Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Kalau sekarang lagi viral kasus food reviewer yang diblacklist restoran, saya juga pernah se-savage itu ketika makan di luar. Saya pernah jadi sosok yang selalu ingin mendapatkan pelayanan yang memuaskan di tempat makan yang saya kunjungi. Waktu itu bulan puasa, saya dan teman saya, Biru, memesan es campur di warung yang ramai pengunjung. Enak kali ya buka puasa pakai yang manis dan seger-seger. Saya menyebutkan pesanan dan menunggu. Saya melihat pembeli-pembeli lainnya berdatangan. Sampai akhirnya, pembeli yang baru datang belakangan kok pesanannya datang duluan? Belum cukup sampai situ, waktunya jam buka puasa telah dekat. Namun, tanda-tanda es campur datang belum terlihat. Perasaan saya jadi campur aduk. Saya dan Biru pun memutuskan untuk melakukan aksi ngambek dengan membatalkan pesanan. “Nggak jadi ya Mas,” ucap saya dingin. Lalu saya dan Biru keluar warung dan beli es teh di pinggir jalan untuk membatalkan puasa. Selesai melepas dahaga, kami lanjut jalan ke masjid Agung di m...