Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Critical Thirteen

Awe dan Karin pertama berkenalan di rumah sakit di bangsal 13. Keadaan keduanya sama-sama kritis saat itu. Karin kritis secara fisik. Awe kritis secara finansial. Awe tidak punya uang untuk membayar biaya berobat di rumah sakit.
“Itulah gunanya mendaftar BPJS Kesehatan,” ujar Ade Rai yang tiba-tiba muncul di dalam kepala Awe yang lecet.
Cerita dimulai ketika Awe dan Karin mengalami kecelakaan yang diakibatkan oleh keteledoran masing-masing: menyetir kendaraan sembari komentar bernada hate speech di kolom Instagram artis yang dibenci. Dengan catatan, mereka pakai akun alternatif yang memang dikhususkan untuk meluncurkan ujaran kebencian.
Sudah menghujat, pengecut pula.
“Bertattoo begitu, bagaimana mandi junubnya nanti?” komentar Awe di kolom Instagram pelawak komedi tunggal yang baru saja memamerkan tattoo terbaru bergambar tiga pedang Roronoa Zoro dari anime One Piece.
“Nggak malu ya menggoda suami orang? Dasar pelakor!” Karin berkomentar menyerang seorang pedangdut. Pedangdut  yang terkenal karena buta arah ini memang kerap berada di satu frame dengan seorang host ultimate sugih.
Catatan: pelakor adalah akronim dari perebut laki orang.
Setelah itu, Karin ganti akun alternatif lainnya dan berkomentar di bawah komentar sebelumnya.
“Makasih, Kak, sudah rekomendasikan obat herbal terpercaya. Terbukti ampuh bikin berat badanku turut 9 kilogram. Aku jadi langsing, tinggi, kulitku putih dan bebas jerawat, dan yang terpenting lancar buang air.” Karin menyamar menjadi akun online shop yang dikelolanya di waktu senggang.
Karin benar-benar memanfaatkan teknologi dengan maksimal. Gejolak batin tersalurkan, berniaga jalan.
Mungkin alam semesta tak suka dengan cara Awe dan Karin.
Akhirnya, Awe dan Karin mendapat karma instan: tabrakan adu kebo di jalan pada tengah malam. Motor RX-King Awe menabrak mobil Ayla milik Karin.
Ada cerita lucu di balik mobil Ayla yang ditunggangi Karin. Mobil tersebut pernah diberikan kepada pacarnya yang berulang tahun ke-17.
“Mobil yang aku kasih untuk kamu, mereknya apa?” tanya Karin di sesi chatting WhatsApp.
“Ayla.”
“Bahasa Inggris untuk kata pemandangan?”
“View.”
“Kalau digabung?”
“Ayla View.”
“I love you too.” Tak lupa Karin menyisipkan emoji dua titik bintang yang artinya cium.
“Kita putus.”
Ketika putus, Karin menarik kembali mobilnya dengan menyewa seorang debt collector berpenampilan seperti Arnold Schwarzenegger di film Terminator 2: Judgement Day.
“Mbak Karin hanya bayar DP saja. Kalau Mas Gagas nggak bisa bayar cicilannya, terpaksa kami tarik,” ujar debt collector sembari menarik mobil yang dipeluk erat oleh mantan pacar Karin.
“Beri saya waktu, Mas!” rintih Gagas tak rela.
Hasta la vista, baby!” debt collector tancap gas.
“Invoice dari endorse belum cair!” seru Gagas masih belum rela.
Inilah alasan kenapa Karin punya borok di siku tangan akibat tabrakan. Mitos itu benar.
***
Awe dan Karin dirawat di ranjang bersisian. Saat itulah mereka saling menyebut nama.
“Awe.”
“Karin.”
Suster menyahut, “Kalau digabung?”

Setelah mengobrol panjang-lebar sok asyik, Awe dan Karin semakin akrab. Keakraban keduanya lebih disebabkan karena kesamaan nasib. Nasib sesama penghuni bangsal 13.
“Bangsal 13 ini belum pernah dibuka selama 20 tahun,” beber suster. “Tapi karena malam ini seluruh kamar di rumah sakit ini telah dipenuhi pasien, termasuk kamar mayat dan kamar mandi, dan keadaan kalian berdua kritis, dengan terpaksa kami membuka kembali bangsal 13. Tapi, tenang...”
“Apanya yang tenang?” Awe gusar.
“Kami memberikan promo diskon 50% untuk rawat inap khusus penghuni bangsal 13,” kata suster bombastis.
“Syukurlah,” ucap Awe lega.
***
Misteri mengapa bangsal 13 ini ditutup selama 20 tahun pun terkuak pada suatu malam.
Suasana saat itu sungguh mencekam. Suara kukuk burung hantu terdengar dari kejauhan, disahuti lolongan anjing liar yang kebetulan kudisan. Atmosfer seram menyelimuti tempat tidur pasien. Tapi, perlu digaris-bawahi, 'atmosfer seram' bukanlah merek selimut yang dipakai rumah sakit. Kalimat barusan adalah kiasan saja.
Tidak ada angin, tidak ada hujan, ranjang yang ditempati Awe sekonyong-konyong ambruk.
“Jadi, ini alasannya,” seloroh Karin yang terbangun dari tidurnya mendengar suara tulang patah.
“Dirawat di rumah sakit bukannya jadi sembuh, malah tambah sakit,” ujar Awe sembari memegangi tulang pinggangnya yang disposisi.
Awe yang hampir sembuh pun menambah waktu rawat inapnya, menemani Karin yang borok di sikunya masih belum kering. Untungnya, Karin mau traktir biaya pengobatan Awe selama di rumah sakit.
“Karena aku yang punya mobil, jadi aku yang harus tanggung-jawab.” Begitulah Karin memahami peraturan tak tertulis tentang insiden tabrakan antara mobil dan sepeda motor di jalanan.
***
Ketika Awe dinyatakan sudah bisa pulang, Karin mencoba peruntungannya sekali lagi. Sebelum terlambat, Karin mengutarakan perasaannya.
“Kamu tahu merek mobilku yang kamu tabrak?” tanya Karin kepada Awe.
“Maksud kamu, mobil yang menabrak motorku?” ralat Awe.
“Anggap saja begitu.” Karin mengalah.
“Ayla,” jawab Awe.
“Bahasa Inggris untuk kata pemandangan itu apa ya?”
“View.”
“Kalau digabung?”
“Ayla View.”
“I love you too.”
Tiga bulan kemudian, Awe dan Karin menikah.
***
“Kamu kenapa ngajak aku nikah secepat ini?” tanya Karin di bawah kain yang menutupi kepalanya dengan Awe di hari pernikahan.
“Aku terinspirasi lagu Akad,” jawab Awe lugas.
“Yang dinyanyikan Payung Teduh?” tanya Karin lagi, mengulur waktu sembari menunggu penghulu.
“Bukan. Yang di-cover Hanin Dhiya.”
Penghulu menimpali, “SAH?”
“SAH!”
Awe dan Karin resmi menjadi suami-istri berkat Hanin Dhiya.

Komentar

  1. Hanin Dyiah ini siapanya Hanin Bramangtyo?

    BalasHapus
  2. Ebuset, itu yang manyun dempulnya ga rata bang.

    BalasHapus
  3. Ini tulisan apa sih, Ris? Parodi Critical Eleven? Nggak baca bukunya, apalagi nonton. Asli, nggak paham saya. Yang saya pahami cuma sindiran buat orang tatoan pada awal cerita. :(

    BalasHapus
  4. HEEEY, BAHAN TULISANKU JANGAN DICOMOT DONG, BABY!

    Tayik banget itu ending-nya Hanin Dhiya, yang cover-nya selalu di-streaming di kafe-kafe. Gimana nggak jutaan views ngalahin lagu versi aslinya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berbagi backlink, sayang.

      Nah iya. Terakhir ke kafe pun dengernya streaming cover Hanin.

      Hapus
  5. Baca Hanin Dhiya kok tadi sekilas baca Dhyo Haw. Itu, kan, blogger. :(

    Nggak ngerti itu siapa yang tattoan. Kasih tau dong. Bisikin aja deh gak papa.

    BalasHapus
  6. Kayanya lagi ngetren bahas kawe kawe apalagi fp audi badhouse wkwkwk

    Seru bang, :D

    BalasHapus

Posting Komentar