Kalau buku saya diibaratkan anak, beginilah wujud mereka. Si sulung yang polos dan apa-adanya. Lucu sekaligus bikin kasihan, tapi pantang menyerah.
Sebagai penggemar Harry Potter sejak remaja, saya bisa bilang: Hogwarts Legacy adalah game terbaik di dunia. Titik. Tidak ada diskusi lagi. Game ini bisa membuat saya merasakan pengalaman yang selama ini cuma ada di imajinasi saya—yaitu menjadi murid Hogwarts yang asli, bukan sekadar "pengunjung" yang nonton dari balik layar bioskop atau halaman buku. Bayangkan, hal-hal yang dulu saya baca di novel karya J.K. Rowling tiba-tiba hidup di depan mata saya! Saat pertama kali main, saya sampai menangis bahagia. Serius. Air mata haru bercampur kegembiraan karena bisa masuk Hogwarts, walaupun di dunia game. Di Hogwarts Legacy, saya mulai petualangan sebagai siswa tahun kelima di Hogwarts—agak mirip kayak Harry Potter di buku. Saya ikut upacara awal tahun, diseleksi oleh sorting hat, dan masuk kelas-kelas sihir seperti Charms, Defense Against the Dark Arts , Herbologi, Ramuan, Ramalan, bahkan merasakan kantuk berat di kelas Sejarah Sihir oleh hantu Profesor Binns yang membosankan (ya...