"Assalamualaikum wr wb… Bacalah ASTAGHFIRULLAHALADZIM 1000 kali. Dari (KHABIB NURMAGOMEDOV) yang bermimpi. Di seluruh Indonesia pada tahun 2025 akan ada krisis besar: pemadaman internet massal, AI mengambil alih pekerjaan manusia, dan munculnya sosok misterius yang bisa meretas semua akun hanya dengan menyebut nama penggunanya. Tolong sebarkan pesan ini ke 7 orang, insyaAllah dalam waktu 1 hari kamu akan mendapatkan saldo e-wallet misterius yang tidak terduga. Jangan abaikan pesan ini, DEMI LOVATO ini amanah. Jangan dihapus sebelum dikirim ke 7 orang bershio Naga. Wassalam."
Pernah dapat SMS sejenis itu? Dulu SMS berantai macam ini berseliweran di inbox HP siapapun. Kalau dipikir-pikir, SMS berantai ini bisa menggenjot industri layanan telekomunikasi pada masanya. Orang jadi berbondong-bondong untuk menghabiskan pulsa, karena takut kualat kalau nggak menyampaikan “amanah”. Orang nggak takut pulsanya kesedot.
Kisah sedihnya, saya yang waktu itu masih polos pernah termakan hoaks. Saya dapat SMS berantai dengan iming-iming dapat hadiah pulsa gratis 50.000 dengan menyebarkan SMS ke 10 kontak dalam rangka memperingati ulang tahun Pak Harto ke-84. Pikiran saya waktu itu, modal 10.000 bisa dapat 50.000, kapan lagi?
Setelah spam SMS ke banyak penerima, saya menanti pulsa gratis itu. Namun, yang datang adalah balasan dari orang-orang yang mengatakan saya penipu dan berbohong. Padahal ya saya korban penipuan juga. Yang ada bukannya dapat pulsa gratis, pulsa saya malah habis.
Kejadian tersebut cukup traumatis, tapi bikin saya belajar untuk lebih waspada dengan modus penipuan di kemudian hari. Jadi, kalau hari ini ada video TikTok editan AI model Prabowo mau bagi-bagi sprei gratis untuk perayaan menang pilpres, ya saya nggak percaya. Fokus ke janji-janji yang bukan editan AI aja, bro.
Selain SMS berantai, tren saat itu juga ada SMS humor, atau SMS gombal kalau dikirim ke lawan jenis. Nah, saya dan teman saya sering bertukar SMS kocak. Biasanya saya dapat SMS humor dari teman saya di jam-jam sahur. Menerima pesannya, saya yang baru bangun jadi ngakak. Saya juga jadi nggak ngantuk lagi karena harus mikir untuk balas SMS-nya dengan komedi yang lebih segar.
Kebiasaan mengirim template SMS humor ini berlanjut sampai berhari-hari setelah bulan puasa. Ketika saya mendapatkan template baru, saya kirim ke kontak teman-teman dekat. Sampai akhirnya, saya dapat SMS yang cukup menakutkan kala itu:
“Dik, kakak minta tolong lepaskan ikat kepala kakak, terlupa waktu dimakamkan, sekarang kakak ada di jendela kamar adik. Tolong ya dik.”
Pengirimnya nomor kontak tak dikenal. Ah, paling teman saya pakai nomor baru. Namun, membacanya saja tetap bikin saya merinding dan jadi takut lihat jendela kamar. Tapi, saya tersadar, ngapain takut? Saya kan nggak punya kakak. Salah kirim nih pocong!
Saya nggak mau takut sendirian. Saya pun menyebarkan SMS mencekam tersebut. Saya kirimnya sengaja di malam hari biar terasa vibes horornya. Biar makin membingungkan, saya juga kirim ke kontak yang sepertinya belum save nomor saya. Biar mereka nggak mengenali bahwa pengirimnya adalah saya.
Besoknya, di sekolah, teman sekelas yang menerima SMS itu protes, “Sejak kapan kakak gue, Matsuyama? Pakai ikat kepala segala!”
Begini deh akibatnya kalau TV di rumah cuma dipakai nonton Tsubasa, nggak tahu Pocong Mumun.
Komentar
Posting Komentar