita sendiri!

Namanya ketombe. Bentuknya bagai serpihan kulit kepala; kadang kering, meski ada pula yang basah. Ini lebih menyusahkan ketimbang kekasih yang tiba-tiba diam seribu bahasa. Kekasih bisa dibujuk dan diajak diskusi, ketombe tidak. Semakin stres menghadapinya, semakin deras ketombe datang.

Selain batuk dan pilek, rasanya ketombe adalah jenis “penyakit” yang paling umum dialami sebagian besar dari kita. Saking “merakyatnya”, timbullah sejumlah mitos terkait ketombe yang subur di tengah masyarakat. Belajar dari kata-kata “Kenali lawanmu dengan baik”, saya rasa tak ada salahnya memahami ketombe lebih jauh lagi supaya kelak kita bisa memusnahkannya dari muka bumi.

Mari kita mengenal apa itu ketombe.

Mitos #1: Ketombe bisa ditularkan.

Fakta: Salah! Kasus ketombe bukanlah kasus seperti kutu rambut yang biasanya saling menular di antara anak-anak SD. Ketombe muncul, salah satunya, akibat keadaan seseorang yang lebih sensitif terhadap jamur malassezia yang umumnya hidup di kulit kepala semua manusia. Penyebab lain adalah terkait dengan kurangnya ketelatenan seseorang dalam membersihkan kulit kepala.

Mitos #2: Ketombe membuat rambut rontok.

Fakta: Benar! Ketombe memang lebih berpotensi membuat rambut rontok. Pasalnya, ketombe menimbulkan perasaan gatal. Karena gatal, kita cenderung lebih sering menggaruk kulit kepala. Gerakan keras inilah yang menyebabkan akar rambut kian melemah hingga akhirnya rontok di mana-mana.

Kesimpulan: Ketombe membuat rambut rontok sekaligus mendorong sikap rajin menyapu lantai.

Mitos #3: Ketombe muncul gara-gara kulit kepala kering.

Fakta: Salah! Ketombe adalah sel-sel kulit kepala yang lepas bersama kandungan lemak secara berlebihan. Artinya, tekstur ketombe memang tak selamanya kering karena ada pula yang basah. Jadi, adanya sel-sel kulit kepala yang mati kemudian luruh dalam bentuk serpihan bukanlah hal mutlak penanda ketombe.

Mitos #4: Sebelum keramas, garuk dulu kulit kepala supaya ketombe hilang.

Fakta: Salah! Cara ini hanya bisa dianggap benar jika kita memang berniat membuat kulit kepala iritasi dan rambut jadi rontok. Daripada harus mengulang menyapu seluruh lantai di rumah sebab rambut rontok yang kian heboh, pilihlah cara yang lebih kalem dan normal, seperti menyisir rambut dengan tekanan yang wajar sebelum keramas. Minimal, rambut jadi tidak kusut saat dibilas.

Mitos #5: Ketombe datang karena kita menggunakan produk styling rambut.

Fakta: Salah! Ketombe tidak muncul gara-gara produk styling, melainkan karena kita tidak membersihkan rambut hingga benar-benar tuntas setelah penggunaannya. Produk styling yang masih tertinggal akan bertemu dengan minyak alami rambut dan kotoran lainnya, sebelum akhirnya mereka berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai ketombe.

Mitos #6: Jarang keramas membuat kulit kepala berketombe.

Fakta: Benar! Tanpa aktivitas keramas, kita hanya akan—lagi-lagi—membiarkan terjadinya “pertemanan” yang tidak diinginkan, kali ini antara sel-sel kulit kepala yang mati dengan kotoran dan minyak alami rambut. Selain membuat gatal, ketiganya kelak akan bersama-sama luruh dan bertransformasi menjadi ketombe.

Kesimpulan: Teman yang salah hanya akan membawa kita dalam keburukan.




Komentar

Terpopuler

22 Peran di Game Werewolf Telegram

Lepas dari candu Pokemon GO, saya keranjingan main Werewolf. Tapi permainan yang mengasah suudzon skill ini tidak saya lakukan bersama para youtuber dan stand up comedian seperti yang dilakukan Raditya Dika di istananya pada vlog beliau. Saya melakukannya di aplikasi chatting bernama Telegram yang bisa diunduh di Play Store . Cara bermainnya sederhana: jika kita adalah warga desa, maka kita harus membasmi serigala sampai habis. Dan jika kita adalah serigala, makan semua warga desa. Di malam hari, serigala memangsa warga desa. Di siang hari, warga desa melakukan vote untuk menentukan siapa tertuduh serigala yang mesti digantung. Yang bikin greget adalah kita nggak tahu peran pemain lainnya. Permainan Werewolf versi bot Telegram ini menyuguhkan berbagai peran yang unik. Berikut adalah peran-peran yang bisa didapatkan selama main Werewolf. sumber: www.deviantart.com

Ada Apa dengan Mamet?

Nama saya Rangga. Saya hanyalah seorang pelajar SMA biasa. Saya lebih memilih mengisi jam istirahat dengan baca buku di perpustakaan daripada baca koran di toilet khusus guru. sumber: Google Image Semua berubah ketika Pak Wardiman sang penjaga sekolah, tanpa sepengetahuan saya, mengikutkan puisi buatan saya dalam lomba cipta puisi tahunan yang diadakan oleh pihak sekolah. Lomba tersebut berhadiah sepeda kumbang. Tak dinyana, puisi buatan saya menang. Pak Wardiman mengambil hadiah sepedanya, kumbangnya untuk saya.  Setelah saya resmi jadi pemenang lomba puisi tanpa sengaja, ada cewek mading yang ngejar-ngejar saya untuk minta wawancara. “Kamu Rangga, kan?” tanya cewek mading tersebut sambil ngajak salaman. Tapi saya abaikan tangan halusnya yang terjulur. Berhubung lupa kobokan, tangan saya masih ada bumbu rendang. Sebab saya makan siang di RM Padang. “Bukan. Saya sebenarnya siluman tengkorak,” kata saya berpura-pura. “Oh.” Cewek itu langsung percaya dan per

25 Komik Doraemon Petualangan

Setiap remaja tumbuh dengan teman imajinasinya masing-masing. Bertualang mencari harta karun dengan Lima Sekawan -nya Enid Blyton. Merinding bersama Goosebumps karangan R. L. Stine. Atau membantu Detective Conan memecahkan misteri. Bagi remaja yang lebih vintage , memilih lari terbirit-birit bersama Petruk rekaan Tatang S. Sejak SMP, saya menyukai komik Doraemon Petualangan. Saya mengikat diri demi memburu semua serinya untuk dibaca. Mulai dari beli, tukar-pinjam sampai memeras milik teman. Dari baca seri Doraemon Petualangan, saya bisa belajar tentang penciptaan setting cerita yang menakjubkan, penokohan yang kuat, konflik yang menarik, alur cerita yang penuh kejutan, sampai pesan moral yang mendalam. Cocok dijadikan pegangan untuk menulis fiksi. Jika Ahmad Dhani pernah klaim musik Queen adalah puncak kreativitas manusia, maka saya akan menobatkan komik Doraemon Petualangan adalah puncak imajinasi orang Jepang.