Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

29

Seorang teman yang menurutmu paling sukses di antara kolega, karena sudah menikah, punya rumah, dan mobil, ternyata tidak berumur panjang. Melihat profilnya di LinkedIn tentang bagaimana dia merangkum perjalanan karirnya, membuat hatimu perih. Kamu tahu temanmu yang berhati baik ini ingin hidup lebih lama untuk mewujudkan cita-cita, tetapi Covid-19 merenggut mimpi-mimpinya.

Setelah kabar kematian membuat ramai grup WA alumni, kabar duka pun turut singgah di ruang tamu rumah. Seorang paman yang pernah membantu merakitkan meja kerjamu telah dipanggil oleh Sang Pencipta. Membuatmu rindu dengan kehadirannya yang selalu meramaikan suasana kumpul keluarga. Kepergiannya membuat kumpul keluarga diselimuti duka cita.

Kamu menyaksikan sepupumu yang masih kuliah, harus memulai peran baru di hidupnya, yaitu menjadi kepala keluarga. Dimulai dengan mengumandangkan azan di liang lahat ayahnya.

Di kesempatan lain, seorang sepupu yang jarang berkabar denganmu, tiba-tiba menelepon. Membuatmu berfirasat buruk tentang kabar apa yang akan disampaikannya. Di tengah bersantai dengan teman kerja di sebuah coffee shop, segelas kopi mint di tanganmu terasa hambar. Sang sepupu mengabarkan bahwa kakek yang terbaring sakit, kini tidak lagi merasakan sakit karena telah pergi menuju tempat kasih sayang Allah.

Kamu buru-buru pulang ke rumah. Di perjalanan turun hujan deras yang membuat jaket dan baju kerjamu basah kuyup dalam sekejap. Kembali terlintas kenangan bersama kakek yang pernah mengajakmu naik bus pergi ke pasar untuk beli sepeda sewaktu kecil.

Di tempat peristirahatan terakhir kakek, kamu sebagai cucu bersama para sepupu dan paman-bibimu mengucapkan selamat jalan dan terima kasih kepada kakek yang sudah membangun keluarga besar ini.  Kini, kakek telah berkumpul kembali dengan nenek yang sudah lebih dulu pergi sepuluh tahun yang lalu. Kakek dikuburkan di sebelah nenek. 

Di tahun ini, orang-orang baik meninggalkanmu. Di sisi lain, kamu berusaha mencari tempat yang lebih baik.

Menjelang kepala tiga, kamu harus menentukan pilihan-pilihan serius. Seperti meninggalkan pekerjaan yang sudah sewindu digeluti untuk career switch dan meninggalkan kota kelahiran untuk memulai petualangan di ibu kota.

Bagimu; merantau, menjadi seorang ayah, dan menyetir mobil adalah skill yang dimiliki teman-teman di sekitarmu, tetapi kamu belum punya ketiganya. Namun, salah satu skill telah terbuka: merantau. Dengan ini, kamu akan tahu siapa yang kamu rindukan.

Komentar

  1. Tulisan yang sangat menyentuh Ris. Semangat terus buat Haris semoga kamu dan keluarga selalu dilindungi Allaah. Semoga cita-citamu selama ini segera terwujud dan saya akan selalu bangga dengan apapun pencapaian kamu. DR

    BalasHapus

Posting Komentar