Sekarang saya bekerja sebagai penulis di Dunia Games. Salah satu pekerjaan saya adalah datang ke event game dan turnamen esports untuk liputan.
Suatu hari, saya diundang oleh perwakilan PUBG Mobile untuk fun match bersama rekan-rekan dari media lain. Dari tim editorial Dunia Games, saya dan Mas Ikhsan yang datang sebagai perwakilan dalam turnamen antar media ini.
Sebenarnya, saya baru install PUBG Mobile tiga hari sebelumnya. Niatnya sih saya belajar main PUBGM bukan untuk menang dan bawa pulang hadiah utama, tapi biar nggak malu-maluin aja. Mengingat saya bawa nama baik perusahaan.
Sampai bisa dapat Winner Winner Chicken Dinner setelah beberapa kali bermain, saya lega. Saya kembali cemas saat mengetahui fakta dari Mas Ikhsan bahwa di game PUBG Mobile banyak bot yang diturunkan di jam-jam yang sepi pemain seperti malam hari, terutama di rank awal.
Berarti yang saya kalahkan sampai dapat WWCD itu cuma bot? Pantesan nggak ada perlawanan berarti dari para musuh. Tampak dari cara nembaknya yang ogah-ogahan, jadi nggak terasa begitu sakit.
Di event itu, saya bertemu dengan rekan-rekan media yang biasanya berbagi layar di Google Meet atau Grup WA Media Partner. Perwakilan dari media-media game dan esports itu tampak sudah siap berkompetisi. Bahkan psywar sudah dimulai sejak di grup WA.
Salah satu awak media mengaku tidak paham dengan PUBG Mobile. Gara-gara temannya tidak bisa hadir, dia yang mau tak mau menggantikan untuk datang ke undangan gathering media ini. Sejak acara dimulai, dia hanya fokus menghisap vape. Sementara saya menyempatkan diri untuk berlatih satu match PUBG Mobile.
Sebelum fun match dimulai, panitia acara sibuk menggotong hadiah yang ditata di depan kami. Di tumpukan hadiah itu ada TV, HP, sepeda, helm, sepatu, keyboard, dll. Dengan kebanjiran hadiah itu, niat saya berubah. Yang awalnya bermain baik di media turnamen PUBGM ini biar nggak malu-maluin, berubah jadi pengen dapat hadiahnya.
Saya pengen dapat TV, biar bisa nonton Netflix di kamar.
Kepada Mas Ikhsan, saya memberi saran, “Mas Ikhsan incar hadiah sepedanya aja. Nanti bawa pulangnya tinggal ditaruh di bagasi mobil.”
Mas Ikhsan mengiyakan.
Menjelang fun match, panitia melakukan semacam gacha. Nama-nama awak media yang hadir dicatat di dalam spinner wheel (pemilih nama acak), aplikasi yang biasanya dipakai oleh pelaku arisan online. Nama yang terpilih nanti bakalan dapat hadiah hape secara cuma-cuma. Effortless banget kan?
Tahu siapa yang dapat hapenya? Jelas, bukan saya. Masa iya jatah hoki seumur hidup dihabiskan dalam satu hari?
Nama yang terpilih dapat hape bermodalkan keberuntungan itu adalah awak media yang mengaku tidak paham dengan PUBG Mobile tadi. Penikmat vape itu langsung menyabet hadiah hape.
Setelah menang hape dengan percuma, sang penikmat vape skip fun match. Kalau dipikir-pikir, buat apa adu skill main game kalau sudah dapat hadiahnya dengan mengandalkan hoki? Akhirnya dia memilih pulang untuk setting hape baru di rumahnya.
Saat para peserta sudah di lobby permainan, panitia mengumumkan kejutan kecil bahwa bakalan ada hadiah saldo Gopay untuk peserta fun match yang bisa kill lawan pakai tabrakan mobil. Saya pun tertantang dan mulai mencari kendaraan di map Erangel.
Belum lama para pemain terjun ke drop zone masing-masing, terdengar suara tembakan. Satu orang berhasil didepak dari permainan. Too soon. Saya lega karena bukan saya yang too soon.
Namun, panitia kembali memberi kejutan, “Buat yang udah too soon di match pertama bakalan dapat saldo Gopay.” Hal ini dilakukan sebagai bentuk penyemangat.
Oke, saya nggak perlu dapat hadiah too soon, karena saya too shy. Saya lebih mengincar hadiah tabrak gaming.
Ketika menemukan mobil buggy nganggur, saya langsung mendekatinya. Eh, dari belakang, saya ditabrak pakai mobil lain. Jadilah pemain yang kill saya itu yang dapat saldo Gopay. Secara tak langsung, saya telah menyumbang saldo Gopay ke pemain lain.
Niat tabrak gaming, malah jadi korban tabrak lari.
Di match kedua, saya kembali mencoba peruntungan dengan mobil yang saya naiki. Apesnya, mobil yang saya bawa justru ditembaki oleh pemain lain sampai meledak. Darah saya pun habis sampai saya harus cari perlindungan. Saat turun dari mobil, saya langsung ditembak sampai terlempar kembali ke lobby. Hadeh.
Match ketiga saya bertahan lebih lama. Saya fokus looting dan bersembunyi di bangunan. Saat saya bergerilya, mendadak panitia menjadi caster yang memberi tahu lokasi saya ke semua pemain. Pemain yang berada di dekat saya langsung tahu posisi saya. Kemudian kami terlibat baku tembak. Tentu saja saya langsung kalah.
Match keempat jadi match terakhir. Semua pemain bermain aman untuk mempertahankan placement. Target saya sih nggak muluk-muluk, jangan sampai saya berada di klasemen terbawah, malu-maluin.
Saya bersembunyi di rumah dengan mengandalkan pistol sederhana. Saat circle menyusut, saya diam-diam berpindah ke zona aman.
Di sebelah saya, Mas Ikhsan bermain dengan tenang, bahkan sempat mengobrol dengan awak media lain di sebelahnya, basa-basi nanya rumahnya di mana. Santai banget kan?
Sementara saya harus berusaha kabur ke zona aman sampai titik darah penghabisan. Sampai akhirnya, saya mati karena kejebak zona bahaya. Sampai babak terakhir, saya tidak bisa mengantongi kill. Sedih banget.
Di akhir acara, perolehan poin diumumkan. Saya masih berada di posisi yang nggak buncit-buncit amat. Setidaknya masih dapat hadiah saldo Gopay.
Namun, yang mengejutkan, Mas Ikhsan masuk Top 5 dan dapat hadiah sepeda! Hidup Dunia Games!
Komentar
Posting Komentar