Langsung ke konten utama

Anak yang Dihasilkan Saya Bersama Tangan Saya

Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.

Resep Minuman Segar untuk Menyudahi Infinity War di Dunia Kuliner

Menurut pariwara di televisi, setiap perdebatan bisa diselesaikan dengan duduk bareng dan ngeteh. Ternyata minuman bisa menyelesaikan masalah. Kalau begitu, kita butuh resep minuman segar untuk meredam panasnya infinity war di dunia kuliner.


Sate klatak yang dimakan Aprilia Kumala


Sewaktu trailer Infinity War rilis, semua fanboy Marvel kelojotan. Mulai bermunculan artikel-artikel yang memuat fakta terbaru dari film keroyokan superhero tersebut. Dari trailer yang berdurasi dua menitan itu tampak Steve Roger berewokan, bulu kuduk Peter Parker berdiri dan T.H.A.N.O.S. sudah mulai mengoleksi infinity stone.

Entah mengapa Steve Roger berewokan, mungkin ikut #NovemberNoShave yang keterusan meski sudah ganti bulan. Bisa juga Peter Parker merinding bukan karena insting laba-labanya mulai aktif, melainkan karena dengar pengamen bersuara merdu bernyanyi di bus jemputan sekolah.

Konflik utama Infinity War berkisar tentang perebutan bebatuan sakti antara T.H.A.N.O.S. dan Avengers. T.H.A.N.O.S. sudah seperti babeh-babeh kolektor bacan yang rese, sampai ngacak-ngacak Bumi untuk memenuhi ambisi imutnya. Sementara Avengers seperti bocah-bocah nakal yang menyembunyikan batu akik si babeh. Belum ada konfirmasi apakah T.H.A.N.O.S. akan menyeberang ke Jombang untuk merebut batu petirnya Ponari.

Infinity War sendiri artinya perang tanpa batas. Pertikaian tak berkesudahan. Ribut yang nggak kelar-kelar. Indonesia pernah dilanda infinity war juga. Perang yang memecah-belah umat selama bertahun-tahun. Topik sensitif yang bisa memancing debat kusir dan ujaran kebencian di media sosial. Ya, perang di dunia kuliner antara #TeamBuburDiaduk vs #TeamBuburTidakDiaduk.

Pilihan sederhana ketika memperlakukan semangkok bubur sampai disangkut-pautkan dengan nilai estetika dan kecerdasaan sosial seseorang. Dikatakan orang yang mengaduk buburnya adalah ciri pribadi yang menghargai perbedaan dalam bermasyarakat dan senang berbaur di lingkungannya. Sementara golongan orang yang tidak mengaduk bubur adalah pribadi yang mencintai keindahan. Dengan kata lain, #TeamBuburTidakDiaduk antisosial dan #TeamBuburDiaduk jorok.

Lebih lanjut, jika dibiarkan berlarut-larut, pertikaian ini bisa memuncak dengan saling hujat. Fitnah dunia akan bergulir dengan mengatasnamakan penistaan selera, pengikut Orichamaru, antek-antek Darth Vader, utusan Decepticons.

Namun, setelah bertahun-tahun tidak akur, perang rasa antar dua golongan itu akhirnya menemukan titik terang. Suatu hari, seorang pakar kuliner ditanyai pengikutnya di Twitter perihal cara terbaik menyantap bubur, diaduk atau tidak diaduk. Lugas, sang pakar menjawab: “ya diaduk lah.”

See?



Jika ada yang bisa menyudahi infinity war di dunia kuliner, haruslah Bondan Winarno yang kredibel dan punya wewenang ilmiah di bidang tersebut. Siapa yang mau menyangkal pendapat tokoh nasional yang keliling nusantara untuk mencicipi makanan dan menceritakannya ke khalayak dengan deskripsi yang mengundang selera? 

Bondan Winarno tahu cara terbaik menyikapi suatu makanan sehingga tercapailah citarasa optimal. Penghakiman karakter seseorang yang dilihat dari cara memperlakukan semangkok bubur tidaklah berlaku padanya. Sebab beliau sang divergent. Jelas, beliau senang bersosialisasi dengan mengunjungi berbagai daerah hanya untuk mencari makanan khas berselera. Kalau beliau antisosial pastilah hanya mau diam diri di rumah, menunggu para pemilik restoran yang sowan sambil membawa masakan masing-masing untuk dinilai.

Jika ada yang bilang tim bubur diaduk pastilah tidak mencintai keindahan, jelas bisa dipatahkan oleh Bondan Winarno. Bondan Winarno cinta keindahan. Presentasi makanan yang beliau santap saat wisata kuliner, selalu membuat jatuh cinta pada pandangan pertama. Terlebih, beliau juga seorang fotografer yang sudah pasti mengabdi pada estetika.

Langkah yang ditempuh oleh Bondan Winarno untuk menjawab polemik bubur ini cukup berani. Beliau tidak ragu untuk memilih di pihak mana beliau berdiri. Beliau tidak main aman dan berusaha memuaskan semua orang dengan menjawab, “Diaduk atau tidak, sama enaknya.” Beliau hanya berkata jujur tentang seleranya.

Nah, apa yang Bondan Winarno katakan tentang makanan adalah anjuran. Setingkat dengan titah raja. Jadi, untuk golongan orang yang selama ini tidak mengaduk buburnya, menyeberanglah ke jalan kebenaran. Kalau lupa diaduk, setelah makan langsung joget alias diaduk pas sudah di perut.

Jadi, marilah berganti topik diskusi, selain teh tawar hangat, apa minuman segar yang cocok menemani bubur ayam?

Komentar

  1. Saya kayaknya tim yang kalo makan bubur kagak diaduk. Saking banyaknya, udah kebayang bakal tumpah-tumpah.

    Tapi ini kenapa absurd sekali dari mulai ngomongin Infinity War, Bubur, sampai Teh Hangat. Ah, sudahlah. Yang pasti tahun ini nunggu Black Widow

    BalasHapus

Posting Komentar