Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Di era digital seperti saat ini, banyak warganet yang mengesampingkan sopan santun saat berinternet. Mentang-mentang tidak ketemu langsung dengan orangnya, bisa semaunya berkata-kata di media sosial. Mengomentari kehidupan pribadi orang lain yang ditemui di dunia maya sama dengan meloncati pagar rumah tetangga di dunia nyata. Tentulah ini jadi kanker di dunia siber. Namun, kita masih bisa menyelamatkan generasi mendatang dari krisis sopan santun ini. Belum terlambat untuk menyiapkan masa depan yang cerah. Bisa kita mulai dengan program mendidik anak sejak usia dini. Mengenalkan kepada bocah-bocah itu tiga kata ajaib: maaf, tolong, dan makasih. Ajarkan kepada anak dan adik kita untuk mau meminta maaf ketika tidak sengaja membuat kesalahan, apalagi disengaja. Tak lupa mengucapkan kata tolong saat ingin minta bantuan dan perkara lainnya yang pasti merepotkan orang lain. Disempurnakan dengan terima kasih saat diberikan sesuatu atau saat sudah ditolong. Saat hari raya, jamak k...