Suatu hari, saya tidak masuk sekolah karena izin sakit untuk nonton MTV. Ternyata Astri pun demikian. Di hari itu, kebetulan bulan puasa, Welas, sedang mengurus keperluan ke sekolah saya. Welas merupakan alumni SMP yang sama dengan saya.
Sambil mengurus keperluannya itu, dia mau sekalian mampir ke kelas saya. Mungkin karena Astri nggak masuk sekolah, jadi dia inisiatif ingin membayar utang pulsa langsung ke saya.
Harusnya, kalau saya nggak penasaran band mana yang menempati posisi pertama di MTV Ampuh hari itu, saya mungkin akan bertemu Welas untuk pertama kalinya. My favorite customer. Namun, semesta berkehendak lain. What if hanyalah what if. The Watcher yang menyaksikan potongan cerita ini mungkin hanya bisa meneteskan air mata.
Di kelas, ada siswa lain yang namanya mirip dengan saya: Harris. Double R. Saya bisa membayangkan adegan demi adegan bagaimana bisnis kecil-kecilan ini hancur karena sebuah kebetulan yang membawa kesalahan.
Pas jam istirahat, Welas masuk ke kelas dan nanya ke Ketua Murid (KM). “Ada yang namanya Haris? Yang namanya Haris mana ya?” tanya Welas.
KM mengecek seluruh isi kelas dan menemukan batang hidung Harris. Dia melupakan Haris lain yang saat itu sedang di rumahnya dan bahagia karena Ada Band menguasai tanggal lagu selama berminggu-minggu.
“Tuh Harris!” tunjuk KM.
Welas mendekati Harris dan mengeluarkan uang dari sakunya. Uang yang seharusnya saya terima untuk saya putar lagi sebagai modal usaha.
“Akhirnya kita ketemu juga!” ucap Welas. “Makasih ya.”
Harris menerima uang yang bukan miliknya dengan sedikit bingung, tapi banyak senangnya. Hari itu, Harris seperti tertimpa durian runtuh. Sementara usaha saya perlahan runtuh.
Malamnya, saya SMS Welas. “Senin, uang pulsa dititipin ke Astri kayak biasa, kan?”
Jelas, Welas balas: “Bukannya tadi siang udah kamu terima?”
Lalu saya menjelaskan kalau hari ini saya nggak masuk sekolah. Dari sinilah Welas sadar dia memberikan uang ke Haris yang salah.
Sewaktu saya tagih uangnya ke Harris di sekolah, dia nggak mau balikin uangnya. “Lah siapa suruh kasih uangnya ke gue? Rezeki gue lah,” ucapnya tak berperasaan. Dia menganggap uang yang diterimanya adalah jackpot. Salah saya yang punya nama sama kayak dia.
Dari situlah semangat berusaha saya dipatahkan oleh teman sekelas saya sendiri. Sebab sudah tidak ada uang lagi untuk diputar menjadi modal karena kelakuan Lajjad dan sikap oportunis Harris Nates yang entah ia gunakan untuk apa fresh money yang diterimanya.
Seandainya dulu usaha jualan pulsa saya sukses besar dan untung beliung, mungkin sekarang saya sudah punya konter yang jualan tempered glass dan hardcase hape gambar foto Mahalini.
Komentar
Posting Komentar